UNPAR.AC.ID, Bandung – Pandemi banyak membawa penurunan kegiatan dan penurunan ekonomi di tengah masyarakat. Melalui berwirausaha, diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan dan memulihkan kemampuan ekonomi yang ada.
Walau kondisi pengangguran sudah menurun, namun kondisi pandemi masih membuat angka kemiskinan yang terus meningkat. Selain berwirausaha, pendampingan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga diharapkan dapat memulihkan kondisi tersebut dengan mencetak pengusaha UMKM yang tangguh, karsa, dan mandiri.
Hal tersebut mengemuka pada Webinar dan Pembukaan Sustaining Competitive and Responsible Enterprises Universitas Katolik Parahyangan (SCORE UNPAR) Batch 6 yang diselenggarakan pada Selasa (5/4/2022). Acara yang bertajuk “Webinar Bisnis, Untung atau Buntung?” tersebut mengundang Riris Simanjuntak selaku pemilik dari PT. IndoRisakti, Maria Satriaputri selaku pemilik Spa Factory Bali, dan Cerry Marlencia selaku mahasiswa berprestasi UNPAR sekaligus generasi kedua Dapoer Sariwangi. Juga dimoderatori oleh Project Manager SCORE National, Januar Rustandie.
Riris mengatakan jika memiliki bisnis harus memiliki visi dan misi yang jelas untuk dapat menyatukan pemikiran dari berbagai pihak.
“Jadi arah perusahaan ini mau dibawa kemana itu tuh bisa lebih jelas gitu dan target-targetnya kan jelas ke situ gitu, jadi kita gak lari,” kata Riris.
Menurut Riris, modal bukan menjadi hambatan utama dalam suatu usaha. Hal tersebut dibuktikan Riris dalam prosesnya selama sepuluh tahun dalam dunia usaha keluarga.
“Yang penting adalah kerja sama gitu. Kerja sama yang harmonis. Jadi buat kami halangan awalnya itu adalah kerja sama dulu gitu antara baik pemegang saham atau yang terakhir adalah yang ada di operasional” katanya.
Sejalan dengan Riris, Maria mengatakan pada usahanya yang berbentuk Business to Business (B2B), membangun reputasi menjadi suatu hal yang lebih penting untuk dapat diselesaikan.
“Karena dari situlah kami berkembang. Harus long term. Kerja sama juga dengan company lain. Karena B2B kita tidak bisa untung sekarang, setelah itu goodbye. Nggak bisa. Jadi harus kita membina hubungan baik dan kepercayaan itu yang sebetulnya kalau di kami itu modal yang paling utama,” kata Maria.
Sementara itu, Cerry mengatakan jika usahanya yang bergerak di bidang makanan memiliki tantangan pada digitalisasi terlebih pada kondisi pandemi yang membuat pembatasan pada pengunjung yang datang.
“Dimana pada saat digital ini mulai naik kita harus sama-sama nih sama orang tua juga gimana kita tetap mempertahankan baik namanya di offline maupun di online. Jadi nama di dua tempat ini baik,” katanya.
Lebih lanjut, dari pandangan seorang mahasiswa dan anak muda, dia mengatakan jika anak muda dapat berkontribusi dalam membantu suatu bisnis terutama pada bidang digitalisasi.
“Karena anak muda mungkin kita bisa sama-sama bantu nih di bagian digitalnya. Misalnya kita masuk ke dunia online, bagaimana cara kita menggunakan aplikasi-aplikasi yang sekarang sudah sangat membantu,” tutur Cerry.
Cerry juga mengatakan jika mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan pada dunia perkuliahan ke dalam dunia praktek. Dia mencontohkan dengan pengalamannya menjalankan kurikulum di Manajemen UNPAR yang membantu dalam menaikkan usaha milik keluarganya.
“Jadi banyak masukkan juga, karena kan kalau mungkin dari segi akademis gitu kita tahu nih apa aja sih strategi-strateginya, tapi kalau misalnya secara praktek orang tua mungkin masih belum tahu. Nah itu jadi kita diskusinya antara praktek dan akademik. Yang paling kelihatan banget itu dari sisi hygienenya kemarin (Pada usaha Dapoer Sariwangi milik orang tuanya),” ujar Cerry.
Sekadar informasi, program SCORE merupakan hasil kolaborasi antara UNPAR dengan International Labour Organisasi (ILO) yang diadaptasi dan dibesut oleh BEDO (Business & Export Development Organization) yang masuk dalam Program Pengembangan Kewirausahaan (PPK) UNPAR.
Adapun program tersebut bertujuan melatih dan mendampingi UMKM dalam meningkatkan efektivitas manajerial dan produktivitasnya. Pada programnya yang ke-5, SCORE telah diadopsi oleh Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung untuk menjadi model pembelajaran keberlanjutan UMKM di Kab. Bandung dan model tersebut bisa direplikasi oleh seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Bandung. (RBF-Humkoler UNPAR)