Menyelisik Untaian Bencana di Kepingan Surga Tatar Parahyangan

Bumi Parahyangan dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan sumber dayanya. Namun daerah ini pun tidak lepas dari potensi kebencanaan yang luar biasa. Sebagai manusia yang berilmu, sudah seharusnya setiap warga masyarakat di kawasan Jawa Barat memahami potensi kebencanaan yang ada disekitarnya. Singkatnya, masyarakat harus menyelisik bahaya kebencanaan demi meningkatkan kewaspadaan.

Hal ini menjadi inti dari paparan Prof. Paulus Pramono Rahardjo dalam orasi ilmiah menyambut Dies Natalis 64 Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) pada Kamis (17/1). Orasi yang diberi judul “Menyelisik Untaian Bencana di Kepingan Surga Tatar Parahyangan” disampaikan dalam acara Orasio Dies yang diselenggarakan di Studio Pusat Pembelajaran Arntz Geise (PPAG). Acara dihadiri oleh Rektor Unpar Mangadar Situmorang Ph.D., Uskup Bandung Mgr. Antonius OSC., dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa.

Bahaya bencana

Prof. Pramono memulai pemaparannya dengan menyoroti bahaya bencana (hazard) yang dimiliki oleh Indonesia. Lokasi geografis Indonesia terletak di dalam cincin api (Ring of Fire) yang ditandai oleh banyaknya gunung berapi. Seringkali pada lokasi tersebut terjadi peristiwa subduksi, yang mana plat samudera bergerak dan menabrak plat benua. Hal tersebut menyebabkan Indonesia yang berada di tengah-tengah plat tersebut menjadi rawan akan gempa dan bencana lainnya.

Menurut data yang didapat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah bencana yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah banjir, bencana iklim, dan longsor. Perubahan iklim dapat meningkatkan suhu yang menyebabkan curah hujan bertambah sehingga nantinya dapat menyebabkan banjir dan akhirnya berimplikasi terhadap terjadinya longsor. Di Jawa Barat sendiri setidaknya ada kurang lebih 400 titik longsor per tahunnya.

Meskipun berada di daerah tinggi, namun Kota Bandung tidak luput dari ancaman bencana banjir. Hal tersebut disebabkan karena Bandung juga berlokasi di cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan dan daerah tampungan air di Bandung semakin berkurang sehingga air yang  masuk dari sungai-sungai tidak bisa meresap dengan baik dan menyebabkan banjir terjadi.

Selain longsor dan banjir, bencana lain yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa. Peristiwa gempa terjadi ketika plat-plat bertumbukan dan bergerak sehingga terakumulasi energi yang nantinya energi tersebut akan dilepaskan dalam bentuk getaran yang dirambatkan ke permukaan bumi. Ada banyak titik rawan bencana di Indonesia, seperti misalnya di Bandung titik rawan berada di daerah Lembang.

Indonesia juga dikenal dengan negara yang memiliki banyak gunung api. Menurut data, di Indonesia terdapat sekitar 100 gunung berapi. Beberapa diantaranya berada di daerah Jawa Barat seperti misalnya Gunung Tangkuban Perahu, Gede, Papandayan, dan Galunggung.

Manajemen kebencanaan

Dampak dari bencana alam sangatlah banyak. Seperti misalnya korban jiwa, kerugian materiil, kehilangan komunikasi, serta kemunduran ekonomi. Maka dari itu, hal penting yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menanggulangi bencana adalah dengan membuat kriteria pembangunan dan penataan ruang yang lebih baik lagi. Hukum pembangunan yang ada di Indonesia harus lebih ditegakkan lagi, karena pembangunan yang baik dan sesuai dengan aturan dapat mengurangi resiko bencana serta dapat meningkatkan keselamatan masyarakat.

Tidak berhenti hanya sampai penelitian kebencanaan, aspek penting lainnya dalam manajemen kebencanaan adalah mitigasi bencana. Upaya tersebut dapat dilakukan untuk mengurangi resiko sehingga korban jiwa yang dihasilkan tidak terlalu besar. Bencana alam seperti gunung meletus dan gempa tidaklah bisa dihindari oleh manusia. Namun kita bisa menghindari banjir. Maka dari itu Prof. Pramono menekankan akan pentingnya pengidentifikasian bahaya, yang mana jika masyarakat tahu dan mengerti akan bencana, maka masyarakat dapat lebih waspada.

Di akhir orasi, orator menekankan bahwa pengelolaan bencana sangatlah penting untuk dilakukan sebelum bencana terjadi. Tujuannya adalah untuk mengurangi kesengsaraan masyarakat dan untuk mempercepat proses pemulihan ketika daerah tersebut terkena bencana. Pemerintah harus melakukan banyak sosialisasi kepada masyarakat luas dimulai dari tingkat terendah seperti Sekolah Dasar.

Berita Terkini

Prestasi Gemilang UKM Badminton UNPAR di Liga Pelajar Nusantara 2024

Prestasi Gemilang UKM Badminton UNPAR di Liga Pelajar Nusantara 2024

UNPAR.AC.ID, Bandung – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Badminton Universitas Parahyangan (UNPAR) telah menorehkan tinta emas dalam sejarah olahraga kampus dengan meraih prestasi membanggakan pada Liga Pelajar Nusantara 2024, yang diselenggarakan di Bogor. Dengan...

Sistem Penghubung Layanan dan SSO untuk Transformasi Digital Indonesia

Sistem Penghubung Layanan dan SSO untuk Transformasi Digital Indonesia

UNPAR.AC.ID, Bandung - Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau yang dikenal dengan sebutan SPBE merupakan salah satu upaya transformasi digital di Indonesia. Fokus utama dari SPBE ialah meningkatkan layanan publik agar masyarakat bisa mendapatkan kemudahan dan...

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Jan 28, 2019

X