Dies Natalis XXVII Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Parahyangan (FTI UNPAR) pada Rabu (19/08/2020) menghadirkan Nico Saputro, Ph.D. dari Jurusan Teknik Elektro Konsentrasi Mekatronika sebagai orator. Dalam orasinya beliau ingin menekankan konsep Smart Campus bagi para civitas akademika UNPAR.
Transformasi Digital
Di era Internet of Things ini, sebagian besar orang memiliki lebih dari satu peralatan cerdas (smart devices). Entah itu smartphone, tablet, laptop/notebook, exercise and health monitors (Fitbit, pacemaker), e-readers (kindle), dan lain-lain. Seiring dengan pertumbuhan smart devices meningkat tajam dan jaringan digital yang semakin baik, kita menyaksikan terjadinya transformasi digital.
Teknologi digital digunakan untuk membuat model bisnis baru yang berbeda dari model bisnis awal dan mampu memberikan nilai-nilai baru atau menciptakan sumber-sumber pendapatan baru. Dapat dilihat jasa penyedia layanan antar jemput tidak memiliki kendaraannya sendiri, namun model tersebut terbukti sukses dan banyak digunakan oleh masyarakat.
Setidaknya ada 6 tahapan transformasi digital yaitu business as usual, present and active, formalized, strategic, converged, innovative and adaptive. Dari tahapan ini ada tantangan dan strategi transformasi digital yang efektif. Beberapa tantangannya antara lain kemampuan internal yang kurang mumpuni, kemauan untuk berubah pandangan, kurangnya budget, dan lain sebagainya. Strategi yang dapat dilakukan suatu perusahaan untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan melakukan training bagi para karyawannya, mempunyai visi yang jelas, pilot programs, bantuan dari eksternal seperti konsultan, dan masih banyak cara lainnya.
Disrupsi Digital
Disrupsi digital adalah perubahan yang terjadi ketika teknologi digital dan bisnis model yang baru mengakibatkan peningkatan nilai perusahaan dan posisinya di pasar (market position). Dari penelitian yang diadakan oleh Global Center for Digital Business Transformation di tahun 2015 disrupsi digital akan berdampak kepada seluruh bidang industri, 75% bisnis akan menjadi digital di tahun 2020, dan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk disrupsi tersebut adalah 3 tahun.
Berita buruk yang dirasakan dari pandemi COVID-19 tentunya ada. Seperti resesi yang terjadi di berbagai negara. Indonesia sendiri mengalami pertumbuhan ekonomi negatif yaitu -5% lebih di kuartal 2. Penurunan wisatawan mancanegara dan jumlah penumpang udara domestik lebih dari 87% di bulan April 2020. Namun di balik krisis selalu ada peluang. Aplikasi daring naik daun, video conference banyak dipakai, dan perjalanan wisata virtual 360.
Pandemi yang terjadi menimbulkan berbagai inovasi dan kreativitas. Mendadak sebagian besar kegiatan menjadi touchless, touchscreen yang lebih higienis, media pembayaran berbasis teknologi digital sudah tersedia. Transformasi digital di bidang pendidikan pun terakselerasi menjadi virtual.
Perguruan tinggi yang sering menghadapi situasi krisis lebih siap dan cepat tanggap karena sudah terlatih menyusun, mempersiapkan, dan mengimplementasikan disaster recovery plans sebagai bagian dari konsep Smart Campus mereka.
Sebagai akhir dari orasinya beliau mengutip perkataan dari Prof. Basaruddin, “Bukan yang terkuat atau yang tercerdas yang dapat bertahan hidup, namun yang dapat bertahan adalah yang dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubahan dunia yang ada.” (JNS/DAN – Divisi Publikasi)