UNPAR.AC.ID, Bandung – Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan (HI UNPAR) menggelar kuliah tamu mengenai diplomasi publik Indonesia di Norwegia, Selasa (12/12/2023).
Kuliah tamu diadakan secara hybrid dan dihadiri oleh beberapa dosen HI UNPAR, Anggia Valerisha, S.IP., M.SI. selaku moderator, Prof. Sukawarsini Djelantik, M.Int.S., Ph.D., dan H.E. Rahmat Pramono, serta beberapa mahasiswa HI UNPAR.
Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, Dr. Teuku Faizasyah, M.IS. turut hadir secara daring dan menjadi pembicara dalam kuliah ini.
Dalam sambutannya, Prof. Suke menyampaikan antusiasnya. “Kami sangat ingin untuk mendengarkan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh Kedutaan Besar di Oslo dalam membangun citra Indonesia di Eropa, dan secara khusus di Norwegia,” ujarnya.
Prof. Suke juga menyampaikan harapannya agar UNPAR dapat menjalin komunikasi intens dengan pihak KBRI Norwegia untuk menjalin hubungan yang lebih dekat.
Tujuan dari diadakannya kuliah tamu ini adalah untuk menginformasikan mengenai apa saja yang sudah dilakukan KBRI setidaknya 3 tahun terakhir di Norwegia, terutama dengan strategi diplomasi publik.
Diplomasi publik sendiri didefinisikan sebagai upaya untuk menjangkau masyarakat di negara tuan rumah dengan berkomunikasi secara aktif melalui dialog yang berkelanjutan dengan semua lapisan masyarakat untuk meningkatkan minat dan pemahaman mengenai negara asal mereka.
Tujuan diplomasi publik menurut Hassan Wirajuda adalah untuk menjalin persahabatan antar masyarakat negara lain sehingga bisa membangun hubungan baik dengan negara lain.
Diplomasi publik Indonesia sendiri memiliki tujuan spesifik yakni untuk mempromosikan citra positif Indonesia di mata internasional. Indonesia juga memiliki beberapa aset yang berusaha untuk dipromosikan yakni demokrasi, moderasi beragama, dan kebudayaan.
Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan Norwegia sehingga tidak mengherankan jika hubungan diplomatik antara keduanya telah terjalin selama 73 tahun.
Beberapa hubungan bilateral yang telah dilaksanakan oleh Indonesia dan Norwegia adalah deklarasi bersama Towards a Dynamic Partnership in the 21st Century, Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC), dan dialog HAM.
Tahun ini, Indonesia dan Norwegia telah melaksanakan dialog HAM yang ke-17 di Jakarta. Indonesia terus berupaya untuk mempertahankan hubungan erat dengan Norwegia, salah satunya dengan memanfaatkan diaspora Indonesia di Norwegia.
Di seluruh wilayah Norwegia, terhitung ada 1.376 diaspora Indonesia. Mengutip dari laman Kemenlu, diaspora Indonesia adalah masyarakat Indonesia yang tinggal di luar negeri. Diaspora Indonesia berperan untuk melengkapi peran Pemerintah Indonesia untuk membangun citra positif Indonesia di negara tersebut.
Indonesia memiliki beberapa strategi diplomasi publik seperti program kebudayaan, interaksi antar diaspora, interaksi media, dan kerja sama akademi.
Program budaya Indonesia dilakukan dengan bazar dan festival tentang budaya Indonesia, kelas tari dan bahasa, serta beasiswa untuk studi seni dan kebudayaan Indonesia.
Interaksi diaspora Indonesia dengan masyarakat Norwegia salah satunya dilakukan dengan membentuk Indonesia Norway Society. Organisasi nirlaba ini disahkan pada tahun 2021.
Kerja sama akademi Indonesia-Norwegia dibangun dengan bekerja sama dengan beberapa universitas Norwegia, Darmasiswa yakni program beasiswa non-gelar selama satu tahun untuk mempelajari seni, musik, kerajinan bahasa Indonesia di Indonesia, dan program peningkatan kapasitas.
KBRI juga memanfaatkan media untuk meningkatkan citra Indonesia di Norwegia melalui laman dan media sosial, kerja sama dengan media lokal dan nasional, serta interaksi dengan influencer.
Salah satu produk dari interaksi antara Indonesia-Norwegia adalah lagu ‘Nasi Padang’ yang diciptakan oleh seorang pemuda Norwegia, Audun Kvitland Rostad, yang menuangkan kecintaannya terhadap salah satu kuliner Indonesia, nasi padang.
Langkah selanjutnya untuk menjaga hubungan baik Indonesia-Norwegia dan terus mengupayakan citra positif Indonesia di Norwegia, adalah dengan menciptakan cerita sukses masyarakat Indonesia, festival Indonesia yang lebih meriah, dan memperluas koneksi.
Dubes Teuku menyatakan bahwa semua upaya harus kita lakukan agar diplomasi publik Indonesia menghasilkan hasil yang positif bagi Indonesia seperti peningkatan turis dan penanaman investasi.
“Upaya diplomasi publik Indonesia harus menghasilkan yang konkret dan memiliki kemanfaatan bagi Indonesia,” ujarnya. (SYA-Humkoler UNPAR)