Pakar Paparkan Model Pembelajaran STEM di Indonesia dan Taiwan

UNPAR.AC.ID, Bandung –  STEM dinilai efektif dalam menyelesaikan masalah pembelajaran dalam sistem edukasi. Pendidikan ala STEM (Science, Technology, Engineering dan Math ) sendiri sudah banyak diterapkan di berbagai negara salah satunya adalah Taiwan. Namun, kunci transformatif dalam pendidikan STEM harus lebih diperjelas.

Hal tersebut terkemuka dalam “Workshop, Seminar Nasional, dan Launching Pusat Studi Kajian Pembelajaran STEM UNPAR” yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Kajian Pembelajaran STEM Universitas Katolik Parahyangan ( UNPAR) bekerja sama dengan Perkumpulan Penggiat STEM Indonesia (PPSTEMI) dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional pada Sabtu (26/11/22) lalu secara hybrid. Acara tersebut mengundang Arif Hidayat, Ph.D.Ed. selaku Ketua PPSTEMI dan Prof. Kuen-Yi Lin, Ph.D. selaku Dosen dan Pakar Pendidikan STEM dari National Taiwan Normal University. 

Prof. Kuen-Yi Lin mengatakan bahwa dalam sistem pembelajaran STEM di Taiwan sendiri mencakup pendidikan formal dan informal.  Terdapat sejumlah kompetensi ilmu transformatif dari STEM yang dinilai penting yaitu :

  • Problem Scoping
  • Idea Creation
  • Designing and constructing
  • Assessing Design
  • Redesigning and Reconstructing

“Kebanyakan murid hanya menerapkan pengetahuan hanya jika terlibat dalam suatu proyek mereka harus mengambil kompetensi STEM. Permasalahan utama yang kerap terjadi yaitu mereka tidak tahu kapan dan bagaimana menggunakan kompetensi atau kemampuan tersebut,” tuturnya.

Dia menyampaikan sejumlah tujuan dari sistem edukasi ala STEM sendiri antara lain kemampuan dan keterampilan umum  inovasi, kreativitas, kemampuan kewirausahaan, pemecahan masalah,  implementasi di “dunia nyata” (dunia nyata, dekonstruksi situasional, otentik, sehari-hari, kehidupan nyata), dan integrasi (integrasi disiplin STEM, aplikasi dunia nyata untuk memaksimalkan pembelajaran, kemampuan interdisipliner) 

“Tujuan dari pendidikan STEM menjadi penting untuk memperjelas sistem pendidikan di negara Anda,” tutur Prof. Kuen-Yi Lin. 

Sementara itu, Arif Hidayat Ph.D. Ed. mengungkapkan bahwa jika seluruh siswa di Indonesia dikumpulkan, jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) digabungkan. Ia mengambil data tersebut dari Badan Pusat Statistik tahun 2021 yang mengungkap jumlah siswa di Indonesia mencapai angka 45,2 juta. Maka dari itu, apapun yang terjadi di Indonesia tentu akan berdampak tinggi. 

“Sehingga kalau perkembangan STEM di Indonesia sangat tumbuh tinggi, itu akan berdampak pula di negara Asia,” tutur Arif. 

Arif menyatakan bahwa pembelajaran STEM di Indonesia sendiri masuk pertama kali melalui pelatihan guru, pelatihan oleh kementerian, serta pusat-pusat yang berada di universitas. Ia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki delapan Pusat Kajian Pembelajaran STEM dan kini UNPAR menjadi yang kesembilan. 

“Sekarang, Unika Parahyangan membuat pusat kajian STEM ini yang ke 9 secara nasional.” ucapnya seraya memberi selamat. 

Lebih lanjut, Arif mengungkap cara agar siswa bisa belajar lebih optimal di pembelajaran STEM yang kolaboratif. Ia menggambarkannya sebagai sebuah lingkaran dengan 3 lapisan. Lapisan terluar merupakan kondisi siswa yang masih tidak bisa melakukan sesuatu. Lapisan kedua ialah di mana siswa sudah bisa melakukan hal tersebut dengan cara dipandu oleh rekan, guru, ataupun situasi. Lapisan terdalam adalah kondisi di mana siswa bisa melakukannya sendiri. 

“Bukankah seperti itu misi kita mengirim anak ke sekolah?” tanyanya. 

Arif menganalogikan lingkaran tersebut sebagai bukit di mana ujung pembelajaran adalah puncak dari bukit tersebut. Untuk mencapai puncak, Arif mengungkap bahwa setidaknya siswa harus melalui 3 cara yakni: collective, cooperative, dan collaborative

“Di sinilah yang mungkin pembelajaran STEM itu mengarahkan ke puncak yang paling atas,” ucapnya. 

Tidak sampai di situ, Arif mengutip pernyataan John Dewey yang menyatakan bahwa kita tidak belajar dari pengalaman, namun kita belajar dari merefleksi pengalaman. Maka dari itu, ia menyatakan bahwa langkah terakhir dari membuat komunitas pembelajaran STEM adalah refleksi setelah pembelajaran.

“Itu yang meningkatkan pembelajaran sebagai orang dewasa,” tuturnya.  (JES/KTH-Humkoler UNPAR)

Berita Terkini

Masa Depan Indonesia-AS

Masa Depan Indonesia-AS

UNPAR.AC.ID, Bandung - Berakhirnya proses Pemilihan Presiden (pilpres) Amerika Serikat 2024 memberikan hasil sementara Pasangan Donald Trump-James Vance mengungguli pasangan Kamala Harris-Tim Walz, walaupun hasil resmi akan diumumkan oleh Kongres Amerika Serikat pada...

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Nov 29, 2022

X