Silih Asah Silih Asih Bersama Kakak Asuh UNPAR

Silih Asah, Silih Asih, Bersama “Kakak Asuh”

UNPAR.AC.ID, Bandung – Sejak kecil, kita diajarkan untuk dapat saling berbagi dan menolong sesama manusia tanpa memandang suku, agama, ras, dan hal lainnya. Berdiri sejak tahun 1988, organisasi Kakak Asuh FISIP UNPAR (KAFU) yang berada di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) meyakini bahwa berbagi dengan sesama merupakan wujud pengajaran tersebut.

KAFU dijalankan oleh mahasiswa dengan mengambil fokus pada pendidikan nonformal bagi murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) di sekitar lingkungan Kampus UNPAR, Ciumbuleuit, Bandung. Meski dijalankan oleh para mahasiswa FISIP, organisasi ini juga membuka kesempatan bagi mereka yang berasal dari fakultas lainnya untuk bergabung sebagai tenaga sukarela.

Setiap hari Sabtu, para anggota organisasi yang tergabung dalam Bandung Education Forum ini menjemput 75 murid kelas 6 yang berasal dari beberapa SDN di sekitar lingkungan kampus UNPAR, yakni SDN Ciumbuleuit 1, SDN Ciumbuleuit 3, SDN Ciumbuleuit 4, SDN Bandung Baru 1, dan SDN Bandung Baru 2.

Hal ini terkait dengan tujuan pendidikan dari organisasi ini yang berfokus memberikan tambahan pembelajaran bagi mereka yang akan menghadapi ujian nasional. Mereka diajak untuk belajar bersama di gedung FISIP UNPAR. Materi pembelajaran terdiri atas beberapa bidang studi, seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika.

Terkait dengan kurikulum yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, pihak KAFU melakukan koordinasi dan diskusi dengan para guru yang menangani para peserta didik di sekolahnya masing-masing. Maksudnya, agar terdapat keselarasan antara materi yang diajarkan di sekolah dengan materi tambahan yang diberikan oleh para tutor. Meski demikian, KAFU memberikan sentuhan berbeda pada kegiatannya. Kegiatan pembelajaran tambahan seringkali membuat para peserta didik malas karena dilakukan setelah jam pulang sekolah di hari Sabtu. Untuk menyiasati hal tersebut, pihak KAFU selalu memulai kegiatan dengan mengadakan sesi permainan. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan memberikan hiburan bagi para peserta didik setelah belajar di sekolah, tetapi juga mengasah ketangkasan mereka dalam berpikir kritis. Tidak jarang bentuk permainan bersifat pemecahan masalah sehingga mereka dituntut untuk kreatif dan cepat dalam berpikir.

Untuk sistem pembelajaran, KAFU membagi para peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil yang biasanya terdiri atas 6-8 anak dengan didampingi 1 orang tutor. Pembagian kelompok ini dilakukan secara acak sehingga di dalam satu kelompok dapat terdiri atas peserta dari sekolah yang berbeda-beda.

Dengan demikian, terjadilah ruang interaksi secara langsung, yaitu mereka dapat bertukar ilmu dan mengejar ketertinggalan antara satu dan yang lainnya, serta dapat memperluas pertemanan. Pembelajaran juga terkesan tidak membosankan karena bersifat lebih santai, tetapi tetap efektif.

Pandangan

Cardita Catur Widiasta Prawira (Dita) yang pernah menjadi Ketua KAFU periode 2015-2016 mengungkapkan, salah satu permasalahan yang dihadapi di sekolah saat ini adalah masih kurang sepadannya perbandingan antara jumlah peserta didik dan tenaga pengajar yang ada di dalam satu kelas, yang saat ini di setiap guru yang mengajar di dalam kelas harus melayani sekitar 40 siswa.

Hal tersebut menyebabkan beberapa peserta didik kurang mendapatkan perhatian atau dengan kata lain kurang tertangani dengan baik sehingga ilmu yang terserap tidak maksimal. Dengan melihat fenomena tersebut, KAFU hadir demi mengakomodasi para peserta didik yang dinilai membutuhkan pembelajaran tambahan, terlebih bagi mereka yang tidak mampu untuk mengikuti program bimbingan belajar di lembaga pendidikan informal dengan biaya yang tergolong cukup mahal.

Pandangan lain datang dari Praditia Agung, Ketua KAFU periode 2016-2017. Bagi Agung dengan menjadi pengurus KAFU membuka kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para peserta didik dan belajar langsung dari mereka. Salah satu hal yang dapat terlihat adalah perkembangan masing-masing individu dari peserta didik. Agung juga merasa dengan menjadi pengurus KAFU khususnya dengan berperan sebagai tutor, mereka dapat belajar untuk lebih sabar terutama dalam membimbing para peserta didik dengan perlahan.

Diharapkan KAFU dapat memberikan sumbangsih positif pada sektor pembangunan manusia yang dimulai sejak dini sehingga para peserta didik dapat tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang berprestasi, memiliki pemahaman atas norma-norma sosial yang ada di masyarakat dengan baik, serta pemikiran terbuka.

Salah satu hal  yang akan terus didorong oleh KAFU, menurut Agung adalah kemauan, kesadaran, serta kemampuan para peserta didik untuk berkreasi dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak lagi terus harus ‘dituntun’ seperti yang ada pada dunia pendidikan di Indonesia selama ini. (Publikasi UNPAR)

Sumber: Kompas – Griya Ilmu (Selasa, 27 Desember 2016)

Berita Terkini

Salah Kaprah TBA/TBB Tiket Pesawat

Salah Kaprah TBA/TBB Tiket Pesawat

Sejatinya, ikhtiar Pemerintah untuk menurunkan harga tiket pesawat sudah dimulai sejak 2019 dengan mengeluarkan kebijakan tentang Tarif Batas Atas (TBA) dan Tarif Batas Bawah (TBB). Lima tahun sudah berlalu, namun tidak ada tanda-tanda harga tiket pesawat akan turun....

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Jan 3, 2017

X