UNPAR.AC.ID, Bandung – Sebuah penelitian dalam arsitektur menjadi suatu hal yang penting. Melalui penelitian, akan terdorongnya perkembangan praktik arsitektur yang menjadi salah satu modal untuk dapat lebih produktif dalam membangun negara.
Mengingat dunia arsitektur yang terlalu stagnan, maka sangat penting bagi praktisi dan penggiat pendidikan arsitek melihat hasil-hasil riset untuk dapat mengelaborasi dan memperkaya khazanah dalam bidang arsitektur.
Hal tersebut mengemuka pada Webinar dan Penganugerahan Skripsi Award 2021 yang dilaksanakan oleh program studi sarjana Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan (Arsitektur UNPAR) dan bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) pada Sabtu (16/10/2021). Acara yang bertajuk “Peran Penelitian Dalam Pendidikan Dan Praktik Arsitektur” tersebut mengundang Prof. Dr. Ir. Purnama Salura, M.M., M.T. selaku guru besar arsitektur UNPAR dan Ar. Georgius Budi Yulianto, IAI., AA selaku ketua IAI Provinsi Jawa Barat sekaligus dosen Arsitektur UNPAR.
Sebagai proses, banyak hal yang dapat mempengaruhi sebuah desain kata Georgius. Dia mencontohkan penerapan analogi atau metafora sebagai material dalam pemahaman desain dimana hal tersebut merupakan panduan yang bisa dipadukan dengan penelitian pada bidang arsitektur.
Lebih lanjut, Georgius mengatakan terdapat empat teori arsitektur yang dapat menjadi acuan dalam perkembangan desain arsitektur dan praktek profesi arsitek yaitu; Sejarah Teori Falsafah Arsitektur, Teknologi dan Manajemen Bangunan, Arsitektur Kota Desain Kota, serta Pemukiman dan Perumahan.
Terdapat empat kata kunci dalam praktek arsitektur yang dapat mempengaruhi teori arsitektur tersebut, yaitu; ketergantungan terhadap platform digital, kebersihan lingkungan, definisi baru dalam kehidupan sehari-hari, dan kehidupan sosial tanpa adanya sentuhan.
Dia memberikan beberapa contoh empat kata kunci tersebut dalam isu pandemi yang banyak mengubah teori-teori arsitektur yang sudah ada.
“Teori yang berbicara tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan ruang-ruang jalan kota sebagai interaksi, berubah karena adanya pembatasan,” katanya.
Dalam skala kota kata dia, isu pandemi pada aspek konektivitas menjadi penting untuk dikaji kembali, dimana ruang-ruang publik akan diperkecil dalam skala yang lebih kecil seperti dalam ranah bangunan saja.
Sementara itu, dalam bidang akademisi, Prof. Purnama menyampaikan, cara berpikir ilmiah itu lahir ketika sadar.
“Ketika kita sadar, mulailah kita berpikir untuk berhati-hati. Bukan berpikir yang ngasal,” tuturnya.
Terdapat empat pokok yang melandasi keilmiahan kata dia, yaitu; Memiliki pemikiran yang kritis, Objectively conducted inquiry, Open minded, Self reflexive.
Lebih lanjut, Prof. Purnama berkata, apabila karya ilmiah dimulai dengan scientific thinking yang memuat pemikiran kritis, objektif, open mind, maka sudah pasti tidak perlu lagi membuat narasi yang beratus-ratus halaman, tapi justru narasi pendek yang berlandaskan pemikiran kritis yang padat dan jelas.
Acara dilanjutkan dengan presentasi hasil skripsi oleh mahasiswa yang memiliki nilai terbaik dan penganugerahan pada tiap-tiap kategori yang dihadiri oleh Prof. Ir. Totok Roesmanto, M.Eng., Indah Widiastuti, ST., MT., Ph.D., Dr. Ir. Surjamanto Wonorahardjo, M.T., serta Prof. Yandi Andri Yatmo, Dip.Arch., M.Arch., Ph.D., selaku juri eksternal dan pengulas dalam acara tersebut. (RBF-Humkoler UNPAR)