UNPAR.AC.ID, Bandung – Dewasa ini, kesejahteraan ekonomi merupakan hal yang masih sulit untuk dicapai. Faktor utama dari kesejahteraan bukan lagi berbicara mengenai ekonomi semata, lebih jauh lagi berbicara mengenai kemanusiaan dan hal tersebut harus dapat diukur.
Amartya sen berbicara mengenai ekonomi kesejahteraan bahwa pendekatan pusat pembelajaran ekonomi seharusnya berbicara mengenai manusia, bagaimana manusia mempunyai kebebasan, merasakan keadilan, mempunyai capability untuk mencapai sesuatu yang bernilai. Kebebasan yang lebih besar itu orang yang mampu memilih sedangkan yang terpaksa memilih mengalami deprivasi.
Hal itu disampaikan oleh Prof. Dr. Martinus Yuwana Marjuka, M.Si. dalam Oratio Dies Natalis Ke 68 Tahun Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (FE UNPAR), Jumat (27/1/2023) berjudul “Perspektif Pemahaman Amartya Sen Tentang Ekonomi Kesejahteraan”.
Realita yang terjadi menunjukkan pemerintah di satu sisi melaporkan kinerja ekonomi tumbuh sebesar 8% pada 2022 tetapi angka-angka lain yang menunjukkan deprivasi kapabilitas (capability deprivation) seperti tingkat kematian bayi, tingkat stunting, tingkat pengangguran juga ikut naik. Proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia pada 2022 naik sebesar US$ 1.442 miliar, tetapi kemiskinan sekalipun turun relatif sangat kecil (BPS,2021).
Berbicara mengenai kemiskinan, bukan lagi berbicara mengenai garis, jumlah, pendapatan semata melainkan deprivasi capability. Kemiskinan tidak semata-mata karena kecilnya income (purchasing power parity). Kemiskinan harus dipahami sebagai bentuk deprivasi kapabilitas.
Sementara itu, lanjut Prof. Martinus, Sen memang tidak membuat definisi tentang ekonomi kesejahteraan secara paripurna. Sen hanya membuat peta jalan ekonomi kesejahteraan dan mengajak setiap orang untuk mengikuti peta perjalanan tersebut.
Peta perjalanan kesejahteraan tersebut bertolak pada gagasan tentang keadilan, kebebasan dan kapabilitas. Pendekatan kesejahteraan ini melihat hidup seseorang sebagai kombinasi antara berbagai kegiatan (functionings) dan kebebasan untuk memilih di antara fungsi-fungsi tersebut (capabilities).
Amartya Sen menggunakan 4 tahapan ini untuk membicarakan tentang ekonomi kesejahteraan yaitu :
- Resources
- Capability set
- Functioning achieved
- Utility
Dengan menggunakan keempat pendekatan diatas, maka terbentuk suatu kerangka kerja ekonomi/metode kerja menurut amartya sen yaitu :
- Setiap orang mempunyai social context
- Context akan menghasilkan capability/freedom. Freedom ini namanya adalah live, health, meaning, emotional expression, practical reason, self respecting empathy, life & environment, play, serta control
- Capability approach akan menghubungkan dengan functioning. ( being harus diseimbangi dengan doing )
- Hasil dari capability approach adalah categories of well being (tangible/intangible)
- Muncul welfare economics menurut amartya sen yaitu price based measures, social surplus, individual freedom, willingness to work/pay
- Manfaat yang diperoleh yaitu consumer freedom, well being freedom, dan agency freedom
“Jadi, pada dasarnya paradigma keekonomian menurut Amartya Sen adalah mengurangi ketidakadilan melalui keragaman perspektif tentang keadilan, meminimalisir ketidakadilan terus menerus, memperhatikan kehidupan aktual masyarakat sebagaimana yang ada dalam tindakan konkrit dan interaksi sosial, dan nalar plural (many conclusions),” tuturnya.
Amartya Sen dan UNPAR
Sementara itu terdapat beberapa korelasi antara teori kesejahteraan menurut Amartya Sen dan UNPAR :
- Sivitas akademika yang human, plural dan caritas in veritate, gambaran manusia yang dicita-citakan oleh Amartya Sen; bukan homoconomicus yang self centered (selfish) dan menyebarkan capability deprivation.
- Memiliki habitus critical scrutiny untuk berbagai akses yang plural
- Membangun impartial justice yang terbuka sebagai bentuk keadaban baru
- Meminimalisasi diskoneksitas ilmu ekonomi dengan realitas sosial ekonomi (JES-Humkoler UNPAR)