Membicarakan Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) tidaklah lengkap bila tidak menyebut nama dua pendirinya; Uskup Bandung Mgr. P. M. Arntz, OSC. (alm.) dan Uskup Bogor Mgr. Prof. Dr. N. J. C. Geise, OFM. (alm.). Kerja keras dan semangat membangun perguruan tinggi di Jawa Barat telah menghasilkan Unpar yang kita kenal saat ini.
Berbagai perubahan kecil maupun besar telah dialami oleh perguruan tinggi ini. Salah satunya adalah memperbaharui fasilitas pembelajaran yang ada di lingkungan kampus Unpar Ciumbuleuit, Bandung. Proyek pembangunan Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG) menjadi tonggak baru bagi sejarah perkembangan Unpar, khususnya sebagai salah satu langkah mewujudkan “Great Unpar”.
Gedung PPAG tahap pertama kini telah dipergunakan oleh mahasiswa dan tenaga pengajar Fakultas Teknik (FT) Unpar. Gedung ini diisi oleh ruang kerja dosen, Studio Perancangan Arsitektur (SPA), ruang perkuliahan, fasilitas penunjang lain, serta lahan parkir bagi mahasiswa dan tenaga kependidikan Unpar. PPAG tahap pertama yang saat ini penggunaannya bersifat sementara akan menunjang aktivitas perkuliahan di lingkungan FT Unpar hingga diselesaikannya pembangunan PPAG tahap kedua.
Ditemui oleh tim Publikasi Unpar, Rektor Unpar Mangadar Situmorang Ph.D menjelaskan bahwa pandangan pembuatan PPAG dilandasi oleh semangat berbagi sumber ilmu pengetahuan. “Pada dasarnya menjadi tempat untuk orang berkumpul, belajar bersama, berkembang bersama,” tuturnya. PPAG akan menjadi ruang bersama bagi mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan untuk mengembangkan ilmu secara kolektif.
Hal ini terlihat dari ketersediaan berbagai fasilitas pembelajaran dan keilmuan yang akan ditampung dalam Gedung PPAG tahap dua. Fasilitas ini diantaranya adalah ruang auditorium, ruang seminar dalam berbagai ukuran sesuai kebutuhan, serta lounge yang dapat dipergunakan untuk academic dan executive meeting. Seluruh fasilitas tersebut utamanya dapat dimanfaatkan sebagai ruang terselenggaranya forum-forum akademik, tidak hanya bagi Fakultas Teknik, namun juga bagi program studi lain yang ada di Unpar.
Di sisi lain, tersedianya ruang komunal baru dalam kawasan Unpar dapat membantu mahasiswa mengembangkan diri dalam kegiatan non-akademis. “Harapannya itu (pengembangan talenta) mahasiswa bisa terakomodir,” lanjutnya. Salah satunya dengan keberadaan auditorium yang dapat memfasilitasi mahasiswa dalam menampilkan karya kreatif, baik dalam bentuk seni musik, pagelaran budaya, dan lain-lain. Bagi mahasiswa, akan tersedia pula ruang komunal tambahan berupa Student Center dan Student Canteen di lingkungan PPAG dan Unpar secara keseluruhan.
Pemanfaatan PPAG secara optimal tentu membawa manfaat bagi masyarakat di lingkungan Unpar dan sekitarnya. Meski pembangunan PPAG secara bertahap tidak lepas dari tantangan, perlu dukungan dari segenap sivitas akademika Unpar dalam menyikapi perubahan tersebut. Gedung PPAG menjadi simbol bagi wajah baru Unpar sebagai wadah pengembangan dan bakti ilmu bagi masyarakat.