UNPAR.AC.ID, Bandung – Dalam Gelar Inovasi Harmoni Nusantara (GIHN) 2024 yang dilaksanakan pada Kamis (27/06/2024), Prof. Tri Basuki Joewono, Ph.D., Rektor Universitas Parahyangan (UNPAR), memaparkan strategi transformasi dan inovasi UNPAR yang bertujuan menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi institusi tersebut. Prof. Tri menekankan bahwa UNPAR, yang akan merayakan ulang tahun ke-70 pada Januari 2025, harus terus berinovasi untuk mempertahankan keberlanjutan.
Prof. Tri menjelaskan, “Kami mencoba merefleksi, apakah inovasi hanya sekadar berbeda atau sekadar menjadi kreatif. Maka yang kami lakukan adalah melakukan transformasi di seluruh aspek universitas.”
Ia menambahkan bahwa sebagai perguruan tinggi swasta yang tidak memiliki banyak keistimewaan, UNPAR harus berpikir ulang bagaimana caranya tetap berkelanjutan. “Kami kembali pada nilai-nilai dasar kami, pada spiritualitas kami, pada nilai kami, dan pada prinsip-prinsip kami,” ujarnya.
Dalam rangka mencapai keberlanjutan, UNPAR berpegang teguh pada spiritualitas dan nilai dasar yang dikenal sebagai “spiritualitas dan nilai dasar SINDU”. Berdasarkan nilai tersebut, UNPAR merefleksikan dan menentukan arah transformasinya. Prof. Tri menegaskan, “Transformasi ini menjadi dasar bagaimana kami berinovasi untuk menjadi berkelanjutan. Inovasi itu sebenarnya satu cara untuk kami menjadi berkelanjutan.”
Lebih lanjut, Prof. Tri mengungkapkan bahwa UNPAR sedang melakukan banyak perubahan signifikan, termasuk dalam hal sumber daya manusia.
“Salah satu inovasi adalah mencanangkan bahwa salah satu Wakil Rektor dalam beberapa tahun ke depan berasal dari tenaga kependidikan, karena dosen harus kembali ke tempatnya,” jelasnya. Inisiatif ini bertujuan untuk memberdayakan tenaga kependidikan sebagai pemimpin profesional.
UNPAR juga melakukan perubahan besar dalam hal pemetaan dasar dan kolaborasi eksternal. Prof. Tri menyatakan, “Kami mengubah peta dasar secara menyeluruh, membongkar total peta yang ada. Kami membayangkan cita-cita ke depan seperti apa, persoalannya apa, dan kami tata ulang.”
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi, “Kami menyadari bahwa tidak bisa sendirian. Sangat berterima kasih pada acara seperti ini yang menguatkan kami bahwa sendiri itu tidak mungkin lagi.”
Salah satu isu yang dikembangkan oleh UNPAR adalah keberlanjutan, khususnya dalam sektor pangan. Prof. Tri menjelaskan bahwa UNPAR fokus pada aspek-aspek tertentu dari pangan dan bekerja sama dengan asosiasi para wali kota, Milan Major, untuk mengatasi masalah-masalah seperti stunting dan distribusi pangan di perkotaan.
“Kami kembali ke inti kami, pada kemampuan yang kami miliki. Kami harus menghadirkan UNPAR yang humanum, yang berdampak, yang bernilai, dan yang mengubah dunia,” tegasnya.
Dengan berbagai upaya tersebut, Prof. Tri optimis bahwa UNPAR dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk Indonesia dan dunia.
“Harapannya, karena UNPAR ada, maka Indonesia menjadi lebih baik, dunia menjadi lebih baik,” pungkasnya.
Berbagai strategi dan inovasi yang dijelaskan oleh Prof. Tri menunjukkan komitmen UNPAR untuk terus bertransformasi demi masa depan yang lebih baik, menjadikan UNPAR sebagai institusi yang tidak hanya bertahan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. (NAT-Humas UNPAR)