PSM Unpar dalam Kolaborasi Perancis-Indonesia, Bawakan Karya Barok Asli Batavia

PSM Unpar

Aula Institute Francais Indonesia (IFI) Bandung menjadi saksi pementasan perdana sebuah manuskrip musik kuno. Karya dibawakan dalam lantunan alat musik klasik juga koor yang bergelora namun merdu. Irama musik terasa seperti kembali ke masa kejayaan Musik Barok di awal abad ke-18. Namun, ada yang berbeda dalam komposisi ini. Meski terasa agak asing di telinga, syair yang dinyanyikan terasa sangat dekat dengan bahasa sehari-hari: Bahasa Indonesia.PSM Unpar

Itulah salah satu kesan yang terlintas pada Konser Ensemble Le Baroque Nomade et Paduan Suara Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (PSM Unpar) yang berlangsung pada Sabtu (10/3) malam. Konser ini membawakan berbagai komposisi lagu barok yang lazim dimainkan di Indonesia pada masa penjajahan Portugis dan Belanda. Ada juga beberapa lagu yang berasal dari daratan Eropa dan sangat populer pada masa itu.

Komposisi yang menjadi sorotan pada malam itu adalah versi gubahan Psaume de David. Karya Psaume de David, atau yang kita kenal sebagai Kitab Mazmur, adalah karya yang cukup dikenal dalam dunia musik barok. Tetapi, karya yang dibawakan dalam konser ini sangat berbeda, karena liriknya telah diterjemahkan dalam Bahasa Melayu. Karya yang ditulis antara tahun 1703 hingga 1735 ini dicetak di Batavia (Jakarta), dan ‘ditemukan’ kembali oleh David Irving, musisi dan akademisi asal Australia, di Perpustakaan Cambridge, Inggris. Dari seribu eksemplar yang diperkirakan terbit, hanya ada dua salinan yang tersisa.

PSM Unpar mendapat kehormatan untuk menghidupkan kembali gubahan Mazmur klasik untuk pertama kalinya setelah 300 tahun. Ada tiga buah lagu yang dibawakan, yaitu Sji’r Segala Mazmur Daud Jang Pertama (Psaume I), Jang Ka CXXXVII (Psaume 137) dan Jang Ka CL (Psaume 150). Memang, perbedaan linguistik membuat kata-kata dan tata bahasa dalam gubahan tersebut terasa asing di telinga. Namun hal ini tidak menyulitkan para penonton untuk merasakan bait-bait dalam Psaume de David. PSM Unpar juga menyanyikan beberapa komposisi lain, seperti Questa Dolce Sirena yang berasal dari Italia.

Le Baroque Nomade sendiri merupakan suatu kelompok pemusik asal Perancis yang, sesuai namanya, mengkhususkan diri untuk menggeluti musik barok. Tidak hanya soal iramanya saja, tetapi grup besutan Jean-Christophe Frisch ini juga menghidupkan barok lewat alat musik zaman itu. Dalam konser ini, alat musik seperti hapsikord, gambus, bass barok, juga flute kayu dan basson memberikan suasana musik yang sangat jarang didengar oleh masyarakat masa kini.  

Penampilan musik pada malam itu memukau bagi penonton. Meski hanya berlangsung kurang lebih satu jam, kolaborasi Le Baroque Nomade dan PSM Unpar mampu menghadirkan aura musik barok dalam Aula IFI. Bukan tidak mungkin, inilah juga yang dirasakan masyarakat Batavia saat mendengarkan komposisi barok Melayu, 300 tahun yang lalu!

Berita Terkini

UNISBA Studi Banding ke UNPAR, Gali Struktur Organisasi dan Tata Kelola

UNISBA Studi Banding ke UNPAR, Gali Struktur Organisasi dan Tata Kelola

UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Islam Bandung (UNISBA) melakukan studi banding ke Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Senin (10/2/2025). Melalui pertemuan yang dilakukan di Ruang Rapat Besar Rektorat UNPAR tersebut, tim UNISBA menggali lebih jauh bagaimana...

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Mar 14, 2018

X