UNPAR.AC.ID, Bandung – Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) kembali torehkan prestasi membanggakan. Kali ini tiga mahasiswa Program Studi Teknik Sipil UNPAR berhasil sabet juara dua dalam ajang Civil National Expo (CNE) 2022 pada Sabtu, (21/5/2022) lalu yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Tarumanagara (IMASTA).
Adapun lomba yang diikuti dalam ranah analisis geoteknik. Permasalahan yang diangkat pada lomba tersebut adalah adanya lereng yang ingin dilakukan penggalian untuk pembangun jalan, namun kondisi lereng tersebut tidak aman sehingga dibutuhkan perkuatan lereng.
Kegiatan perkuatan menjadi tantangan tersendiri karena pada lereng tersebut terdapat formasi clay shale yang mana sangat sensitif terhadap air, sinar matahari dan udara. Pada kondisi tidak terlapuk, clay shale memiliki kekuatan geser yang sangat tinggi. Namun ketika clay shale terpapar air, sinar matahari, dan udara, maka clay shale akan menjadi lapuk dan kekuatan geser akan menurun drastis hingga tidak ada.
Mengusulkan 4 metode perkuatan lereng, yaitu soil nailing, soldier pile, soil replacement, dan kontrol air dengan pembuatan saluran drainase, mengantarkan Alexander Tommy, Ian Hartono, dan Samuel Jemmy Setiadjie dalam tim yang bernama Pacivic Pier tersebut sebagai juara dua mengalahkan peserta lainnya.
Alexander sebagai perwakilan tim tersebut menuturkan bahwa dia tertarik dengan tema yang diusung dalam lomba tersebut.
“Alasan saya tertarik ikut adalah pertama tertarik dengan temanya yaitu analisis stabilitas lereng pada galian tanah khusus dan ingin menambah pengalaman baru karena permasalahan yang diangkat dalam lomba umumnya adalah permasalahan real di lapangan,” tutur Alexander saat dikonfirmasi Selasa (31/5/2022).
Dia mengatakan jika timnya menggunakan pemasangan dinding penahan tanah dengan metode pemasangan bor pada kasus yang diberikan pada lomba tersebut.
“Alasan menggunakan pengeboran yaitu meminimalisir getaran sehingga tidak menimbulkan rambatan getar yang dapat membuat lereng longsor dan dapat menembus lapisan clay shale sehingga dapat menyerap kekuatan geser yang besar dari clay shale itu sendiri,” katanya.
Lebih lanjut, Soil nailing dipakai di lereng dengan ketinggian yang tinggi dan kemiringan yang curam. Sedangkan soldier pile digunakan pada lereng kecil.
“Alasan digunakan soldier pile dibandingkan soil nailing di lereng kecil ini karena pada kasus ini dapat menghemat biaya. Metode pengeboran ini perlu dilakukan dengan secepatnya-cepatnya dan waktu paling lama 3-4 jam. Tujuannya agar clay shale tidak terekspos air,” tutur Alexander.
Dia juga mengatakan jika soil replacement digunakan pada lapisan yang ingin dilakukan pembuatan jalan dengan material yang digunakan yaitu pasir dengan konsistensi padat hingga sangat padat. Tujuan soil replacement tersebut adalah mencapai persyaratan California Bearing Ratio (CBR) dan mencapai persyaratan kestabilan.
Pada kasus tersebut juga Alexander mengatakan adanya pembuatan saluran drainase.
“Dibuat agar tidak menimbulkan tambahan tekanan air pori ekses yang dapat membebani dinding penahan tanah dan memperkecil kemungkinan infiltrasi agar kekuatan geser tanah tidak berkurang,” katanya.
Alexander mengatakan jika lomba tersebut mengajak timnya untuk berpikir kritis memikirkan solusi permasalahan dari aspek keamanan, biaya, dan apakah memungkinkan dilaksanakan.
“Tantangan yang tersulit yaitu mencari parameter yang merepresentasikan keadaan lapangan. Kami melakukan studi literatur, melakukan beberapa kali simulasi kelongsoran dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing,” kata Alexander.
Dia berharap jika perkuatan stabilitas lereng perlu memperhatikan aspek constructability.
“Karena akan sia-sia jika melakukan analisis namun tidak bisa dibangun, perlu memperhatikan dampak tekanan air pori ekses serta perlu melakukan monitoring untuk memantau pergerakan lereng,” ujar Alexander.
Selain itu, dia juga berharap rekan-rekannya di Teknik Sipil UNPAR dapat lebih banyak ikut kegiatan perlombaan.
“Karena mendapatkan banyak ilmu, skill dan pengalaman baru yang mungkin tidak didapatkan saat perkuliahan dan dapat membawa nama baik almamater,” katanya. (RBF-Humkoler UNPAR)