Dalam The 3rd General Meeting of ASEAN Learning Network (ALN) yang diselenggarakan pada Senin (24/8/2020) dengan tuan rumah Universitas Bengkulu, Rektor Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Mangadar Situmorang, Ph.D. terpilih sebagai Vice Chairman II ALN bersama Rektor San Beda University Rev. Fr. Aloysius Ma. A. Maranan, OSB dari Filipina. Kesempatan ini merupakan wujud nyata kontribusi Unpar dalam jejaring universitas yang berfokus pada pengembangan SEED (Small Enterprises and Economic Development) di Asia Tenggara ini.
Melalui wawancara dengan Tim Publikasi Unpar, Rektor Unpar menyampaikan bahwa peran ini memberi tantangan tersendiri bagi dirinya selaku Vice Chairman, Unpar sebagai anggota ALN, serta bagi peluang ALN dalam memperluas jejaring dan dampaknya. Tantangan tersebut menurutnya adalah, “Bagaimana supaya program kerja dan tujuan ALN bisa lebih dirasakan manfaatnya, kehadirannya oleh anggota-anggota network.” Hal ini juga memberikan tantangan bagi para anggota untuk, “Bisa lebih berkontribusi bagi pengembangan network ini.” Kedua tantangan inilah yang menjadi perhatian penting dari Mangadar.
Unpar, lanjutnya, adalah sebuah perguruan tinggi dengan tradisi akademik yang sangat baik dan memiliki orientasi pada keberpihakan pada pengembangan sektor ekonomi dan kemasyarakatan, sesuai dengan prinsip yang dipegang oleh ALN. Hal ini didukung dengan peran dan posisi Unpar yang besar khususnya di Jawa Barat.
Oleh karenanya, Unpar perlu untuk memanfaatkan peluang tersebut. “Ini peluang besar bagi Unpar untuk lebih aktif dalam keanggotaan dan seluruh program yang ditetapkan oleh ALN,” jelasnya. Tetapi, bagaimana hal tersebut dapat memberi kontribusi bagi pengembangan institusi pendidikan tinggi, termasuk Unpar?
Kontribusi Internasionalisasi
Pada masa kini, internasionalisasi semakin kentara melalui kemajuan teknologi informasi. Di sisi lain, Rektor Unpar juga menyoroti bahwa hal tersebut juga dipengaruhi oleh kompleksitas tantangan yang dihadapi bersama oleh masyarakat global. “Internasionalisasi menjadi sesuatu yang bukan hanya tidak bisa dielakkan, tetapi juga di-utilisasi, dimanfaatkan sedemikian rupa,” ungkapnya.
Internasionalisasi kini menjadi pekerjaan rumah bagi Unpar. Menjadi bagian dari sebuah komunitas akademik global dan terlibat dalam jejaring universitas secara internasional perlu terus dikembangkan melalui keterlibatan komunitas akademik Unpar. “Unpar memiliki akses dan kesempatan untuk being part of global academic society,” kata Mangadar. Melalui jejaring seperti ALN, Unpar mempermudah langkah dalam rangka mewujud nyatakan internasionalisasi. “Bukan menjadi sesuatu yang abstrak saja, bukan lagi sesuatu yang konseptual semata,” lanjutnya, “tetapi nyata, materialized.”
Terkait hal tersebut, Mangadar mengungkapkan pentingnya program internasional bagi dosen, tenaga kependidikan, juga mahasiswa melalui academic staff and student exchange programme. Misalnya, para dosen Unpar dapat berbagi ilmu dan wawasan melalui kuliah yang disampaikan kepada mitra universitas ALN di luar negeri.
Sebaliknya, mahasiswa dapat terlibat dalam mempelajari bagaimana pengembangan ekonomi berbasis usaha mikro, kecil dan menengah terjadi di negara-negara Asia Tenggara lainnya. “Ini program-program internasionalisasi yang saya kira sangat doable, bisa dilakukan. Bukan sekali lagi angan-angan atau yang jauh.” ujarnya.
Harapan bagi Unpar dalam ALN
Keterlibatan Unpar membuka kesempatan besar untuk berbagi dan belajar bersama mitra perguruan tinggi di tingkat internasional. Untuk itu, Rektor Unpar mengajak komunitas Unpar agar mampu dan mau memanfaatkan kesempatan ini secara aktif dan memberi dampak signifikan.
Tantangan bagi Unpar bukan hanya soal perilaku atau sikap persepsi individual, melainkan bagaimana Unpar mendesain sistem kerja dan kurikulum untuk mendukung hal tersebut. ”Inipun juga masih harus kita benahi supaya yang kita maksud being internationalized itu riil, nyata, dan impactful,” kata Mangadar. “Tentu (keterlibatan Unpar dalam ALN) hanya bisa bermakna dan terasa kalau Unpar sendiri sebagai komunitas akademik mendukung,” tambahnya.
Dukungan dari Unpar akan terlihat melalui keterbukaan persepsi dan keterlibatan seluruh komunitas akademik dalam lingkup interaksi internasional melalui ALN. Memperkuat pernyataannya, ia juga melihat pentingnya dukungan sistem dan mekanisme kerja, termasuk mewujudkan kesempatan bagi pengakuan proses belajar mahasiswa di luar negeri sebagai bagian dari penempuhan studi di Unpar.
Bagi Unpar, angka itu bermakna. Karenanya, sebagai Vice Chairman II ALN, Rektor Unpar berharap semakin banyak dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa yang terlibat dalam proses internasionalisasi khususnya melalui program-program yang difasilitasi oleh ALN, dan membuktikan peran nyata Unpar sebagai universitas yang berorientasi global. “Semoga bisa terlaksana dalam tahun-tahun yang akan datang,” pungkasnya. (DAN – Divisi Publikasi)