UNPAR.AC.ID, Bandung – Melalui sesi talk show “Halo Sobat Merdeka!” di Youtube, Trisno Sakti dari Program Studi Administrasi Publik Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) bersama Nisa Zonzoa dari Indonesia Corruption Watch (ICW) membahas pentingnya pendidikan Anti Korupsi dan implementasinya dalam bentuk Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Sebagaimana dikutip pada Kamis (17/10/2024) melalui kanal Kampus Merdeka, Nisa terlebih dahulu menjelaskan bahwa kolaborasi antara UNPAR dan ICW berasal dari tahun 2019. Kerja sama tersebut diawali dari platform milik ICW bernama Open Tender, yang memiliki fungsi pengawasan pengadaan barang dan jasa milik pemerintah.
“UNPAR bisa dibilang salah satu mitra lama, ya. Bisa dibilang mitra pertamanya akademi anti korupsi terkait dengan pendidikan anti korupsi di ICW,” ujar Nisa.
Berbicara mengenai kerja sama, Trisno menambahkan bahwa MBKM merupakan bagian kerja sama lama. Namun, dirinya menyampaikan bahwa kerja sama dengan ICW ini tidak hanya MBKM saja, namun juga mencakup berbagai kegiatan lainnya seperti mata kuliah anti korupsi yang telah hadir bahkan sebelum MBKM diinisiasikan.
“Kalau kita berbicara rasionalitas, kami dan ICW ini adalah dua pihak yang punya punya irisan kepentingan yang besar dan saling membutuhkan,” tutur Trisno.
Lebih lanjut, Trisno menyatakan bahwa dampak dari kerja sama ini dapat dirasakan oleh institusi, khususnya mahasiswa. Melalui MBKM ini, beberapa kemampuan mahasiswa terus diasah, seperti praktek di lapangan, berkomunikasi, dan lainnya.
“Kalau saya bahasakan, ini akselerasi mereka untuk bisa siap menghadapi dunia kerja,” ujar Trisno.
Ketika ditanya mengenai langkah awal memulai MBKM, Trisno mengungkap bahwa Program Studi merupakan pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan. Meskipun sudah ada aturan dan panduan lengkap, MBKM ini hanyalah sebuah metode pembelajaran yang harus dijaga agar berjalan dengan baik.
“Saya pikir, Prodi harus take lead. Prodi harus paling depan, harus paling punya kuasa untuk bertanggung jawab atas mutunya diri sendiri,‘ ujar Trisno.
Tidak hanya berdampak bagi mahasiswa, nyatanya MBKM juga membawa berbagai dampak positif terhadap ICW. Nisa menyatakan, salah satu dampak positif berasal dari para mahasiswa magang MBKM UNPAR pada tahun 2023 silam.
“Ketika di tahun 2023, teman-teman magang MBKM UNPAR ini ada yang salah satunya berhasil menyusun buku panduan pelaporan pungli di sekolah-sekolah. Buku ini ditulis oleh Cindy, didampingi oleh teman-teman di divisi pelayanan publik reformasi birokrasi ICW.”
Korupsi di Lingkungan Perguruan Tinggi
Nisa menyatakan bahwa ICW sendiri ingin memperluas jaringan anti korupsi ke semua lini dan sektor, termasuk perguruan tinggi yang dapat dikatakan sebagai calon mitra strategis. Hal ini pun dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, salah satunya adalah kasus korupsi yang banyak terjadi di lingkungan perguruan tinggi.
“Kita kan tau, korupsi di perguruan tinggi ini kan angkanya fantastis. Kasusnya juga banyak, modusnya juga banyak. ICW juga merasa punya kewajiban untuk masuk ke perguruan tinggi memberikan pendidikan anti korupsi ini supaya setidaknya bisa mencegah korupsi pendidikan yang terjadi di perguruan tinggi,” ujarnya.
Harapan terkait MBKM Anti Korupsi
Berkaca pada yang lalu, Nisa berharap bahwa ICW bisa turut lebih terlibat dalam intervensi terkait MBKM Anti Korupsi. Sebelumnya, ICW belum ikut serta secara langsung dalam intervensi di desa, dan proses pendampingan hanya dilakukan oleh mahasiswa magang dan pihak prodi.
“Nah, besok lusa harapannya di MBKM batch berikutnya ICW itu memang ikut. Jadi, ikut mendampingi proses di desa gitu dan mungkin nanti bisa menghasilkan sesuatu yang di create bareng di desa itu yang bisa lebih bermakna untuk kebutuhan di desanya,” ucap Nisa.
Selain itu, ICW juga berharap bahwa program ini bisa terus berjalan karena memberikan manfaat, tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga bagi ICW sendiri. Salah satunya adalah terkait dengan membangun kemitraan dengan pihak luar. Nisa menyampaikan bahwa dengan adanya MBKM, kerjasama antar kampus dan pihak eksternal menjadi lebih fleksibel.
“Memberikan manfaat juga untuk ICW ada teman-teman magang yang memang serius mau belajar soal anti korupsi,” ujar dirinya.
Meskipun demikian, dirinya juga menyadari bahwa ada beberapa aspek yang masih perlu diperbaiki agar program ini dapat berjalan lebih maksimal di masa mendatang, terutama dari sisi pengelolaan oleh pihak internal kampus seperti dosen.
Di sisi lain, Trisno berharap bahwa kepercayaan dan kolaborasi dari ICW dapat terus terjaga melalui MBKM. Dirinya menyampaikan bahwa terdapat beberapa rencana di depan yang akan terus ditawarkan ke ICW, salah satunya adalah seperti showcase penelitian mahasiswa yang menggunakan data dari ICW.
Dirinya juga berharap terkait dengan bagaimana cara agar semakin berdampak, meskipun dalam skala kecil terlepas dari tantangan yang ada.
“Harapannya ya kita respon tantangan itu. Kita respon dan mungkin pemerintah
juga harus bisa memberikan ruang bagi kami untuk merespon itu,” tuturnya.
Pembelajaran yang Bermakna
Akhir kata, Trisno menyoroti pentingnya menghadirkan pembelajaran yang bermakna bagi mahasiswa, khususnya untuk persiapan dunia kerja.
“Mari kita sama-sama dengerin hati kita untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih bermakna untuk mahasiswa kita. Eranya sekarang tuh bukan era di mana kemudian misalnya dosen itu sangat Arogan, era di mana dosen itu berjarak penting tapi sangat
berjarak juga tidak terlalu bagus tetapi. Di satu sisi juga, ada gap jarak antara generasi sekarang dengan dunia kerja,” ucapnya. (KTH-Humas UNPAR)