Urgensi Kearifan Masa Lalu Bentuk Identitas Kelokalan dan Keberlanjutan Lingkungan

UNPAR.AC.ID, Bandung –  Disiplin ilmu Teknik merupakan buah dari pemahaman keilmuan, memori dan praktik yang kohesif; yang saling melengkapi dan mendukung satu sama lainnya. Ketiganya hadir beriringan dan pada akhirnya dapat menjadi fondasi bagi berbagai gagasan khususnya di tengah disiplin perancangan dan konstruksi lingkungan binaan.

Di antara isu-isu besar di hari ini, muncul isu yang tidak mudah mengenai kelokalan dan Keberlanjutan Lingkungan Binaan di tengah globalisasi, era industrialisasi yang agresif, ekspansif dan tidak jarang juga destruktif. Tanpa menelaah esensi Keilmuan, Memori dan Praktik yang dihidupi sehari-hari, pendidikan Teknik dapat terbatas menjadi proses pengumpulan data atau pertukaran informasi semata, di mana kearifan dan kebijaksanaan belum tentu terkandung di dalamnya.

Hal tersebut disampaikan Ar. Ir. Isandra Matin Ahmad, IAI-yang lebih dikenal dengan Andra Matin-dalam Orasio peringatan Dies Natalis ke-62 Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan (FT UNPAR) bertema Peran Pendidikan Teknik dalam Memadukan Kelokalan dan Keberlanjutan Lingkungan Binaan. Andra Matin menyampaikan Orasinya bertajuk “Keilmuan, Memori dan Praktik” pada Jumat  (18/11/2022) di Lecture Theatre Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG).

Menurut Andra Matin, rumitnya perhitungan-perhitungan formulaik, kesadaran akan kepresisian, alat serta bahan yang asing, bahkan istilah-istilah yang baru dapat terasa menyenangkan apabila dihubungkan dengan memori yang tumbuh dari kehidupan sehari-hari. Tidak terkecuali dengan keilmuan dan pendidikan Teknik sekalipun.

“Kata Teknik, yang dapat berarti sebuah keahlian ‘meramu’, tentu perlu berangkat dari hal-hal terdekat yang diingat oleh sang pelakunya. Bagi saya, memori adalah sebuah fondasi yang sangat mahal dan perlu kita bina dengan sebaik-baiknya. Memori adalah sebuah modal yang otentik, jujur dan relevan dengan siapa-siapa yang akan menjalaninya. Memori juga berarti asal-usul, identitas, dan jiwa inti dari seseorang,” tuturnya.

Memori akan pengalaman masa kecil pun, kata dia,  pada akhirnya yang dapat membentuk kerangka keilmuan dan praktik dirinya hingga kini.

“Ingatan-ingatan tersebut saya simpan dengan baik untuk sesuatu yang dapat saya rancang di tengah kota hari ini. Saya tumbuh besar di tengah lingkungan ekonomi yang sederhana namun dengan ingatan berlimpah yang dapat terus menginspirasi perancangan saya di kemudian hari,” ucap Andra Matin.

Sayangnya, menurut Andra Matin berkata, saat ini keilmuan dan praktik keteknikan sering kali membawa para praktisi jauh dari ingatan-ingatannya. Gagasan teknik maupun teknologi sering kali dikaitkan dengan segala sesuatu yang terlampau asing, mutakhir dan secara tidak langsung dapat menghapus kebijaksanaan dari memori yang telah disimpan. 

“Bagi saya, keteknikan pertama-tama adalah sebuah cara berpikir untuk menemukan kesadaran diri. Setelah itu, keteknikan baru dapat berbicara mengenai kedisiplinan dan pelbagai metode dalam membuat objek, ruang, material, konstruksi atau lingkungan binaan yang lebih besar. Di dalam proses berpikir, tentu hal-hal baru adalah hal yang patut kita kejar dan kuasai. Namun, kebaruan selalu membutuhkan penyeimbangnya. Dalam hal ini, ingatan-ingatan baik akan sebuah sisi kemanusiaan, ruang atau berbagai bentuk ingatan lainnya adalah fondasi penting untuk terus kita telaah,” katanya.

Melalui pengalamannya di dunia arsitektur profesional yang telah dia jalani kurang lebih 34 tahun, dia mengatakan jika ingatan akan sejarah dan kearifan di masa lalu memiliki peran penting dalam menjawab tantangan kontemporer. 

“Memori akan tanah dan keseharian kita sering kali tertimbun lebih dalam dibandingkan potongan-potongan informasi yang dengan mudah kita dapatkan hari ini. Karenanya, proses penggalian ingatan dan proses penerjemahan ulang ingatan tersebut ke dalam konteks hari ini akan menjadi lebih jauh berharga,” kata Andra Matin.

Lebih lanjut, persoalan kelokalan dan keberlanjutan lingkungan hidup adalah contoh di mana praktik arsitektur dan konstruksi kontemporer perlu lebih mawas lagi akan kearifan hidup di masa lalu, tutur Andra Matin.

“Satu hal yang perlu digaris bawahi, praktik berarsitektur yang saya pahami tentu bukan mengenai romantisasi kenangan di masa lampau atau perjalanan mundur ke belakang, sebaliknya justru ia merupakan sebuah cara yang sigap untuk bergerak maju ke depan,” tuturnya.

Dia menyampaikan, pendidikan, ingatan dan praktik keteknikan adalah kesatuan yang perlu terus dibina bersama-sama supaya gerak dan tujuan yang dilakukan tidak terbatas. 

“Saya selalu percaya bahwa isu-isu hari ini sejatinya adalah tantangan yang dapat membawa kita untuk menemukan diri kita yang sebaik-baiknya, yaitu sebuah pribadi yang bijak dalam mencari dan mengolah pengetahuan, yang sadar akan sejarah, identitas dan ingatannya, dan tentunya yang giat terus memperbaiki praktik-praktik di dalam kesehariannya. Keilmuan teknik selalu saya yakini sebagai keilmuan yang holistik, keilmuan yang tidak terisolasi di dalam kerangka kerumitannya sendiri melainkan keilmuan yang dapat menyentuh berbagai aspek kemanusiaan, lingkungan serta aspek Ketuhanan yang luhur,” ucapnya. (RAM-Humkoler UNPAR)

Berita Terkini

Masa Depan Indonesia-AS

Masa Depan Indonesia-AS

UNPAR.AC.ID, Bandung - Berakhirnya proses Pemilihan Presiden (pilpres) Amerika Serikat 2024 memberikan hasil sementara Pasangan Donald Trump-James Vance mengungguli pasangan Kamala Harris-Tim Walz, walaupun hasil resmi akan diumumkan oleh Kongres Amerika Serikat pada...

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Nov 21, 2022

X