UNPAR.AC.ID, Bandung – Sebagai salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) melalui tim Pengabdian Masyarakat (Abdimas) Jurusan Akuntansi memberikan pelatihan kewirausahaan dengan topik merancang usaha baru menggunakan model bisnis kanvas di Desa Rawasari, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, pada Sabtu (22/5/2021). Berkoordinasi dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan Pemerintah Desa Rawasari, kegiatan yang diinisiasi Astra bersama UNPAR itu pun tak hanya memberikan pelatihan kewirausahaan, tim Abdimas yang dipimpin Dr. Elizabeth T.M., M.Si., Ak., CA., CIRR., juga turut membahas pembuatan gapura desa.
Diketahui sebelumnya bahwa warga desa Rawasari telah mendapatkan berbagai pelatihan dari tim Abdimas Jurusan Akuntansi UNPAR. Di antaranya ialah membuat produk meja dan kursi tamu dari bambu, membuat gerobak sate dari bambu. Kemudian membuat ruangan Posyandu di Rawasari dari bambu tahan gempa. Selain itu memberikan pelatihan tentang motivasi, mengelola usaha tusuk sate dan membuat produksi tusuk sate tersebut.
Elizabeth menuturkan, pelatihan kewirausahaan tersebut dihadiri 40 peserta dan mayoritas berasal dari pelajar juga alumni jurusan komputer Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Teknik Menengah (STM) serta beberapa peserta lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pelatihan kewirausahaan ini merupakan seri pelatihan kedua setelah topik pertama tentang dasar-dasar kewirausahaan pada 6 pekan lalu.
“Topik pelatihan kali ini lebih bersifat praktik dan akan melibatkan semua peserta berdiskusi dan bereksperimen dengan ide-idenya,” tutur Elizabeth selaku Penanggung Jawab Proyek Pengabdian Kampung Berseri Astra Desa Sejahtera: Desa Rawasari, Senin (24/5/2021).
Sementara itu, pemateri dalam pelatihan tersebut yang juga merupakan dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan Dr. Elvy Maria Manurung SE.,Ak. M.T. Kewirausahaan, lanjut dia, merupakan pengetahuan multidisiplin yang bersifat teoretis dan praktis.
Elvy menuturkan bahwa dalam pelatihan tersebut, dirinya menyampaikan topik tentang bagaimana membuat dan merancang model bisnis untuk memulai kewirausahaan. Karena pelatihan lebih bersifat praktik, lanjut dia, beberapa alat bantu berupa gambar model di kanvas serta kertas folio bergaris dan alat tulis telah disiapkan oleh tim Abdimas.
Lebih lanjut, dalam pelatihan itu, peserta diajak melihat gambar di kanvas yang telah disiapkan sekaligus mempelajari dan memahami tahap demi tahap membangun ide awal sebuah usaha/bisnis secara kreatif. Beberapa contoh inovasi juga dikemukakan untuk menambah pemahaman peserta tentang bedanya kewirausahaan dengan jual-beli pada umumnya. Peserta juga diajak mencari solusi yang bisa menimbulkan ketidakpuasan pelanggan.
“Serta bagaimana menemukan solusi kreatif untuk usaha sejenis yang lain, yang sudah ada tetapi menimbulkan ketidakpuasan pelanggan dan memberi masalah (sampah, kesehatan, dan sebagainya) kepada pelanggan,” ujar Elvy.
Dia mengungkapkan bahwa pelatihan berlangsung cukup dinamis, para peserta tampak antusias dengan materi yang dipaparkan. Para peserta pun dibagi menjadi enam kelompok dengan tujuan agar berdiskusi di dalam kelompok masing-masing sembari berlatih menyusun ide-ide kreatifnya untuk membangun model bisnis yang baru.
“Setelah berhasil menyepakati ide bersama dan menuliskan hasilnya ke dalam sembilan blok di kertas folio bergaris, masing-masing kelompok presentasi ke depan dan terbuka untuk menjawab jika ada pertanyaan dari kawannya di kelompok yang lain,” ucapnya.
Menarik Atensi
Menurut Elvy, setidaknya ada tiga hal menarik dari pelatihan membuat model bisnis tersebut. Pertama, peserta memahami cara menuangkan idenya ke dalam gambar model bisnis di kanvas (kertas folio bergaris). Selanjutnya, peserta pun bisa menjelaskan arti ‘value’ dalam kewirausahaan. Yakni manfaat dan kebaruan (faktor pembeda) yang ingin mereka tawarkan kepada calon konsumen.
“Mereka bisa membuat jenis produk/jasa yang tidak sama persis dengan yang sudah ada, tapi memikirkan hal-hal apa yang berbeda dari produk dan servis yang ingin dijual,” kata dia
Terakhir, peserta berani merancang bentuk produk dan jasa, sistem kerja, cara pemasaran, dan cara pembayaran transaksi yang baru serta berbeda dari usaha-usaha yang sudah ada di Rawasari yang rata-rata masih dilakukan secara tradisional.
“Beberapa contoh yang dipresentasikan misalnya: melayani delivery order, pemesanan via digital (Whatsapp, Instagram, dan Facebook), membuat produk yang selama ini sudah ada dengan cara dan kemasan yang berbeda, misalnya usaha bakso dan lumpia basah, akan diproduksi dan dijual dengan cara-cara yang lebih inovatif. Cara-cara berjualan tradisional pun akan dilengkapi dengan cara digital menggunakan social media dan strategi pemasaran menggunakan sistem ‘buy five, get one’, lalu membership berupa gantungan kunci atau bentuk lain untuk mendapatkan diskon; serta penawaran berbagai toping untuk menambah pendapatan,” tuturnya.
Usai pelatihan berakhir, tim Abdimas lain yang berdiskusi bersama tentang pembangunan gapura pun telah menyelesaikan rapatnya. Kegiatan ditutup dengan beberapa pengumuman dan foto bersama. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)