UNPAR.AC.ID, Bandung – Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) menggelar diskusi publik bertajuk “Sudah Sejauh Mana Implementasi Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan?” pada Senin (24/06/2024), yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube FSRD ITB. Acara ini menghadirkan berbagai narasumber termasuk Prof. Bambang Sugiharto dari Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) sebagai penanggap, untuk membahas tantangan dan peran serta perguruan tinggi seni, desain, dan budaya dalam memajukan kebudayaan Indonesia.
Dalam pemaparannya, Prof. Bambang menekankan bahwa kebudayaan tidak boleh disamakan dengan tradisi yang statis dan tidak berubah. Menurutnya, “Kebudayaan adalah gudang potensi yang perlu dieksplorasi, diinterpretasi, dan direposisi sesuai dengan tantangan baru yang muncul.”
Ia juga mengingatkan pentingnya melihat kebudayaan dalam konteks global yang lebih besar, dengan istilah “glocal” yang mencakup perspektif lokal dan global.
Prof. Bambang juga menyoroti pentingnya mengubah mentalitas masyarakat untuk mencapai etos kerja yang lebih modern dan berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi.
“Transformasi orientasi nilai sangat diperlukan, terutama dalam menghadapi penyempitan orientasi nilai yang sering terjadi atas nama agama, kesukuan, atau ras,” tambahnya.
Dalam diskusi tersebut, Prof. Bambang memuji langkah-langkah strategis yang telah dilakukan dalam pemajuan kebudayaan, termasuk pendekatan bottom-up dan gotong royong yang integratif. Namun, ia juga menekankan perlunya memotivasi masyarakat secara lebih efektif untuk berkolaborasi dan menghadapi tantangan bersama.
“Kunci kolaborasi adalah bagaimana membangkitkan motivasi bersama. Tantangan dari luar dapat memicu motivasi ini, tetapi motivasi internal membutuhkan waktu dan usaha panjang,” jelas Bambang.
Pernyataan Prof. Bambang dalam diskusi ini mencerminkan komitmen UNPAR dalam mendukung pemajuan kebudayaan Indonesia melalui pendekatan akademis dan strategis. Dengan pandangan kritis dan analitis, ia mengajak masyarakat untuk tidak hanya melihat kebudayaan sebagai sesuatu yang statis, tetapi sebagai potensi yang harus terus dikembangkan dan ditransformasi.
“Kebudayaan itu dalam strategi kebudayaan, kita bisa melihat apa-apa yang berharga dari masa lalu untuk konservasi, tetapi juga harus fokus pada tantangan masa depan,” tutupnya. (NAT-Humas UNPAR)