UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) dan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam secara resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pada Senin (28/4/2025) di Auditorium Pusat Pembelajaran Arntz Geise (PPAG) UNPAR. Penandatanganan ini menandai tonggak penting dalam memperkuat kerja sama akademik serta dialog internasional.
Penandatanganan MoU yang dilaksanakan dalam rangkaian acara Special Guest Lecture bertajuk “Strategic Autonomy in an Era of Trade Wars” ini dilakukan oleh Prof. Ir. Tri Basuki Joewono, Ph.D. selaku Rektor UNPAR, dan H.E. Ambassador Denis Chaibi selaku Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam.
Dalam sambutannya, Rektor UNPAR, Prof. Ir. Tri Basuki Joewono, Ph.D., menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan oleh Delegasi Uni Eropa kepada UNPAR. “Kami percaya bahwa kolaborasi ini akan membuka cakrawala baru bagi mahasiswa dan akademisi kami untuk berkontribusi dalam percaturan global,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rektor menegaskan pentingnya membangun jejaring internasional di era globalisasi. Ia mengatakan, “Kerja sama ini tidak hanya memperkaya aspek akademik, tetapi juga mempererat hubungan antarbangsa melalui pertukaran ide dan budaya.”
Ia juga mengungkapkan harapannya bahwa “melalui kolaborasi ini, mahasiswa UNPAR akan mendapatkan kesempatan untuk belajar dari pengalaman nyata di lingkungan diplomatik dan internasional.”
MoU ini dilakukan untuk memperluas keterlibatan pemuda dalam berbagai isu global dan memberdayakan mahasiswa agar menjadi figur berpengaruh di bidang administrasi, bisnis, dan masyarakat sipil. Fokus utama meliputi:
- Penyelenggaraan kuliah umum tahunan oleh Duta Besar Uni Eropa.
- Sesi informasi mengenai program dan beasiswa Uni Eropa.
- Fasilitasi magang bagi mahasiswa dan lulusan baru di Kantor Delegasi Uni Eropa.
Dalam sesi guest lecture yang penuh antusiasme, H.E. Ambassador Denis Chaibi menyoroti pentingnya strategic autonomy dalam konteks dinamika ekonomi global. Ia membuka paparannya dengan pernyataan tegas, “Strategic autonomy bukan berarti isolasi, melainkan kemampuan untuk membuat keputusan bebas berdasarkan kepentingan kita sendiri.”
Duta Besar Chaibi menekankan bahwa dunia saat ini menghadapi tantangan besar akibat perang dagang dan fragmentasi ekonomi. “Kita menyaksikan perubahan besar dalam rantai pasok global. Oleh karena itu, Eropa perlu memastikan kemandirian strategisnya, terutama dalam sektor-sektor vital seperti energi, kesehatan, dan teknologi,” jelasnya.
Dalam penjelasannya mengenai konteks hubungan perdagangan internasional, Chaibi menambahkan, “Bukan berarti kita menutup pintu terhadap kerja sama, tetapi kita harus mengurangi ketergantungan yang berlebihan pada satu pihak saja.”
Ia juga membagikan perspektifnya tentang hubungan Uni Eropa dengan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. “Kami melihat ASEAN, termasuk Indonesia, sebagai mitra strategis dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dunia,” tutur Chaibi.
Lebih lanjut, Chaibi mengajak mahasiswa untuk lebih kritis terhadap perkembangan geopolitik global. Ia mengatakan, “Generasi muda harus memahami bahwa dunia tidak lagi bisa dipetakan secara sederhana; setiap keputusan politik memiliki dampak ekonomi yang luas.”
Menutup kuliahnya, Duta Besar Chaibi memberikan pesan inspiratif kepada seluruh peserta, “Jadilah warga dunia yang mampu berpikir independen, membangun jembatan antarbangsa, dan berkontribusi untuk dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.”
Melalui kemitraan ini, UNPAR berharap dapat wawasan global sivitas akademika dan membuka lebih banyak peluang riset, inovasi, serta jaringan internasional. (KTH/NAT-Humas UNPAR)
