UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Multimedia Nusantara (UMN) melakukan studi banding ke Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Selasa (2/8/2022). Studi banding tersebut menjadi tindaklanjut usai UNPAR bersama UMN telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pada 13 Juni 2022 lalu.
Pertemuan yang berlangsung di Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG) UNPAR tersebut di antaranya membahas implementasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang berjalan di kedua institusi dan turut pula membahas peluang dan tantangan di masing-masing program studi, di antaranya yang menjadi sorotan yaitu Teknik Sipil, Arsitektur, Elektro, dan Integrated Arts UNPAR.
Dari UNPAR, turut hadir dalam pertemuan tersebut di antaranya Rektor UNPAR Mangadar Situmorang, Ph.D; Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni C. Harimanto Suryanugraha, OSC.,Drs., Lic.Th; Kepala Kantor Internasional dan Kerja Sama Sylvia Yazid, Ph.D; Dekan Fakultas Teknik Doddi Yudianto, Ph.D; Kepala LPPM Dr. Henky Muljana, S.T., M.Eng.; Kepala Kantor Sekretariat MBKM Dr.rer.nat. Cecilia Esti Nugraheni; Dekan Fakultas Filsafat Dr. theol. Leonardus Samosir, OSC; dan Guru Besar FF sekaligus Dosen Integrated Arts Prof. Dr. I. Bambang Sugiharto.
Sementara dari UMN, hadir pula Rektor UMN Dr. Ninok Leksono, M.A; Wakil Rektor Hubungan dan Kerja Sama Prof. Dr. Muliawati G. Siswanto, M.Eng.Sc; Direktur LPPM Dr. Ir. P.M.Winarno, M.Kom; Dekan Fakultas Seni dan Desain Muhammad Cahya Daulay, S.Sn., M.Ds; Kepala Biro Kerja Sama (GO) Boby Arinto, S.E., M.M.; Kepala Prodi Teknik Elektro Ahmad Syahril Muharrom, S.Pd., M.T. dan Kepala Prodi Teknik Arsitektur Irma Desiyana, S.Ars., M.Arch.
Rektor UNPAR Mangadar Situmorang, Ph.D. menuturkan, baik UNPAR maupun UMN sama-sama mengemban tugas dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia. UNPAR yang kini telah berusia 67 tahun, tetap melihat segala tantangan dan peluang demi mewujudkan transformasi keberlanjutan. Akreditasi “Unggul” yang tersemat pun tak membuat UNPAR jemawa, penguatan pendidikan Pascasarjana kini jadi perhatian.
“Menjadi tantangan tersendiri ketika kami melihat rekan yang lebih muda termasuk UMN yang jauh lebih lincah, adaptif, energik, dan itu menjadi bahan pembelajaran juga untuk yang lebih tua seperti UNPAR ini. Ada tantangan lain agar program Pascasarjana UNPAR bisa terus berkembang dengan adanya 10 program Magister dan 4 program Doktor. Sebagai Perguruan Tinggi yang sudah semakin berumur, UNPAR ingin mengukuhkan hakikat menjadi center of excellence dalam dunia akademik lewat program Pascasarjana ini,” tutur Rektor.
Sementara itu, Rektor UMN Dr. Ninok Leksono, M.A mengatakan bahwa kunjungan ke UNPAR menjadi langkah selanjutnya usai UMN meneken nota kesepahaman guna pengembangan Tridarma Perguruan Tinggi dan implementasi program Kampus Merdeka.
Kerja sama ini pun dinilai tak sekadar formalitas antara dua institusi pendidikan tinggi. Lebih dari itu, lanjut dia, kolaborasi bersama UNPAR hakikatnya sebuah persahabatan. Ibaratnya, UMN memiliki kawan seperjalanan ketika saat ini Perguruan Tinggi mengalami disrupsi.
“MoU itu jangan berhenti di kertas setelah ditandatangani, tapi harus segera mungkin terisi. Juga menyadari tantangan dan masalah yang dihadapi sama-sama menjadi bahan pemikiran bersama. Pendidikan tinggi kini mengalami disrupsi karena banyaknya model-model pendidikan yang bermunculan,” ujarnya.
Dr. Ninok pun menuturkan, bidang ilmu teknik di UNPAR menjadi salah komponen yang ingin dipelajari pihaknya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Tak hanya membahas keteknikan, pertemuan tersebut juga turut membahas bidang seni di institusi masing-masing, UMN melalui Seni dan Desain, sementara UNPAR dengan Integrated Arts. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR).