UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) secara resmi terpilih menjadi koordinator salah satu program Erasmus+ yakni Capacity Building Higher Education (CBHE). CBHE sendiri difokuskan pada kerja sama untuk mendukung transformasi dalam pendidikan tinggi. Hal ini merupakan bentuk respons persetujuan Uni Eropa atas project ECoGREEN berjudul ‘Empowering Transdisciplinary Collaboration and Green Entrepreneurial Education Towards Sustainable Campus and Micro, Small, amd Medium Sized Enterprises in Indonesia’.
Lebih lanjut, project ini didanai oleh Uni Eropa selama 3 tahun terhitung sejak 1 Maret 2023. Project ini sendiri merupakan project Erasmus+ CBHE keempat. Tidak hanya itu, project ini merupakan project kali kedua di mana UNPAR menjadi koordinator. Pasalnya, hanya 3 project Erasmus+ CBHE yang menjadikan universitas di Indonesia sebagai koordinator.
Hal tersebut dikemukakan oleh Dr. Johanna Renny Octavia selaku Primary Coordinator dari ECoGREEN Project UNPAR pada sesi ‘Introduction to ECoGREEN Project and Consortium’. Sesi tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara Erasmus+ ECoGREEN Project Kick-Off & Partnership Agreement Signing yang dilaksanakan pada Kamis (4/5/2022) di Auditorium Gedung Pusat Pembelajaran Arntz Geise (PPAG) UNPAR. Acara tersebut turut mengundang rektor dari berbagai universitas yang juga merupakan mitra konsorsium nasional maupun internasional.
Johanna menyatakan bahwa ada empat aspek utama dalam project ECoGREEN yakni Campus Sustainability; Green Entrepreneurial Education; Micro, Small and Medium-Sized Enterprises; serta Transdisciplinary Collaboration. Dirinya berpendapat bahwa aspek ke empat merupakan aspek yang secara khusus menyorot konsorsium.
“Dan yang terakhir adalah Transdisciplinary Collaboration yang menyoroti konsorsium ini,” tutur Johanna.
Sementara itu, Johanna mengungkap bahwa latar belakang project ini adalah dunia yang terus menerus disruptif. Begitu banyak tantangan kompleks yang menyebabkan kerusakan. Maka dari itu, melalui project ini dirinya ingin mencoba membantu masyarakat menemukan pemecahan masalah dengan mendorong inovasi dengan pendekatan transdisipliner.
“Dengan ini, kami ingin mencoba membantu masyarakat untuk menemukan pemecahan masalah dengan mendorong inovasi,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa dirinya percaya dalam kolaborasi lintas disiplin untuk mencapai tujuan. Menurut dirinya, kita tidak bisa hanya duduk di satu pulau/disiplin saja untuk mengatasi masalah yang begitu kompleks dan rumit yang ada di masyarakat. Maka dari itu, dirinya akan memberdayakan kolaborasi lintas disiplin dan bergabung untuk mengatasi masalah kompleks.
“Oleh karena itu, multidisiplin atau interdisiplin juga tidak cukup di dunia ini. Jadi kita akan memberdayakan kolaborasi lintas disiplin. Kita bergabung dalam satu lingkaran besar untuk mengatasi masalah kompleks,” ucap dirinya. (KTH-Humkoler UNPAR)