UNPAR.AC.ID, Bandung – Sebutan “Angkatan Pandemi” kerap tersemat bagi mahasiswa yang lulus di tahun 2020 dan 2021 lalu. Warsa 2022 ini, sepertinya lulusan Sarjana hingga Diploma masih menyandang julukan itu.
Prospek karier lulusan perguruan tinggi mau tak mau mengikuti dinamika. Termasuk di masa Covid-19 yang masih berlangsung hingga kini sembari menyiapkan diri memasuki era normal baru pasca pandemi jika nanti.
Kelakar sering terdengar bahwa lulusan kaum terdidik tak boleh muluk-muluk mencari pekerjaan kelak. Namun menyiapkan diri sebagai calon lulusan perguruan tinggi rasanya perlu. Alih-alih hanya menunggu hingga lulus, tak ada salahnya lakukan persiapan daripada pandemi jadi alasan dan menelan pil pahit sebagai pengangguran.
Kepala Divisi Pengembangan Talenta dan Karier pada Lembaga Pemelajaran dan Karier (LPPK) UNPAR Dewiyani, S.Psi., Psik., CGA., mengungkapkan, mencari kerja di msa pandemi memiliki kekhasan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para calon lulusan di antaranya:
- Proses melamar pekerjaan
- Cara pencarian kerja
- Apa yang perlu diperhatikan dalam proses awal mencari kerja
- Kesempatan kerja saat pandemi
- Bagaimana mengatasi kesulitan yang ada
“Mencari kerja di masa pandemi pasti punya kekhasan, punya kekhususan yang agak berbeda dari biasanya. Namun proses mencari kerja sebelum dan era pandemi terbilang masih sama, yaitu melalui media-media yang memang kita bisa akses dengan mudah,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Berdasarkan survei Exit Study UNPAR 2021 yang dilakukan LPPK UNPAR bersama Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BKA) UNPAR, cara pencarian kerja yang populer selama pandemi ini yaitu melalui relasi (misalnya dosen, orang tua, saudara, teman, dll), persentasenya mencapai 22%.
Kemudian dengan membangun bisnis sendiri (17%); mencari lewat internet/iklan online/milis (15%); membangun network sejak masih kuliah (14%); dihubungi oleh perusahaan (9%); melalui penempatan kerja atau magang (7%); melamar ke perusahaan tanpa mengetahui lowongan yang ada (4%).
Lalu bekerja di tempat yang sama dengan tempat kerja semasa kuliah, pergi ke bursa/pameran kerja, dan melalui iklan di koran/majalah masing-masing 3%. Sementara 1% lainnya mencari kerja melalui informasi dari pusat/kantor pengembangan karier fakultas/universitas; menghubungi kantor kemahasiswaan/hubungan alumni; dan menghubungi agen tenaga kerja komersial/swasta.
“Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa ternyata relasi menjadi poin penting,” ujarnya.
Jenis relasi dalam pencarian kerja pun jika berdasarkan survei, sebesar 40% berdasarkan orang tua/saudara/keluarga; kemudian 39% dari teman/alumni; 16% dari dosen; dan lain-lain sebesar 5%.
“Perlu berkoneksi dengan banyak orang pada saat kuliah, karena dengan keaktifan itu Anda mempunyai banyak relasi yang akan membantu dalam proses pencarian kerja,” ucapnya.
Dia pun mengatakan, memilih pekerjaan memang bukan suatu hal yang mudah, banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan pekerjaan tersebut, misalnya:
- Minat/passion
- Latar belakang pendidikan
- Kesempatan yang tersedia
- Saran/sharing pengalaman dari lingkungan sekitar (orang tua, teman, saudara)
Menurut dia, SDM unggul selama pandemi tentunya bisa mengatasi segala tantangan selama mencari pekerjaan. Tentunya para lulusan atau calon lulusan perguruan tinggi perlu membekali diri agar siap memasuki dunia kerja, yaitu:
- Peningkatan soft skill untuk dapat bersaing di dunia industri
- Mencari pengalaman kerja lewat magang sejak masih kuliah (untuk pengalaman dan koneksi)
- Aktif berorganisasi
- Memilih bidang pekerjaan yang tersedia, walaupun belum sesuai dengan minat
Kendati demikian, tak dimungkiri bahwa saat pandemi ini kesempatan kerja berkurang. Adanya pengurangan kesempatan terutama karena berbagai faktor sebagai berikut:
- Pengurangan karyawan untuk efisiensi pengeluaran (khususnya untuk bidang-bidang pekerjaan yang memang sangat terdampak oleh pandemi)
- Beralihnya pekerjaan ke Sistem Informasi (SI), sehingga tidak membutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM).
“Kalau dulu perusahaan berlomba-lomba menjelang wisuda untuk ikutan career fair, kalau sekarang susah. Ketika saya tanyakan ke perusahaan, ‘Kami mengadakan pengurangan karyawan. Kami tidak melakukan seleksi masuk’,” tutur Dewiyani.
Namun kesempatan bekerja selama pandemi pun membuka peluang pekerjaan lain karena berbagai faktor, di antaranya:
- Banyak pekerjaan yang digantikan oleh SI dan tuntutan untuk membangun sebuah SI menjadi hal mendesak dan membutuhkan banyak SDM.
- Banyak juga bidang usaha yang berkembang pada saat pandemi, misalnya alat kesehatan, dimana untuk operasional tetap membutuhkan SDM.
“Banyak sekali (pekerjaan) yang membutuhkan orang-orang kreatif. Karena tidak semua menggunakan sistem robotik, SDM tetap dibutuhkan,” ujarnya. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)