UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) kembali menggelar Sidang Terbuka Senat dalam rangka Penganugerahan Penghargaan Cantyadarma Guru Besar pada Jumat (31/01/2025). Acara ini menjadi momen bersejarah bagi UNPAR dengan memberikan penghormatan kepada tiga guru besar yang telah mendedikasikan hidup mereka bagi dunia pendidikan dan penelitian. Penghargaan ini diberikan kepada:
- Prof. Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D. (Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Sumber Daya Air)
- Prof. Dr. Ir. Judy Retti B. Witono, M.App.Sc. (Guru Besar Bidang Ilmu Rekayasa Proses)
- Prof. Ir. Wimpy Santosa, Ph.D., IPU. (Guru Besar Bidang Ilmu Transportasi)
Sidang Terbuka ini diselenggarakan di Auditorium Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG) UNPAR. Acara ini juga menjadi forum akademik yang memperdalam wawasan mengenai tantangan dan kontribusi keilmuan yang diberikan oleh para guru besar melalui orasi ilmiah mereka.
Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia: Orasi Prof. Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D.
Dalam orasinya, Prof. Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D. menyoroti tantangan besar dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Beliau menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi kompleksitas tersendiri dalam distribusi dan pengelolaan air.
“Kita tidak bisa mengalirkan air dari satu pulau ke pulau lainnya seperti di negara benua. Oleh karena itu, pemahaman siklus hidrologi menjadi kunci dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan,” ujar Prof. Triweko.
Beliau juga membahas peran Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, yang dirancang untuk memastikan pemanfaatan air sesuai dengan amanat UUD 1945. “Air bukan sekadar sumber daya, tetapi hak yang harus dikelola secara berkeadilan dan berkelanjutan,” tambahnya.
Lebih dari 90 karya ilmiah telah dihasilkan oleh Prof. Triweko yang telah dipublikasikan dan menjadi referensi utama dalam bidang pengelolaan sumber daya air. Ia juga kerap menjadi pembicara dalam berbagai forum nasional dan internasional untuk membahas isu pengelolaan air, urbanisasi, dan kebijakan lingkungan.
Dalam bagian akhir orasinya, Prof. Triweko menyampaikan refleksi pribadi atas perjalanan akademiknya yang panjang. “Hidup ini saya jalani sebagai panggilan Tuhan. Saya bersyukur atas 51 tahun saya mengabdi di UNPAR,” katanya dengan penuh haru sebelum mengakhiri orasi dengan lantunan lagu Ambilah Tuhan, sebagai bentuk syukur dan dedikasi.
Dari Teori ke Aksi Rekayasa Proses: Orasi Prof. Dr. Ir. Judy Retti B. Witono, M.App.Sc.
Prof. Dr. Ir. Judy Retti B. Witono, M.App.Sc., dalam orasinya, berbagi perjalanan akademiknya yang penuh dedikasi dalam bidang rekayasa proses, terutama dalam pengolahan sumber daya alam Indonesia. Beliau menyoroti pentingnya inovasi dalam pemanfaatan bahan alam untuk berbagai kebutuhan industri dan masyarakat.
“Dunia rekayasa proses bukan hanya tentang teori, tetapi bagaimana teori itu diterapkan untuk menghasilkan dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Prof. Yudi.
Salah satu proyek yang menjadi kebanggaannya adalah inovasi dalam pemurnian garam rakyat di Indonesia, yang berkolaborasi dengan berbagai lembaga penelitian internasional. “Indonesia masih mengimpor garam dalam jumlah besar, padahal dengan teknologi yang tepat, kita bisa meningkatkan kualitas garam lokal,” jelasnya.
Selain itu, beliau juga mengembangkan berbagai inovasi lain, seperti pemanfaatan mikroalga untuk antioksidan, pakan ternak berbasis magot, serta teknologi 3D Rope yang digunakan untuk meningkatkan kualitas garam rakyat di NTT. Jejak ilmiah dan kontribusi beliau telah menghasilkan lebih dari 100 karya akademik, termasuk paten, jurnal internasional bereputasi, serta kolaborasi penelitian dengan berbagai institusi akademik dunia.
Di akhir orasi, Prof. Yudi menggarisbawahi pentingnya ilmu yang bermakna bagi banyak orang. “Ilmu hanya akan berarti jika digunakan untuk kebaikan bersama. Saya berharap apa yang saya lakukan bisa menginspirasi generasi penerus,” tutupnya dengan penuh semangat.
Transportasi yang Lebih Baik untuk Indonesia Maju: Orasi Prof. Ir. Wimpy Santosa, Ph.D., IPU.
Prof. Ir. Wimpy Santosa, Ph.D., IPU., dalam orasinya, membahas peran penting infrastruktur jalan tol dalam mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan menyoroti data pembangunan jalan tol Trans Sumatera, beliau menunjukkan bagaimana konektivitas transportasi dapat meningkatkan PDRB daerah.
“Meskipun jalan tol Trans Sumatera tidak layak secara komersial, namun manfaat ekonominya sangat nyata. Kita melihat peningkatan signifikan dalam sektor konstruksi, perdagangan, dan logistik di daerah yang dilalui,” ungkap Prof. Wimpy.
Beliau juga menyoroti bagaimana jalan tol dapat mengurangi ketimpangan ekonomi antara Pulau Jawa dan wilayah lain di Indonesia. “Pembangunan infrastruktur tidak hanya soal membangun jalan, tetapi bagaimana jalan itu dapat menghubungkan potensi ekonomi daerah,” tambahnya.
Menutup orasi, Prof. Wimpy menyampaikan rasa syukur atas perjalanannya sebagai akademisi dan berterima kasih kepada keluarga serta rekan-rekan yang telah mendukungnya. “Saya bersyukur telah diberikan kesempatan untuk berkarya di UNPAR selama lebih dari 40 tahun. Semoga ilmu yang saya berikan dapat terus bermanfaat bagi Indonesia,” katanya dengan penuh emosi.
Sidang Terbuka Senat UNPAR ini menjadi bukti bahwa institusi akademik tidak hanya sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai ruang untuk memberikan kontribusi nyata bagi bangsa. Penganugerahan Penghargaan Cantyadarma kepada ketiga guru besar ini adalah bentuk apresiasi atas dedikasi dan kerja keras mereka dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Sebagai universitas yang selalu menjunjung tinggi nilai keunggulan akademik dan pengabdian kepada masyarakat, UNPAR berharap bahwa kontribusi para guru besar ini akan terus menginspirasi generasi mendatang untuk terus berkarya bagi kebaikan bersama. Seperti yang dikatakan Prof. Triweko, “Ilmu bukan hanya untuk kita sendiri, tetapi untuk membangun peradaban.”
Acara ini diakhiri dengan penyematan pin kepada para guru besar, serta apresiasi hadirin kepada mereka dengan harapan UNPAR akan terus melahirkan ilmuwan dan akademisi yang berkontribusi bagi bangsa dan dunia. (NAT-Humas UNPAR)