UNPAR.AC.ID, Bandung – Tim peneliti Bandung Kota Cerdas Pangan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) merilis seri kedua bukunya yang memaparkan berbagai inisiatif, praktik baik, dan kebijakan untuk mengurangi serta menangani limbah pangan. Seri kedua berjudul “Bandung Kota Cerdas Pangan: Membangun Kesadaran Kolektif dalam Gerakan Mengurangi Limbah Pangan” ini diharapkan menjadi cambuk agar program yang telah dilakukan dapat terus berkelanjutan dan membawa dampak signifikan bagi pemerintah maupun masyarakat Kota Bandung. Serta menjadi kontribusi nyata terhadap isu pangan di tataran global.
Koordinator tim peneliti Bandung Kota Cerdas Pangan, Dr. Pius Sugeng Prasetyo, M.Si. mengatakan bahwa seri kedua ini merupakan lanjutan dari buku sebelumnya yang dirilis 2019 lalu. Buku pertama berjudul “Bandung Kota Cerdas Pangan: Produksi dan Konsumsi Pangan yang Bertanggung Jawab untuk Keberlanjutan Bumi” itu menjadi landasan dalam pengembangan program Bandung Kota Cerdas Pangan usai survei di 30 kecamatan di Kota Bandung dilakukan.
“Buku (seri kedua) ini pada dasarnya merupakan buku lanjutan, sebelumnya kami sudah (merilis) yang pertama dan kami beri judul atau payungnya itu Bandung Kota Cerdas Pangan. Buku kedua ini merupakan dokumentasi dari kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan yang diformat dalam bentuk buku. Seperti juga Buku Pendataan Desa-Desa di Kabupaten Mamuju,” tuturnya, Selasa (29/6/2021).
Dia mengungkapkan, Bandung Kota Cerdas Pangan yang dimulai dengan penelitian pada 2018 silam merupakan gerak kolaboratif yang dilakukan tim peneliti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNPAR yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan mendapat dukungan baik secara pemikiran maupun pendanaan dari Rikolto-Veco Perwakilan Indonesia. Juga melibatkan berbagai pihak, yaitu Forum Badami (Bandung Smart City) dan Yayasan GSSI (Generasi Semangat Selalu Ikhlas).
Saat itu timnya meneliti tentang persepsi kelompok masyarakat menengah mengenai gaya hidup dalam mengonsumsi pangan dan tindakan yang telah dilakukan atas limbah pangan.
Hasilnya diterbitkan dalam buku seri pertama dan berlanjut ke seri kedua yang berisi pemaparan berbagai inisiatif, praktik, dan kebijakan Pemkot Bandung untuk mengurangi dan menangani limbah pangan. Sebagaimana diketahui, masalah pangan juga menjadi kepedulian Pemkot Bandung yang telah diwujudkan dalam penandatanganan Deklarasi Pakta Milan pada Agustus 2020. Kota Bandung menjadi kota pertama di kawasan Asia Tenggara sebagai anggota Pakta Milan.
Selain dirinya, tim peneliti terdiri atas Dr. Theresia Gunawan, S.Sos., MM., M.Phil.; Daniel Hermawan, S.AB., M.Si., MBA.; Ratih Indraswari, S.IP., MA.; Beby Nurtesha Putri, S.E., MM.; dan Handy Andriyas, S.E., MM.
Seri kedua, banyak dipaparkan pelibatan siswa sekolah dan mahasiswa sebagai langkah strategis. Hal ini mengingat gerakan kepedulian terhadap masalah pangan menuntut adanya keberlanjutan. Pemanfaatan media berbasis teknologi pun jadi pilihan. Beberapa media yang digunakan meliputi Facebook, Instagram, website, kompetisi blog, serta pembuatan video pendek yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar peduli dan melakukan tindakan untuk mengurangi dan mencegah munculnya limbah pangan.
Pemanfaatan teknologi juga digunakan untuk pembuatan aplikasi dalam mendukung gerakan berbagi makanan (food sharing). Aplikasi ini dibuat dalam rangka mewujudkan pemikiran bahwa seringkali dijumpai makanan berlebih yang belum dikelola.
Kampanye Penyadaran
Kampanye penyadaran dan gamifikasi di tingkat SMP dan SMA jadi bentuk inisiatif dan praktik mengenalkan urban farming dan permasalahan limbah pangan ke generasi muda. Kampanye “Anti Food Waste” diberikan ke siswa SMP dan SMA di Kota Bandung untuk menumbuhkan kesadaran akan bahaya sampah sisa makanan. Serta membiasakan siswa untuk lebih menghargai makanan melalui tagline “Ambil, Makan, Habiskan”.
Kampanye sendiri dikemas dalam format gamifikasi dengan nama Food Racing. Gamifikasi ini sebagai langkah edukasi yang menyenangkan untuk mengenalkan kebiasaan yang baik dalam konsumsi makanan, mulai dari membeli hingga konsumsi. Simulasi dampak dari menyisakan makanan serta solusi yang dapat dilakukan terkait cara meminimalisasi food waste pun jadi bagian tak terpisahkan dalam gamifikasi Food Racing.
“Buku tersebut meliputi aktivitas yang terkait dengan urban farming juga kampanye-kampanye di sekolah dalam bentuk kampanye penyadaran terhadap siswa terkait food waste. Pada prinsipnya supaya siswa-siswa itu cerdas dalam hal makanan, tidak membuang makanan, dan kalau makan itu harus habis. Buku kedua isinya terkait juga dengan praktik urban farming, kampanye penyadaran, dan gamifikasi untuk siswa-siswa sekolah,” ujarnya.
Dia pun menuturkan, dengan dirilisnya seri kedua buku Bandung Kota Cerdas Pangan ini, diharapkan program yang telah dilakukan dapat terus berkelanjutan dan membawa dampak nyata. Juga memperkuat kepedulian semua pihak dan dapat bijaksana dalam memproduksi dan mengonsumsi makanan agar dapat tercipta kondisi ketahanan pangan yang berkeadilan. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)