UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan memberikan Penghargaan Cantyadarma bagi dua Guru Besar UNPAR yang telah memasuki masa purnabakti, yaitu Prof. Dr. Koerniatmanto Soetoprawiro, S.H., M.H (Guru Besar Bidang Ilmu Hukum) dan Prof. Paulus Pramono Rahardjo., Ph.D (Guru Besar Bidang Ilmu Geoteknik), dalam giat Sidang Terbuka Senat Universitas Katolik Parahyangan, Sabtu (20/1/2024), di Auditorium PPAG UNPAR.
Acara tersebut diisi dengan orasi kehormatan dari kedua profesor tersebut. Orasi pertama disampaikan oleh Prof Koerniatmanto, yang menyampaikan orasi berjudul “Testimonium Meum: Suatu Perjalanan Akademik”.
Sosok yang lahir pada Februari 1953 ini memulai dengan menyampaikan perjalanan hidupnya sebagai seorang akademisi dan cerita masa lalunya yang diwakili dengan kalimat “yesterday was my culture to shape my character”.
Prof Kornie-begitu kerap disapa- pun bercerita berbagai bidang kajian hukum yang digeluti. Mulai dari hukum warisan kolonial, masyarakat pedesaan dan adat sebagai periferi, law for the poor, hukum kewarganegaraan dan keimigrasian, hingga hukum pertanian.
Selanjutnya, Prof. Koernie juga o berbicara tentang pentingnya pengelolaan sumber daya alam dan perkembangan masyarakat pedesaan. Ia berharap agar sumber daya alam dan masyarakat pedesaan menjadi fokus pembangunan hukum di masa depan.
Dalam orasinya, Prof Kornie juga menyampaikan pula tujuan dan fungsi hukum. Tujuan hukum menurutnya yaitu membuat keputusan secara bijak serta tepat dan akurat dalam rangka mengelola konflik.
Adapun fungsi hukum meliputi:
- Fungsi Regulasi/Pengaturan
- Fungsi Pengelolaan Konflik
- Fungsi Pengayoman
- Fungsi Reksa Kehidupan, Kemanusiaan dan Keutuhan Alam
Orasi Cantyadarma kedua disampaikan oleh Prof. Paulus yang membawakan judul “Ilmu Geoteknik: Pelajaran dari Pengalaman Rekayasa Wisdom untuk Mitigasi Bencana Alam Geologi hingga Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan”.
Alumni Teknik Sipil UNPAR angkatan 1973 ini dalam orasinya mencapai banyak hal di antaranya yaitu pentingnya manajemen kebencanaan.
Dalam pemaparannya, Prof. Paulus mengatakan bahwa manajemen kebencanaan adalah rangkaian aktivitas yang dirancang untuk menjaga “pengendalian” bencana dan situasi darurat untuk memberikan kerangka untuk membantu mereka yang diable atau rentan terhadap bencana dan agar dapat mengurangi risiko bencana dan cepat pulih.
Adapun tujuan manajemen kebencanaan yaitu:
- Mengurangi risiko bencana,
- Mengurangi penderitaan mereka yang mengalami bencana, dan
- Mempercepat pemulihan
“Salah satu upaya mitigasi adalah sosialisasi tentang kebencanaan untuk membangun resilient society,” tuturnya.
Di akhir orasinya, Prof. Paulus menyampaikan bahwa proses fisis dari bumi selama berjuta tahun telah mengubah lanskap di permukaan bumi. Proses ini merupakan proses alamiah yang dapat mengakibatkan bencana (alam). Tetapi apa yang dilakukan manusia di bumi ini, juga dapat mengubah dan mempercepat proses tersebut yang dapat mengarah kepada ancaman lingkungan dan manusia lain. Adalah menjadi tugas ilmu geoteknik dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk mengidentifikasi kemungkinan bencana tersebut dan mengurangi bahaya pada umat manusia.
Lebih lanjut, komponen fundamental dari lingkungan hidup manusia adalah faktor geologi dan tanah. Pengetahuan dan “pengertian” tentang lingkungan hidup tidak dapat dilepaskan dari apresiasi terhadap pengetahuan dalam geologi. Geologi teknik memberikan dan menyaring pengetahuan geologi untuk kepentingan rekayasa sipil dan ilmu geoteknik menjadi jembatan untuk menerapkan ilmu tentang tanah dan batuan terhadap prinsip-prinsip bangunan di dalam rekayasa sipil.
Rektor UNPAR Prof. Tri Basuki Joewono dalam sambutannya juga menyampaikan terima kasih atas dedikasi dan sumbangsih kedua Guru Besar tersebut bagi bangsa, masyarakat, dan UNPAR tentunya. Menurut Rektor, bukan perjalanan yang mudah bagi keduanya hingga bisa mencapai masa purnabakti.
“Setiap karya dan capaian mencatatkan dedikasi akan kecintaan pada keilmuan kedua profesor tersebut. Dari kedua Guru Besar ini, kita belajar banyak apa yang telah dicapai dan dihasilkan. Juga apa yang masih perlu dan dilanjutkan ke depan. Kami menyampaikan terima kasih atas segala yang telah diberikan,” ujar Rektor.
Ketua Senat UNPAR Prof. Dr. Ir. Judy Retti B. Witono, M.App.Sc. juga menyampaikan segenap komunitas akademik UNPAR bangga atas capaian Prof. Koernie dan Prof. Paulus yang telah mencapai masa purnabaktinya. Capaian itu menjadi contoh bagi UNPAR dan Guru Besar lainnya untuk memberikan dedikasinya bagi kepentingan bangsa dan negara serta sejalan dengan Sesanti UNPAR “Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bhakti”.
“Ini merupakan suatu kehormatan bagi kedua Guru Besar. Bukan pada gelar, tapi pada sumbangsih keilmuan bagi banyak orang. Gelar Guru Besar menjadi suatu amanah untuk berbuat lebih bagi banyak orang, hal ini juga telah ditunjukkan oleh keduanya,” ucap Prof. Judy.
Sementara itu, Sekretaris Pengurus Yayasan UNPAR Prof. Hendra Gunawan, Ph.D. menuturkan bahwa ini menjadi kali pertama UNPAR menggelar Penghargaan Cantyadarma. Ungkapan terima kasih bagi para Guru Besar UNPAR yang telah memasuki masa purnabakti akan menjadi tradisi UNPAR sebagai komunitas akademik humanum.
“Pengurus Yayasan mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Prof. Koernie dan Prof. Paulus karena telah mendidik dan mengembangkan ilmunya, baik bagi UNPAR juga bangsa dan masyarakat luas. Tetap berkontribusi kepada masyarakat dan mengharumkan almamater kita tercinta UNPAR,” tuturnya. (Ira Veratika SN-Humas UNPAR)