Praktisi Kenalkan Teknik GIVE, Cara Hadapi Masalah Kesehatan Mental

UNPAR.AC.ID, Bandung – American Psychological Association (APA) mendefinisikan bahwa kesehatan mental merupakan fondasi atau dasar utama untuk dapat beremosi, menampilkan apa yang dirasakan, berpikir, berkomunikasi, belajar, dan bertahan hidup dengan baik.

Sehingga apabila seseorang tidak memiliki fondasi kesehatan mental yang baik, maka dapat dikatakan memiliki kesehatan mental yang bermasalah. Maka, kesehatan mental juga menjadi kunci hubungannya dalam kontribusi seseorang di komunitas masyarakat.

Hal tersebut mengemuka dalam Webinar Kesehatan Mental Sobat Kanal 2022 yang diselenggarakan Biro Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Katolik Parahyangan (BKA UNPAR) pada (23/4/2022) lalu. Acara yang bertajuk “Kenali, Lindungi, Obati Kesehatan Mental” tersebut mengundang Christine A, M. Psi., Psikolog selaku Content Creator TikTok dan Founder Insightku Psikologi; dan Dian Sudiono Putri, M. Psi., Psikolog selaku Founder Biro Psikologi Lentera Malang.

Pada dasarnya setiap orang memiliki kerentanan yang sama dalam memiliki gangguan kesehatan mental. Dian mengatakan, hal pertama yang menjadi faktor penyebab seseorang mengalami kesehatan mental adalah faktor biologis.

“Sebenarnya secara genetik itu berpengaruh. Karena untuk beberapa kasus di dunia kesehatan mental, gangguan-gangguan tertentu itu ada yang terjadi perubahan secara genetik. Struktur otaknya berbeda, sehingga hal tersebut yang diturunkan kepada generasi berikutnya,” tutur Dian.

Dia mengatakan, faktor kedua adalah lingkungan. Hal tersebut terkait dengan beberapa hal seperti trauma, pelecehan, racun, alkohol, dan obat-obatan.

“Sehingga kita perlu sadari, perlu edukasi masyarakat dengan baik bahwa ini adalah hal-hal yang bisa amat dicegah terlebih dahulu,” katanya.

Dian juga mengatakan jika pola asuh dan masalah pada keluarga juga menjadi faktor penyebab seseorang mengalami kesehatan mental. 

“Karena setiap pola asuh itu pasti ada plus minusnya, sehingga hal ini juga perlu disadari dan perlu ditelaah dulu, apakah memang pola asuh yang memang kita dapatkan dari keluarga, dari orang tua dulu itu mempengaruhi sedikit banyak tentang kondisi kesehatan mental kita saat ini,” ucap Dian.

Lebih lanjut, dian menjelaskan terdapat beberapa gejala akibat mengalami gangguan kesehatan mental yang perlu diperhatikan,  di antaranya;

  1. Affection: sedih, emosi yang berubah-ubah, marah, kecewa, senang berlebihan, dll.
  2. Behavior: sulit fokus, linglung, terbata-bata, gemetar, panik, mudah lupa, lesu, dll.
  3. Cognition: pikiran negatif, overthinking, ketakutan, cemas, dll.

Sementara itu, terdapat empat fase kondisi mental yang perlu dikenali, menurut Christine. Tahap tersebut adalah healthy, reacting, injured, dan ill. 

“Kalau sudah di fase reacting, ayok perhatian sama diri sendiri, ini kita perlu untuk melihat lebih jauh. Karena perlu action yang tepat supaya bisa kembali ke area healthy. Dari fase reacting pun kalau kalian merasa enggak nyaman, cari psikolog enggak apa-apa. Tapi kalau sudah di fase ill, biasanya itu butuh bantuan psikiater,” kata Christine.

Christine pun memberikan gambaran tahap saat perlu melakukan konseling, di antaranya adalah:

  1. Pendaftaran dan janji temu
  2. Sesi perkenalan
  3. Siapkan catatan
  4. Catat sebelum sesi
  5. Diagnosa tidak akan diberikan di awal
  6. Psikoterapi

Dia juga memberikan suatu teknik yang dapat digunakan untuk dapat menghadapi orang yang sedang dalam masalah kesehatan mental. Teknik tersebut kerap disebut teknik GIVE:

  1. G for Gentle: bersikap baik, memperhatikan lawan bicara, tidak menyerang, tidak memberikan judge.
  2. I for Interested: tunjukkan minat dan ketertarikan atas apa yang diceritakan oleh kerabat.
  3. V for Validate: validasi apa yang dirasakan oleh teman atau kerabat.
  4. E for Easy Manner: gunakan sedikit humor kalau suasana memang memungkinkan.

Selain itu, untuk menjaga pikiran tetap sehat, Christine memberikan tujuh kegiatan yang dapat dilakukan sehari-hari, yaitu memberikan waktu fokus, luangkan waktu untuk bermain, berkoneksi dengan teman-teman, olahraga, meditasi, menenangkan pikiran, dan tidur yang cukup. (RBF-Humkoler UNPAR)

Berita Terkini

Salah Kaprah TBA/TBB Tiket Pesawat

Salah Kaprah TBA/TBB Tiket Pesawat

Sejatinya, ikhtiar Pemerintah untuk menurunkan harga tiket pesawat sudah dimulai sejak 2019 dengan mengeluarkan kebijakan tentang Tarif Batas Atas (TBA) dan Tarif Batas Bawah (TBB). Lima tahun sudah berlalu, namun tidak ada tanda-tanda harga tiket pesawat akan turun....

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

X