UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) kembali menunjukkan capaiannya di tingkat nasional. Kali ini, dua tenaga kependidikan (tendik) UNPAR meraih predikat penghargaan Gold atas Quality Innovation Concept (QIC) SARIBAN (Sampah Residu Bernilai Guna) dalam ajang Temu Karya Mutu & Produktivitas Nasional (TKMPN) XXVIII, di Bali Nusa Dua Convention Center, 2-6 Desember 2024.
Kedua tendik tersebut ialah Andra Ardiana, S.T., M.T. (Fakultas Teknik) dan Iwan Suwandana, S.T. (Direktorat Organisasi dan Sumber Daya Insani). Keduanya membawa ide inovasi berupa Dari Sampah Menjadi Berharga: Pemanfaatan Tisu dan Daun Menggunakan Ragi Tempe Sebagai Solusi Berkelanjutan.
Dalam ajang tersebut, tim UNPAR mempresentasikan ide inovasinya bersama kurang lebih 2.300 peserta yang berasal dari lebih 210 instansi, baik dari unsur pendidikan tinggi, perusahaan maupun organisasi.
Andra dan Iwan melihat masalah yang timbul dari sampah tisu. Menurut mereka, masalah sampah residu tisu semakin menjadi perhatian dalam upaya pengelolaan limbah yang berkelanjutan. Tisu sekali pakai yang digunakan sehari-hari menghasilkan volume sampah yang signifikan, terutama di perkotaan. Tisu yang umumnya terbuat dari serat kayu, dianggap tidak sepenuhnya terurai secara alami dalam waktu singkat, sehingga menambah beban di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, pencampuran tisu dengan limbah organik atau anorganik lainnya memperumit proses daur ulang.
UNPAR pun nyatanya menyumbang sampah dengan jumlah rata-rata sampah per tahun yang dihasilkan mencapai 71.294 kg. jumlah sampah ini masih tercampur antara sampah yang masih dapat dipilah dan diolah kembali dengan sampah residu, setelah dilakukan pemilahan jumlah sampah residu masih mendominasi yaitu mencapai 55.350 kg atau sekitar 77 persen dari total sampah, yang terdiri dari 46.767 kg residu lain-lain dan 8.583 kg residu tisu.
Maka keduanya memiliki ide untuk menggunakan ragi sebagai bahan perekat dalam pengolahan sampah tisu ini. Keduanya pun memutuskan untuk menggunakan ragi tempe dalam pembuatan sampel purwarupa. Penggunaan ragi tempe sebagai perekat sangat sesuai dengan tujuan awal keduanya yaitu mengolah material sampah residu (tisu) menggunakan bahan perekat yang ramah lingkungan. (KTH-Humas UNPAR)