UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) telah melaksanakan program vaksinasi Covid-19 tahap pertama dan kedua bagi setidaknya 1.500 mahasiswa berbarengan dengan vaksinasi terhadap warga Bandung Raya, di Pusat Pembelajaran Arntz–Geise (PPAG) UNPAR. Tahap kedua vaksinasi diselenggarakan sejak Selasa (27/7/2021) hingga Jumat (30/7/2021), meneruskan vaksinasi tahap pertama pada 28 Juni-2 Juli 2021 lalu.
Sebagaimana diketahui, vaksinasi mahasiswa ini merupakan bentuk prioritas kampus bagi sivitas akademika di lingkungan UNPAR. Sejumlah mahasiswa pun menyambut baik atas inisiatif UNPAR tersebut sekaligus berharap langkah itu menjadi pertimbangan bagi pihak kampus untuk mengeluarkan kebijakan yang tepat terutama terkait kegiatan akademik dan kemahasiswaan di lingkungan UNPAR.
Tiga mahasiswa dari program studi berbeda berbagi opini atas program vaksinasi yang mereka ikuti. Mereka adalah Annasthasya Milleni Angelina (Teknik Kimia-2018), Sherly Florence (Manajemen-2018), dan Davis Tjandra (Arsitektur-2018).
Annasthasya menuturkan bahwa vaksinasi yang diadakan UNPAR berjalan dengan sangat baik. Mulai dari penjadwalan vaksin yang dilakukan teratur, protokol kesehatan dijaga ketat, alur vaksinasi diatur dengan baik dan sistematis, serta petugas vaksinasi yang melayani dengan ramah.
“Menurut saya, UNPAR bersikap peduli terhadap penanggulangan masalah Covid-19 ini dengan membuktikan kontribusinya memberikan vaksinasi untuk mahasiswa maupun masyarakat umum. Langkah UNPAR tepat dan menjadi bentuk dukungan kepada pemerintah. Saya berharap vaksinasi yang telah diberikan dapat mengurangi penyebaran Covid-19 di Indonesia saat ini,” tutur Annasthasya.
Hal senada disampaikan Sherly dan Davis. Menurut Sherly, inisiatif UNPAR mengadakan vaksinasi bagi mahasiswanya patut diapresiasi sebagai langkah konkret ikut mendorong memutus rantai penyebaran Covid-19.
“Dengan melakukan vaksinasi, minimal daya tahan tubuh kita yang sudah divaksin itu meningkat. Jadi kalau ada virus (Covid-19), bisa dilawan,” ujar Sherly.
Pelaksanaan vaksinasi yang berlangsung aman dan nyaman pun diutarakan Davis. Begitu pula informasi yang disampaikan tim Satuan Tugas UNPAR Fights Covid-19 dari awal hingga pelaksanaan di lapangan sangat jelas.
“Saya pribadi sempat mendaftar (vaksinasi) di tempat lain, namun yang terjadi itu malah desak-desakan. Sedangkan di UNPAR berjalan sangat tertib dan teratur. UNPAR juga setahu saya enggak cuma buka vaksinasi buat mahasiswa, tapi untuk masyarakat umum juga. Ini langkah bagus,” kata Davis.
Pendataan Vaksinasi
Ketiganya pun turut mengomentari pendataan yang dilakukan Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BKA) UNPAR terkait sebaran vaksinasi dan infeksi dari Covid-19 kepada seluruh mahasiswa UNPAR.
Menurut Annasthasya, pendataan tersebut menunjukkan tanggung jawab kampus terhadap mahasiswanya dengan harapan ada tindak lanjut dari kampus bagi mahasiswa yang terkena Covid-19. Davis pun berharap melalui survei tersebut, UNPAR memiliki data yang tentunya bisa jadi rujukan atau pertimbangan dalam mengeluarkan kebijakan terutama untuk kepentingan akademik mahasiswa lebih lanjut selama masa pandemi ini.
“Saya mengetahui bahwa BKA memberikan survei terkait vaksinasi. Itu menunjukkan bahwa UNPAR peduli dengan keadaan mahasiswanya dan bisa ikut turun tangan berkontribusi memberikan bantuan terhadap mahasiswanya yang terkena Covid-19,” ucap Annasthasya.
Pembelajaran Offline
Tak sekadar mengapresiasi giat vaksinasi, ketiganya pun berharap setelah vaksinasi dan masa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) usai, pihak kampus bisa mempertimbangan opsi pembelajaran tatap muka. Ketiganya berpendapat, pembelajaran tatap muka bisa dilakukan melalui sistem shift dengan batas maksimal tertentu, 50 persen dari jumlah peserta didik misalnya.
Menurut Sherly, pihak kampus bisa menggunakan metode blended learning dan membuka pembelajaran offline bagi mahasiswa yang sudah divaksin. Tentunya dengan syarat protokol kesehatan yang ketat dan dilaksanakan serta dipatuhi semua pihak selama pembelajaran offline.
“Harapan aku semoga bisa dibuka kembali pembelajaran offline-nya untuk mahasiswa yang sudah divaksin. Atau bisa dilakukan pembelajaran 50 persen online dan offline. Menurut aku ini penting, karena kan kuliah itu bukan cuma soal ilmu tapi sosialisasi juga,” tutur Sherly.
Annasthasya juga menyampaikan harapannya agar kampus mempertimbangkan opsi pembelajaran offline. Menurut dia, kedekatan atau interaksi antar sesama mahasiswa dan juga antar mahasiswa dengan dosen dapat terjalin kembali dengan baik ketika proses belajar mengajar secara offline.
“Tentunya tetap memperhatikan protokol kesehatan, misalnya hanya setengah kelas yang terisi, tetap menggunakan masker, cuci tangan tiap masuk kelas, dan lainnya. Terdapat shift hari untuk mahasiswa agar merasakan kuliah secara offline kembali. Kuliah secara online banyak mengalami kendala, terutama saat ujian, misalnya kendala sinyal saat pengumpulan berkas ujian. Semoga hal ini menjadi masukan bagi pihak UNPAR,” kata dia.
Vaksinasi Tahap II
Di sisi lain, UNPAR telah menyelesaikan program vaksinasi tahap 2 yang berlangsung sejak Selasa (27/7/2021) hingga Jumat (30/7/2021), di Pusat Pembelajaran Arntz–Geise (PPAG) UNPAR. Vaksinasi tahap 2 ini meneruskan vaksinasi bagi warga Bandung Raya berusia 18 tahun ke atas (18+) dengan total sasaran sebanyak 6.000 orang. Sekadar informasi, vaksinasi tahap pertama telah dilakukan pada 28 Juni-2 Juli 2021 lalu
Program vaksinasi ini merupakan kerja sama UNPAR dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung, Puskesmas Ciumbuleuit, Rumah Sakit Santo Borromeus, dan Klinik Pratama UNPAR. Selain itu, vaksinasi ini menjadi bentuk implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi guna mendukung percepatan vaksinasi dan prioritas kampus bagi publik Bandung Raya.
UNPAR juga telah melaksanakan vaksinasi bagi seluruh dosen dan tenaga pendidikan yang jumlahnya sekitar 750 orang. Vakasinai tersebut dilakukan selama tiga hari berturut, 24-26 Maret 2021 lalu. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR).