UNPAR.AC.ID, Bandung – Pada Kamis (29/08/2024), Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) bekerja sama dengan Penerbit Utama Gramedia mengadakan acara bedah buku bertajuk “Mengenal Lebih Dekat Paus Fransiskus”. Acara ini diselenggarakan di Lecture Theater Lantai 9, Menara Selatan Gedung PPAG UNPAR, Bandung, dan disiarkan secara langsung di kanal YouTube UNPAR Official. Kegiatan ini menghadirkan dua pembicara utama: Mangadar Situmorang, Dosen Hubungan Internasional UNPAR, dan Romo Bhanu Viktorahadi, Dosen Filsafat UNPAR. Trisno Sakti Herwanto, Dosen Administrasi Publik UNPAR, berperan sebagai moderator. Acara ini bertujuan memperdalam pemahaman tentang Paus Fransiskus melalui tiga buku yang dibahas, yakni “Paus dari Dunia Baru”, “Manusia Pendoa”, dan “Mari Bermimpi”, menjelang kunjungan beliau ke Indonesia pada bulan September.
Romo Bhanu Viktorahadi membuka diskusi dengan menguraikan karakteristik unik Paus Fransiskus.
“Paus Fransiskus adalah paus pertama dari ordo Yesuit, dan yang pertama berasal dari Amerika Latin,” ujar Romo Bhanu, menyoroti betapa Paus Fransiskus membawa perspektif baru ke dalam kepausan, yang berbeda dari tradisi sebelumnya.
Ia juga menekankan bahwa pilihan nama ‘Fransiskus’ oleh Paus sendiri adalah sebuah simbol penting.
“Nama ini belum pernah dipakai oleh paus sebelumnya, dan tidak menggunakan angka seperti paus lainnya. Ini menunjukkan bahwa dia ingin membawa sesuatu yang benar-benar baru,” jelas Romo Bhanu.
Romo Bhanu juga menjelaskan tiga buku yang menjadi fokus bedah buku, yaitu “Fransiskus: Paus dari Dunia Baru”, “Fransiskus: Mari Bermimpi”, dan “Fransiskus: Manusia Pendoa”. Buku-buku ini, menurut Romo Bhanu, menggambarkan perjalanan spiritual dan kepemimpinan Paus Fransiskus yang berpusat pada kasih, harapan, dan iman.
“Paus Fransiskus sangat menekankan kasih sebagai langkah konkret dalam pelayanan, bukan hanya sekedar gagasan abstrak. Beliau mengajak gereja untuk tidak kehilangan kesabaran, menghidupkan kembali perjumpaan-perjumpaan personal yang bisa memangkas jarak birokrasi dalam gereja,” ujar Romo Bhanu, menggarisbawahi pendekatan pastoral Paus Fransiskus yang lebih personal dan dekat dengan umat.
Mangadar Situmorang memberikan perspektif tambahan dari sudut pandang hubungan internasional. Ia menjelaskan bahwa sosok Paus Fransiskus tidak hanya berperan penting dalam konteks keagamaan, tetapi juga dalam skala global.
“Kehadiran Paus Fransiskus tidak hanya menyapa umat Katolik, tetapi juga membawa pengaruh luas karena sosoknya sebagai pemimpin moral di level internasional,” kata Mangadar.
Ia juga menyoroti bagaimana Paus Fransiskus, melalui pendekatannya yang inklusif dan berbasis pada solidaritas, mampu menyatukan berbagai kalangan di tengah perbedaan.
“Paus Fransiskus mengajak kita untuk lebih dekat dengan kenyataan, menyatu dengan penderitaan, dan selalu ada jalan keluar serta harapan,” ujarnya, mengaitkan pesan-pesan paus dengan situasi global saat ini.
Mangadar juga menekankan pentingnya tindakan nyata dalam menghadapi tantangan dunia modern, seperti yang dicontohkan Paus Fransiskus.
“Solidaritas yang dimaksud Paus Fransiskus bukan sekadar menunjukkan kedermawanan, tetapi sebuah solidaritas yang dipersatukan oleh harapan-harapan kita yang paling dasar tentang kebebasan, pengakuan, dan penghormatan,” jelas Mangadar.
Menurutnya, Paus Fransiskus adalah tokoh yang berhasil menunjukkan bagaimana nilai-nilai gereja dapat relevan dan diterapkan dalam menghadapi isu-isu global seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan kerusakan lingkungan.
Acara ini ditutup dengan pemberian hadiah buku kepada para peserta yang aktif bertanya. Para peserta yang hadir, termasuk akademisi, mahasiswa, dan umat lintas paroki, merasa mendapat banyak wawasan baru mengenai sosok Paus Fransiskus dan kontribusinya dalam membangun gereja yang lebih inklusif dan berbelas kasih. Harapan besar terpancar dari acara ini bahwa kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia nanti dapat membawa semangat pembaruan dan persaudaraan di tengah-tengah masyarakat. (NAT-Humas UNPAR)