UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) kembali mengukuhkan Guru Besar baru, Prof. Pius Suratman Kartasasmita, Drs., M.Si., Ph.D. dari Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Pengukuhan tersebut dilaksanakan dalam Sidang Terbuka Senat UNPAR yang berlangsung di Auditorium Pusat Pembelajaran Arntz Geise (PPAG) UNPAR pada Sabtu (27/5/2023) lalu.
Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul ‘Inklusi Publik dan Koherensi Kebijakan dalam Penanggulangan Polusi dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Sepanjang Daerah Aliran Sungai Citarum’, Prof. Pius Suratman Kartasasmita, Drs., M.Si., Ph.D. menyampaikan lima simpul pembelajaran dari pengalaman dirinya selama sepuluh tahun berziarah di daerah aliran Sungai Citarum.
Sungai Citarum sendiri mengalir dari Situ Cisanti hingga Kecamatan Muara Gembong ini memiliki berbagai fungsi seperti menyirami pohon-pohon, memandikan ikan, memberi makan ikan-ikan, menampung air dari gunung-gunung yang ada di Jawa Barat, memberi juga kehidupan pada binatang liar, dan bahkan menjadi simpul budaya kejayaan kerajaan di masa lalu. Tidak hanya itu, Sungai Citarum juga menjadi saksi cerita untuk Soekarno Hatta yang dibawa ke Rengasdengklok.
Meskipun demikian, Sungai Citarum yang dirinya anggap sebagai aliran berkah telah berubah menjadi musibah. Berbagai peristiwa seperti tanah longsor dan banjir seringkali terjadi. Di sisi lain, Sungai Citarum sendiri kini dikotori oleh racun berbahaya yang berasal dari rumah tangga, pabrik, hingga rumah sakit.
“Tapi di tangan kita, Citarum yang berkah itu menjadi musibah. Tanah longsor di mana-mana, banjir dari hulu sampai ke hilir, dan racun dari rumah tangga, pabrik, dan rumah sakit mengotori Sungai Citarum hingga hari ini,” tutur Pius.
Prof Pius mengatakan setidaknya terdapat lima simpul yang dihasilkan dari pengalaman berziarahnya, antara lain:
- Indikasi kuat sirnanya konsep publik dalam memperlakukan alam
- Menanggulangi bencana secara bersama adalah keniscayaan
- Inklusi publik sebagai fondasi berkelanjutan
- Menjaga koherensi kebijakan untuk mencapai tujuan
- Meninjau ulang peran dan partisipasi perguruan tinggi
Guru besar tersebut mengatakan bahwa masalah yang dihadapi Sungai Citarum cukup besar dan kompleks sehingga tidak bisa ditangani oleh individu saja. Dirinya berpendapat bahwa seorang profesor pun belum tentu bisa menangani situasi di Sungai Citarum. Maka dari itu, dibutuhkan suatu strategi untuk memecahkan masalah Sungai Citarum.
“Itu sebabnya, dibutuhkan yang disebut dengan tata kelola kolaboratif atau collaborative governance. Collaborative governance merupakan salah satu strategi yang perlu dilaksanakan,” ujar Guru Besar Administrasi Publik tersebut.
Lebih lanjut, Prof Pius salah satu alasan akademiknya bisa disampaikan dari bidang Administrasi Publik Modern. Ia mengutip bahwa disiplin Administrasi Publik Modern di satu sisi menjadi ujung tombak negara dalam mewujudkan pengelolaan yang baik (good governance). Namun di sisi lain, disiplin ini juga menjadi tumpuan warna dalam menyelenggarakan pelayanan publik.
Kendati demikian, Prof Pius mengatakan apabila Sungai Citarum dipandang dengan perspektif yang benar maka akan terlihat sangat indah.
“Citarum bisa dipandang sebagai sebuah narasi romantisme dimana alam menyatu dengan manusia dan keindahannya atau bisa dipandang sebagai battleground/arena pertempuran,” ucapnya.
Tak lupa Prof Pius dalam orasi ilmiahnya tersebut juga menyampaikan bahwa inklusi publik penting sebagai fondasi demokrasi yang berkelanjutan.
“Inklusi publik untuk berkelanjutan bukan hanya mengundang keterlibatan dan kontribusi semua individu dan kelompok tapi juga pelibatan secara kelembagaan, pengakuan dan perlindungan hukum, serta ikut menikmati hasil kerja jangka panjang,” ucapnya.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan bahwa keterlibatan universitas sangat diperlukan dalam menangani permasalahan di Sungai Citarum.
“Kita tidak harus jadi pegiat sosial atau peran lain dapat kita bisa berkontribusi untuk keberlanjutan Citarum,” ucapnya.
Melalui pengukuhan ini, Ketua Senat UNPAR Prof. Dr. Ir. Judy Retti B. Witono, M.App.Sc. beserta Rektor UNPAR Mangadar Situmorang Ph.D berharap Prof Pius bisa memiliki hak serta kewenangan akademik dalam pengembangan akademik intelektualitas serta pengembangan UNPAR.
“Dengan pengukuhan Guru Besar ini, semoga Prof Pius Suratman punya hak sekaligus kewenangan akademik di dalam pengembangan akademik intelektualitas dan juga pengembangan institusi UNPAR ini,” ujar Rektor UNPAR.(JES/KTH Humkoler UNPAR)