UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) melalui Kantor Internasional dan Kerja Sama (KIK) berbagi informasi terkait hibah konsorsium Erasmus+ Uni Eropa dalam bentuk Capacity Building Higher Education (CBHE) pada Kamis (20/1/2022). Acara yang dihadiri sejumlah perguruan tinggi se-Indonesia tersebut mengundang Destriani Nugroho selaku Project Officer dari delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam dan ASEAN; serta Ratih Indraswari, S.IP., M.A., dan Dr. Johanna Renny Octavia, S.T., M.Sc., PDEng sebagai dosen UNPAR yang menjadi bagian dari Erasmus+ CBHE.
Destriani mengatakan program Erasmus+ adalah program yang didanai oleh Uni Eropa untuk mendukung pendidikan, pelatihan, kepemudaan, dan olahraga dalam kerja sama antara Uni Eropa dengan negara-negara lain.
“Program Erasmus+ itu banyak sekali, salah satunya Capacity Building Higher Education,” kata Destriani.
Dia juga mengatakan program CBHE yang merupakan bentuk kerja sama akademik ini memiliki tujuan modernisasi perguruan atau sistem-sistem perguruan tinggi, memberikan dampak perguruan tinggi sebanyak-banyaknya di masyarakat, aksesibilitas, inovasi, tata kelola, dan kerja sama regional atau integrasi.
Dalam mengikuti program ini, Destriani menjelaskan terdapat prioritas dari Uni Eropa yang dapat dimasukkan pada proposal yang akan diajukan.
“Harus menyebutkan green deal; digital transformation, migration and mobility; governance, peace, security and human development; dan sustainable growth and jobs,”
Untuk dapat menjadi bagian dari program tersebut, Destriani menyarankan pada perguruan tinggi untuk memulai terlebih dahulu sebagai member dari konsorsium.
“Seperti UNPAR, pengalamannya menjadi anggota konsorsium, belajar dulu, dan setelah mengetahui seluk beluk dari Capacity Building, menjadi koordinator,” tuturnya.
Kerja sama antara Erasmus+ dan UNPAR sendiri sudah terjalin sejak tahun 2017 lalu. Johanna berkata, untuk pertama kalinya, UNPAR menjadi koordinator dari konsorsium Erasmus+ dan telah mendapatkan tiga kali Erasmus+ CBHE Grant.
“Pertama adalah South East Asia B2B Sales Competition (SEASAC), kedua adalah Introducing Social Entrepreneurship in Indonesian Higher Education (INSPIRE), ketiga adalah IN2FOOD,” kata Johanna.
Johanna memberikan tips bahwa dalam proyek yang akan dibuat untuk pengajuan pada Erasmus+ harus memiliki judul yang menarik dan menyebutkan kata kunci yang menjadi prioritas Uni Eropa.
Dia mencontohkan salah satu proyek UNPAR yang bertajuk IN2FOOD dimana mengangkat pengelolaan limbah pangan sebagai isu sosial di Indonesia dan menggandeng institusi interdisipliner.
“Dalam hal ini kami melihat interdisciplinary, innovation, kemudian societal challenge. Kami mencoba memasukkan itu ke dalam title,” tutur Johanna.
Sementara itu, Ratih memberikan informasi terkait yang harus dilakukan untuk mendapatkan program dengan Erasmus+ yaitu:
- Mendaftarkan Participant Identification Code (PIC)
- Mencari rekan dalam universitas di Indonesia dan universitas di Eropa
- Mulai dengan menjadi rekan universitas lain dan belajar mengenai Program Manager serta membuat proposal
- Bekerjasama dengan sesama universitas yang membutuhkan pengembangan kapasitas
Selain itu, Ratih menyampaikan bahwa UNPAR juga memiliki pengalaman pada program International Credit Mobility (ICM) yang diprakarsai pertama kali oleh program studi Hubungan Internasional (HI UNPAR).
“Akhirnya kita successfully mengirimkan student S1 dan S2 hingga faculties mengajar dalam blok teaching mode,” kata Ratih. (RBF-Humkoler UNPAR)