Menuju Transisi Energi Bersih

Dr.Phil. Aknolt Kristian Pakpahan, S.IP., M.A. (Dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIP UNPAR)/Dok. UNPAR

UNPAR.AC.ID, Bandung – Isu transisi energi menarik perhatian masyarakat global terutama berkaitan dengan upaya untuk menyelamatkan bumi di masa depan dan menjaga keberlangsungan ekosistem makhluk hidup.

Transisi energi adalah proses merubah penggunaan sumber energi berbasis fosil dan tidak ramah lingkungan menjadi penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan seperti panel surya, air, panas bumi, dan angin.

Pada pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali 2022, isu transisi energi menjadi salah satu isu prioritas yang menghasilkan kesepakatan seperti tertuang pada Deklarasi Pemimpin terutama poin 11 dan 12.

Dalam dua poin itu, dinyatakan pentingnya mencapai net zero emission atau nol emisi karbon pada 2060 dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 7 (Energi yang Terjangkau dan Bersih) untuk menyediakan stabilitas, transparansi, dan keterjangkauan energi bagi seluruh masyarakat.

Nol emisi karbon adalah kondisi dimana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap bumi sehingga tidak ada emisi yang menguap ke atmosfer dan bisa memicu pemanasan global.

Upaya Indonesia dalam upaya menjalankan transisi energi bersih, Pemerintah Indonesia mengeluarkan seperangkat aturan mulai dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, PP Nomor 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Perpres Nomor 22/2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), dan Perpres Nomor 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik, yang kemudian diikuti dengan seperangkat peraturan teknis pada tingkat kementerian/lembaga terkait misalnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Tak hanya itu, untuk menunjukkan komitmen bersama dalam penanganan pemanasan global, terbit undang-Undang Nomor 16/2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to The United Nations Framework Convention on Climate Change.

Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia bersepakat menjalankan komitmen untuk membatasi suhu pemanasan bumi tidak lebih dari 2 derajat Celsius, yang kemudian direvisi pada Pakta Iklim Glasgow 2021 menjadi 1,5 derajat Celsius.

Untuk menjaga komitmen bersama tersebut, Pemerintah Indonesia dalam RUEN membuat prioritas pengembangan energi bersih dengan menargetkan penggunaan energi bersih/energi baru terbarukan (EBT) paling sedikit 23 persen pada 2023 dan 31 persen pada 2050.

Tak mudah proses transisi energi bersih bukan hal yang mudah dijangkau. Merujuk data Kementerian ESDM, sampai tahun 2022, porsi penggunaan energi bersih (EBT) dalam bauran energi nasional baru mencapai 11,31 persen pada 2020, 12,2 persen pada 2021, dan 12,8 persen 2022. Presentase ini merupakan pekerjaan besar sekiranya hendak mencapai target bauran energi bersih 23 persen pada 2050.

Setidaknya ada dua cara yang dapat dilakukan Pemerintah Indonesia dalam upaya mencapai target bauran energi bersih 23 persen pada 2025 dan target nol emisi karbon pada 2060.

Pertama, perlu adanya komitmen pemerintah untuk mendorong pembangunan infrastruktur energi bersih/EBT seperti pembangkit listrik tenaga (PLT) EBT misal PLT surya, PLT air, PLT panas bumi, dan PLT bio.

Merujuk pada Neraca Energi Nasional 2021, produksi energi nasional pada 2020 sebesar 443,1 juta TOE (setara ton minyak). Produksi energi berbasis energi fosil seperti batu bara, gas, dan minyak mencapai 94,9 persen sedangkan sisanya dihasilkan dari produksi EBT sebanyak 5,1 persen.

Laporan Internasional Renewable Energy Agency (Irena) 2022 mencatat bahwa potensi EBT di Indonesia mencapai 3.692 GW dengan energi surya sebagai potensi terbesar 2.898 GW.

Sayangnya, sampai 2021, kapasitas terpasangnya baru mencapai 10,5 GW (atau sekitar 0,3 persen). Oleh karena itu, diperlukan optimalisasi pengembangan energi bersih, di antaranya mengundang investor yang dibarengi dengan penyederhanaan regulasi pengembangan EBT.

Kedua, kolaborasi dengan sektor swasta dan dunia internasional. Transisi menuju energi bersih membutuhkan dana besar. Di tengah keterbatasan anggaran akibat pemulihan pasca-pandemi Covid-19 dan dampak perang Rusia-Ukraina, pemerintah perlu menggandeng swasta dalam pendanaan pengembangan energi bersih.

Bappenas menyebutkan dibutuhkan dana 127 miliar dolar AS untuk mencapai target bauran energi bersih 23 persen pada 2025. Ada beberapa skema yang dapat ditawarkan misalnya penawaran green bond dan green sukuk serta kolaborasi dana filantropi swasta.

Hasil dari KTT G20 Bali, Indonesia mendapatkan komitmen pendanaan transisi energi bersih sebesar 20 miliar dolar AS dalam skema Just Energy Transition Partnership (JETP) dan prioritas pertama pendanaan sebesar 500 juta dolar AS untuk mengimplementasikan program transisi energi dalam Kesepakatan Asia Zero Emission Community (AZEC).

Bukan hal yang mudah melakukan transisi energi bersih untuk mencapai target nol emisi karbon tahun 2060. Akan tetapi, untuk menjaga keberlangsungan bumi dan makhluk hidup, komitmen dan kerja nyata bersama seluruh pihak harus diupayakan.

Tulisan tersebut merupakan republikasi dan sebelumnya telah dimuat di Harian Pikiran Rakyat dan koran.pikiran-rakyat.com pada 27 dan 28 Maret 2023 dengan Judul “Menuju Transisi Energi Bersih“.

Berita Terkini

Sebuah Perjalanan Akademik

Sebuah Perjalanan Akademik

UNPAR.AC.ID, Bandung - Pengelolaan sumber daya alam Nusantara melalui proses industrialisasi secara tepat dan selaras dengan ketentuan hukum positif yang bertumpu pada kemampuan warga masyarakat, khususnya yang bermukim di perdesaan di segenap pelosok Nusantara, maka...

UNPAR Buka Jalur PMDK Maba 2024, Ada Beasiswa Awal Masuk Kuliah

UNPAR Buka Jalur PMDK Maba 2024, Ada Beasiswa Awal Masuk Kuliah

UNPAR.AC.ID, Bandung - Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) telah membuka Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) untuk tahun akademik 2024/2025 melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Bagi peserta yg lulus seleksi nantinya akan mendapatkan beasiswa sampai...

UNPAR Gelar Career Expo 2023, Puluhan Perusahaan Buka Lowongan Kerja

UNPAR Gelar Career Expo 2023, Puluhan Perusahaan Buka Lowongan Kerja

UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) secara resmi membuka UNPAR Career 2023, Jumat (22/9/2023) di Ruang Multifungsi PPAG UNPAR. Career Expo yang berlangsung hingga Sabtu (23/9/2023) ini bekerja sama dengan lebih dari 39 perusahaan yang...

Kontak Media

Divisi Humas & Protokoler

Kantor Pemasaran dan Admisi, Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Apr 5, 2023

X