UNPAR.AC.ID, Bandung – Campus Ministry Communita Piernicola Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) mengadakan Misa Jumat Pertama yang juga merupakan Misa Awal Tahun Akademik 2024/2025 pada Jumat (6/9/2024) lalu. Misa yang berlangsung di Ruang Multifungsi Gedung Pusat Pembelajaran Arntz Geise (PPAG) ini merupakan misa inkulturasi kedua, setelah sebelumnya diadakan pada 7 Mei 2023 lalu.
Mengusung tema “Nusantara”, misa yang dipersembahkan oleh Konselebran RD. Alfonsus Sutarno, Pr.; RD. Yohanes Driyanto, Pr.; dan RD. Yanuarius, Pr. ini mencerminkan keberagaman budaya yang terjadi di UNPAR. Hal ini juga sejalan dengan nilai-nilai dasar dalam Spiritualitas dan Nilai Dasar UNPAR (SINDU), khususnya hidup dalam keberagaman. Setiap Unparian diajak untuk merangkul pluralisme yang menjunjung tinggi prinsip saling memahami, toleransi, dan dialog.
Tidak hanya UNPAR, tim Vocalista Sonora (Vocason) dari Pusat Musik Liturgi (PML) Yogyakarta turut mengiringi Perayaan Ekaristi dalam misa inkulturasi tersebut, lengkap dengan iringan beberapa alat musik tradisional seperti gendang Manggarai, sarol Dayak, tifa Papua, kecapi Sunda, suling, angklung, bas bambu, rebana sedang, serta rebana besar.
Melalui pemaparannya, Romo Alfonsus Sutarno menyampaikan pentingnya menghargai perbedaan sehingga bisa menjadi suatu kekuatan. Ia sendiri menekankan kehidupan bertoleransi seperti yang dicontohkan oleh Paus Fransiskus, saat melakukan kunjungan ke Indonesia. Saat itu, dirinya tidak membedakan orang dalam menunjukkan rasa kasih yang mendalam di tengah penjagaan yang ketat, dan juga tidak melupakan kaum disabilitas.
Berbicara mengenai misa Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno, Romo Dri selaku Ketua Campus Ministry UNPAR menyampaikan bahwa misa tersebut terjadi karena kelompok kecil yang memiliki iman dan tujuan yang sama yang kemudian disatukan.
Misa inkulturasi ini juga memberikan inspirasi bagi UNPAR yang sedang mengalami proses transformasi, terutama memasuki awal Tahun Akademik 2024/2025. Mengutip pada pemaparan Paus Fransiskus, kita turut diingatkan untuk siap menghadapi risiko dalam mengamalkan iman kita. Oleh karena itu, kita juga harus bekerja keras memberikan yang terbaik, serupa dengan yang dicontohkan oleh Bunda Theresa. (KTH-Humas UNPAR)
