UNPAR.AC.ID, Bandung – Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) kembali torehkan prestasi membanggakan. Kali ini dua tim mahasiswa Program Studi Arsitektur UNPAR angkatan 2018 berhasil sabet juara satu dan tiga dalam ajang berskala internasional Wiswakharman Expo 2022 pada Sabtu, (22/5/2022) lalu yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada (KMTA UGM).
Adapun kompetisi yang diselenggarakan kali ini mengusung tema “If Architecture is The Nature” yang menyoroti tentang Wildlife Center untuk membuat fasilitas rehabilitasi dan edukasi satwa yang terancam punah seperti orang utan dan harimau.
Tim pertama yaitu Studio Gundu yang beranggotakan Evelyn Rusli, Karol Bimoseno, dan Nyra Malika berhasil sabet juara satu dengan membawakan tajuk rancangan “The Essence of Absence” yang mengusung konsep hidden architecture. Hal tersebut untuk menciptakan arsitektur ‘tersembunyi’ yang menjadikan pusat satwa liar sebagai habitat alami orang utan untuk tumbuh dan hidup bebas dengan intervensi minimal terhadap alam. (Untuk melihat karya lebih lengkap dapat mengunjungi https://www.behance.net/gallery/142995965/The-Essence-of-Absence-Orangutan-Sanctuary)
Bimo-begitu Karol Bimoseno kerap disapa-mengatakan bahwa kompetisi tersebut menarik untuk diikuti karena tapak yang diberikan berskala besar.
“Dengan tapak perancangan kurang lebih seluas lima hektar. Selain itu, lomba ini juga mendorong kami untuk melakukan eksplorasi desain masterplan, sebuah hal yang jarang dilakukan di studio (kampus),” kata Bimo saat dikonfirmasi Selasa (12/7/2022).
Menurut dia dan timnya, tantangan yang paling menarik dalam menggarap rancangan tersebut adalah berusaha untuk menciptakan kenyamanan bukan saja untuk manusia, namun juga untuk satwa.
“Kami harus menciptakan tempat rehabilitasi satwa yang menjadi sarana pariwisata dan edukasi bagi publik, tanpa mengganggu kenyamanan satwa,” tuturnya.
Dia juga menuturkan jika timnya mendapatkan atensi dari juri kepada konsep hilang dan tampil tersembunyi yang diusung pada karyanya.
“Sehingga menciptakan keselarasan desain dengan alam dan arsitektur lokal. Karya kami dinilai mampu meminjam aspek-aspek dari arsitektur vernakular dan mengaplikasikannya dengan sesuai,” katanya.
Dia berharap gagasan yang diberikan oleh timnya tersebut dapat menginspirasi dan mendorong pembangunan pada area rancangan yang dia pilih.
“Terutama karena akan dibangun Ibu Kota Negara Baru (IKN) di area yang mirip dengan tapak yang kami desain, yaitu hutan Kalimantan,” ucap Bimo.
Menjaga Biodiversitas

Sebagai juara tiga dalam ajang Wiswakharman Expo 2022 tersebut, tim yang beranggotakan Davis Tjandra, Jessica Natasya, serta Stephanie Julia mengangkat urgensi yang dihadapi Indonesia akan isu kepunahan satwa liar yang terus menerus terjadi dengan tajuk karya “Time’s Up!”.
Davis selaku perwakilan timnya mengatakan jika penanganan untuk menjaga biodiversitas sangat sedikit dilakukan di Indonesia.
“Ide atau tema ini kami rasa menjadi prinsip dan pilihan kami karena sekarang bukan waktunya lagi untuk terus berbicara tentang isu ini tapi tidak ada pergerakan ataupun realisasinya,” kata Davis saat dikonfirmasi Senin (18/7/2022).
Melalui sebuah proses yang panjang mulai dari pencarian arti fungsi yang dirancang, hingga penentuan konsep dan abstraksi kepada bentuk, Davis mengatakan jika tantangan paling menarik sekaligus tersulit adalah mempelajari tipologi dan fungsi bangunannya.
“Selama proses berlangsung, kami harus selalu ingat bahwa penghuni utamanya adalah hewan, bukan manusia. Kami selalu menekankan bahwa yang dirancang bukanlah juga sebuah kebun binatang. Fungsi Wildlife Center bertujuan untuk membudidayakan dan mengedukasi mengenai hewan terancam, bukan untuk menghibur pengunjung yang datang,” ucap Davis.
Davis menyampaikan jika juri mengapresiasi konsep timnya yang mencoba memasukkan hutan tropis ke dalam rancangan dan fokus pada penggunanya yaitu satwa.
“Beberapa kritik dan saran yang disampaikan oleh juri adalah masih kurangnya studi budaya setempat sehingga belum terlihat implementasinya pada rancangan,” katanya.
Dia dan timnya berharap Indonesia dapat memiliki sebuah sistem konservasi binatang yang benar-benar terancang dan serius, sehingga hewan yang terancam punah dan kehilangan habitatnya dapat memiliki rumah kembali dan terselamatkan.
“Kami harap dengan mengusung tema ini kami dapat memberikan kesadaran lebih lanjut bahwa adanya urgensi untuk melindungi hewan yang terancam punah, terutama hewan di indonesia. Harapannya untuk mahasiswa arsitektur UNPAR agar dapat terus mengikuti sayembara arsitektur seperti ini sebagai bentuk kontribusi terhadap isu-isu yang diangkat,” ucapnya. (RBF-Humkoler UNPAR)