UNPAR.AC.ID, Bandung – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) melalui PLDC (Parahyangan Legal Debate Community). Tim PLDC berhasil meraih juara 3 dalam ajang Hukum Online Law Debate Competition 2024 yang mengusung tema “Tantangan Hukum dalam Transformasi Digital di Indonesia”.
Tim delegasi FH UNPAR tersebut terdiri dari Fakhira Raisa Ramadina, Garin Arian Reswara, dan Aziz Bagas Pramono dengan bimbingan oleh Valerianus Beatae Jehanu, S.H., M.H. dan Williams Oey, S.H., LL.M.
Sebagaimana dikutip dari laman Hukum Online, terdapat 39 perguruan tinggi dengan jurusan Hukum yang mendaftarkan diri dalam kompetisi debat ini. Terdiri atas empat babak, ajang kompetisi ini diharapkan dapat melatih mahasiswa hukum dalam menerapkan pola pikir analitis dan argumentatif.
Berawal dari dorongan untuk berproses, Garin Arian Reswara selaku salah satu perwakilan dari tim delegasi menceritakan awal mula dirinya bisa tergabung dalam tim delegasi yang berkompetisi di Hukum Online Law Debate Competition 2024 hingga menjadi juara. Dirinya menyampaikan bahwa ia ingin mengembangkan kompetensi dirinya sebagai mahasiswa hukum khususnya dalam softskill seperti public speaking dan hardskill seperti pemahaman yuridis maupun issue hukum yang berkembang
“Melalui keterlibatan saya dalam kompetisi ini, saya menjadi terdorong untuk terus berproses dan berkembang dalam mengasah kemampuan public speaking saya serta kemampuan pemahaman saya di bidang hukum. Selain itu, saya juga terinspirasi untuk meningkatkan dan memajukan nama baik FH UNPAR dalam pada perlombaan debat skala nasional, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan nama baik UNPAR,” ujar dirinya melalui wawancara tertulis yang dikutip pada Rabu (22/8/2024).
Sementara itu, dirinya menyampaikan bahwa pengalamannya dalam debat ini cukup menegangkan. Hal ini dilatarbelakangi oleh mosi perdebatan yang diberikan hanya 10 menit sebelum pertandingan.
“Artinya, hanya dalam waktu 10 menit, saya dan tim harus mampu untuk memahami konsep – konsep dalam mosi, mencari dan menyusun argumentasi baik dari segi filosofis, yuridis, dan empiris. Padahal umumnya pada lomba perdebatan hukum nasional, mosi perdebatan diberikan 2 hari atau 1 hari sebelum pertandingan berlangsung,”
Selain itu, timnya pun menemui kesulitan lain seperti public speaking dan substansi argumen. Garin menyampaikan, bahwa penyampaian argumentasi harus dilakukan dengan baik sehingga dewan juri bisa memahami. Dewan juri pun harus bisa dipersuasi sehingga bisa menyetujui posisi dengan tim. Namun, timnya berhasil mengatasi kedua kesulitan tersebut dengan latihan yang intens.
“Untuk mengatasi kedua hal tersebut, saya dan tim dari PLDC mengatasinya dengan membentuk latihan sparring debat yang lebih intens, yang menggunakan mosi-mosi yang berkaitan dengan transformasi digital. Dengan kedua cara tersebut, ketika hari pelaksanaan kompetisi debat hukum online kami sudah memahami terlebih dahulu baik dari aspek hukum maupun aspek teknis dari suatu teknologi,” tutur Garin.
Meskipun demikian, dirinya bersama rekan kelompok mengakui bahwa tema yang diberikan sangatlah menarik. Hal ini mendorong kelompoknya untuk memahami hal lain diluar aspek hukum, seperti perkembangan teknologi di dunia nasional maupun internasional.
Terlebih lagi, Garin juga menceritakan bahwa persiapan lomba memakan banyak energi dan waktu. Meskipun demikian, dirinya memiliki prinsip bahwa seluruh usaha dan tenaga yang dilakukan akan membuahkan hasil yang bermanfaat.
“Saya selalu memiliki mindset bahwa seluruh usaha dan tenaga yang saya keluarkan dalam berproses di perlombaan, akan menimbulkan suatu hasil yang bermanfaat bagi saya, baik berupa prestasi dengan gelar juara maupun dalam bentuk peningkatan pemahaman saya akan hukum yang pastinya juga bermanfaat bagi saya untuk kedepannya,” ucapnya.
Garin pun memberikan tips kepada mahasiswa UNPAR untuk turut mengikuti organisasi yang berkontribusi signifikan dalam perkuliahan.
“PLDC sebagai salah satu Lembaga Independen Hukum (LIH) di FH UNPAR, bagi saya turut membantu banyak aspek dalam mengikuti perkuliahan, seperti pemahaman yang lebih mendalam serta kemampuan untuk mengaplikasikan pemahaman dalam perkembangan yang nyata sedang terjadi di masyarakat,” ucap Garin.
Akhir kata, dirinya turut mengucapkan terima kasih kepada orang tua, tim PLDC FH UNPAR, serta para dosen yang telah membantu dirinya hingga menjadi juara.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Orang Tua saya yang selalu mendukung saya selama persiapan kompetisi ini. Saya juga ingin berterima kasih kepada seluruh tim PLDC FH UNPAR, baik dari anggota aktif maupun alumni yang turut membantu selama persiapan kompetisi. Saya juga ingin berterima kasih kepada Dosen pembimbing, pak Williams Oey dan pak Valerianus Beatae Jehanu yang telah menemani dan membantu selama persiapan kompetisi. Selain itu, saya juga berterima kasih kepada ibu Rismawati, ibu Ilva Nurfitriati, ibu Theodora Pritadianing, ibu Dewi Sukma, ibu Ida Susanti, dan bapak Tristam Pascal selalu dosen dari FH UNPAR yang juga turut berkontribusi dalam persiapan kompetisi ini,” tuturnya. (KTH-Humas UNPAR)