UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) secara resmi meluncurkan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui Acara Peluncuran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNPAR di Ruang Multifungsi Lantai 1 Gedung Pusat Pembelajaran Arntz Geise (PPAG). Acara yang dilaksanakan pada Jumat (22/11/2024) tersebut merupakan tindak lanjut dari izin penyatuan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Surya ke UNPAR yang diterima sejak 3 September 2024 lalu.
Melalui sambutannya, Dr. Nancy Susianna M.Pd selaku dekan FKIP mengungkap keprihatinannya atas kondisi peserta didik yang ada di Indonesia pada saat ini. Ia menyatakan bahwa Indonesia saat ini hanya mencapai peringkat 69 dari 80 negara yang berada dalam organisasi Pisa. Hal ini pun dibuktikan data hasil asesmen rapor pendidikan numerasi dan literasi satuan pendidikan yang masih ‘merah’.
Di sisi lain, dirinya juga mengajak untuk melihat kondisi pendidik melalui penelitian terhadap 517 orang pendidik yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Hasilnya, ditemukan bahwa hanya 6% mengetahui kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik dan hanya 3% yang benar-benar mampu merancang pembelajaran sesuai kompetensi yang harus dimiliki peserta didik.
“Inilah suatu keprihatinan bagi kami, bagi FKIP UNPAR ini. Oleh karena itu, kami berkomitmen bahwa lulusan kami adalah lulusan yang unggul sebagai pendidik, peneliti, dan konsultan pendidikan yang humanum, berkarakter dan berkualitas,” ucapnya.
Sementara itu, Rektor UNPAR Prof. Tri Basuki Joewono mengungkapkan kebanggaannya atas perolehan izin penyelenggaraan program studi di bidang pendidikan. Hingga saat ini, UNPAR yang mendekati umur 70 tahun telah tercatat memiliki 46 program studi dengan 7 program studi baru di bidang keguruan dan ilmu pendidikan.
“Kenapa berbangga? Karena UNPAR sejak tahun ini bisa terlibat dalam menyiapkan guru-guru masa depan. Kami berbangga karena bisa mulai memberi jawaban atas pertanyaan Mgr. Geise di tahun 1969,” ungkap Rektor UNPAR.
Sebagaimana dikutip oleh Rektor UNPAR, Mgr. Geise pernah melontarkan pertanyaan penting terkait cara universitas Katolik dalam mendidik. ‘Dengan cara apa universitas Katolik memenuhi tugas mendidik pemuda-pemudi menjadi teknolog dan teknokrat terpelajar yang mampu memandu umat manusia ke suatu pemahaman yang lebih baik dan modus kehidupan yang lebih baik berlandaskan pada pengetahuan yang baik tentang makna kehidupan manusia dalam semua bentuknya yang bervariasi?’.
“Kami bersyukur karena UNPAR sejak tahun ini bisa menjawab sebuah cita-cita lama. Cita-cita dan harapan dari berbagai pihak bahwa UNPAR memiliki program studi yang menghasilkan guru yang berkualitas untuk mengisi kebutuhan guru di berbagai sekolah di penjuru Indonesia,” tutur Prof. Tri Basuki.
Rektor UNPAR Prof. Tri Basuki Joewono pun menyatakan bahwa karya ini secara resmi baru dimulai. Namun, tanggung jawab untuk mengelola dan mengembangkan FKIP ini akan menjadi tantangan selanjutnya.
“Pengelolaan dan pengembangan ini didasarkan pada visi UNPAR, menjadi komunitas akademik humanum yang mengembangkan potensi lokal ke tataran global dalam bidang keguruan dan ilmu pendidikan demi peningkatan martabat manusia dan keutuhan alam ciptaan serta dijiwai sesanti Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bhakti, Berdasarkan Ketuhanan menuntut ilmu untuk dibaktikan kepada masyarakat,” tutur Rektor UNPAR.
UNPAR melalui FKIP akan mengupayakan untuk menghasilkan guru yang dijiwai spiritualitas, nilai dasar UNPAR serta didukung sesanti UNPAR. Lebih lanjut, guru yang dimaksud adalah guru yang menjadi jawaban dunia masa depan, guru yang dapat beradaptasi di tengah perubahan cepat teknologi dan metode pembelajaran, serta guru yang menguasai teknologi sekaligus guru yang menjadi pribadi yang humanum.
“Di ujung akhirnya, goal-nya adalah menyiapkan pribadi yang utuh, menyiapkan guru yang tidak hanya tech savvy namun juga memiliki kemampuan untuk menghidupi pendidikan sebagai proses yang menyentuh sisi kemanusiaan,” ungkap Rektor UNPAR.
Meskipun demikian, Rektor UNPAR menyatakan bahwa cita-cita tersebut tidak akan tercapai jika UNPAR hanya bekerja sendiri. Oleh karena itu, dirinya mengajak mitra, rekan kerja, lembaga, ataupun individu untuk berkolaborasi dalam menghasilkan guru yang humanum.
“Kami menawarkan hati dan diri kami untuk bekerja sama. Mari kita berkolaborasi untuk menyediakan guru yang menjadi jawaban dunia masa depan. Mari, disini sekarang kita mulai karya besar ini demi kemuliaan Tuhan,” tutup Rektor UNPAR.
Sejalan dengan Rektor UNPAR, Pst. Basilius Hendra Kimawan, OSC, L.Th selaku Ketua Yayasan UNPAR turut menyoroti sejarah pendirian UNPAR, khususnya Mgr. Arntz dan Mgr. Geise yang juga sempat menjadi pendidik yang kemudian dengan berani mendirikan UNPAR.
Tidak sampai di situ saja, Pst. Basilius Hendra Kimawan, OSC, L.Th juga menuturkan bahwa kedua pendiri UNPAR pernah hidup bersama dengan Prod. Dr. N. Driyarkara SJ yang merupakan Rektor Pertama Sanata Dharma yang menekankan pendidikan sebagai proses homonisasi dan humanisasi. Oleh karena itu, dirinya berharap guru yang dihasilkan FKIP UNPAR juga turut menjadi pribadi yang humanum.
“Homonisasi berarti proses pemanusiaan pada umumnya yang kemudian bisa membuat manusia itu berbeda dengan makhluk hidup yang lain dan proses humanisasi membantu orang-orang, membantu manusia-manusia sungguh menjadi pribadi-pribadi yang bisa merealisasikan diri. Dalam bahasa kita, menjadi pribadi humanum.” tutur Pst. Basilius Hendra Kimawan, OSC, L.Th.
Dirinya pun berterima kasih kepada semua yang terlibat dalam pendirian FKIP ini. Ia menyatakan bahwa pendirian ini merupakan hadiah ulang tahun UNPAR yang ke-70 yang akan dirayakan tahun depan.
“Proficiat, kiranya Tuhan memberkati niat baik dan upaya kita mencerdaskan bangsa, Tuhan memberkati,” tutur Ketua Yayasan UNPAR. (KTH-Humas UNPAR)