Apa yang dipikirkan seseorang saat mendengar kata ‘Mojang-Jajaka’? Bagi sebagian besar orang, istilah ini dikaitkan dengan insan muda yang berpenampilan dan berkepribadian baik, serta mencintai nilai-nilai budaya lokal yang luhur. Semua itu tentu penting, karena orang yang didaulat sebagai ‘Mojang’ dan ‘Jajaka’ Bandung akan menjadi representasi atau duta budaya dari suatu daerah, baik kota maupun kabupaten, khususnya di tanah Priangan.
Kriteria ini tampak dalam pribadi tiga orang mahasiswi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) yang berhasil meraih prestasi di ajang pemilihan Mojang Jajaka (Moka) Kota Bandung tahun 2017. Dalam ajang prestisius ini, Anisa Siti Nurhaliza (Hubungan Internasional 2015) terpilih sebagai Mojang Pinilih Kota Bandung 2017, sedangkan dua temannya, Maurizka Khansa Kaulika (Administrasi Bisnis 2014) dan Rosa Fitri Nadila (Teknik Industri 2015) masing-masing terpilih sebagai Mojang Pinunjul Pinton Anggon (Best Catwalk) dan Mojang Mimitran (Persahabatan).
Kamis (16/11) lalu, Tim Publikasi berkesempatan untuk berbincang dengan Anisa dan Rosa. Prestasi mereka sebagai wakil budaya Kota Bandung tidak mengganggu keseharian mereka sebagai mahasiswi aktif Unpar. Di sela-sela kesibukannya, mereka meluangkan waktu untuk membagikan pengalaman mereka selama mengikuti ajang tersebut.
Apa itu mojang jajaka?
Mengawali perbincangan, Anisa menjelaskan apa yang dimaksud dengan Mojang Jajaka. “Mojang jajaka merupakan duta budaya dan pariwisata yang mewakili Kota Bandung dalam merepresentasikan pariwisata dan juga budaya yang ada di Bandung,” terangnya. Tujuannya, lanjut Anisa, adalah meningkatkan sektor pariwisata, salah satunya melalui peningkatan jumlah wisatawan yang datang dan berlibur di Kota Bandung.
Rosa sendiri mengaku bahwa keinginannya mengikuti ajang tersebut salah satunya karena dukungan dari para seniornya. “Setelah masuk, ternyata menarik untuk jadi duta wisata. Bermanfaat bagi kota bandung.” Hal serupa juga diungkapkan Anisa. “Awalnya lihat di instagram, karena banyak yang mem-posting tentang Mojang Jajaka Kota Bandung,” katanya. Sebelumnya, banyak senior dan kakak kelasnya yang telah mengikuti ajang tersebut. Dari situlah ketertarikannya muncul. Selain itu, ia mengungkapkan, “Saya juga ingin mencoba hal baru dan mencari pengalaman.”
Belajar menjadi “mojang Bandung”
Untuk mempersiapkan diri dalam ajang Moka, dua puluh empat mojang dan jajaka Bandung terpilih pada awalnya melewati masa pra-karantina. Selama sekitar satu bulan, mereka belajar berbagai hal yang berkaitan dengan budaya Sunda dan lokasi pariwisata di Bandung. Salah satunya, melalui kegiatan “Amazing Race”, mengunjungi berbagai tempat bersejarah di Kota Bandung. “Kita jadi tahu, apa (tempat) sejarahnya, yang ternyata kalau di internet belum tentu kebenarannya itu,” ujar Rosa.
Selain itu, para finalis belajar merias diri, catwalk, dan menari, serta yang paling menarik menurut Anisa adalah, “Cowok belajar untuk menyasak (menyanggul) rambut ceweknya.” Berkaitan dengan kuliah, keduanya menjelaskan bahwa tidak ada kesulitan tersendiri bagi mereka dalam membagi waktu, terutama karena tidak banyak kegiatan pra-karantina yang bersinggungan dengan kegiatan perkuliahan, terutama ujian tengah semester.
Selanjutnya, mereka memasuki masa karantina. Selama masa ini, mereka mendapat penilaian dari berbagai aspek, seperti pandangan mereka yang dituangkan dalam paper dan presentasi. Mereka juga diwawancarai secara mendalam oleh tim juri menggunakan bahasa Indonesia, bahasa asing (Inggris) dan bahasa daerah (Sunda). Tidak hanya itu, sehari-hari mereka bertiga mempersiapkan diri untuk menampilkan yang terbaik di Malam Final Pemilihan Mojang Jajaka Kota Bandung yang berlangsung pada 4 November lalu.
Bangga dalam berproses
Rosa dan Anisa mengaku bangga dengan prestasi yang mereka raih. Bagi mereka, pengalaman mereka sebagai Mojang Bandung, khususnya selama masa karantina, sangat berkesan. Hal itu diungkapkan Rosa, “(Kami) dapat pembelajaran baru dan jadi lebih peduli.” Mereka merasakan kebersamaan dengan teman-teman finalis yang penuh keberagaman. “Perlu diketahui bahwa background finalis Mojang Jajaka Kota Bandung 2017 ini dari berbagai macam bidang,” tutur Anisa. Hal ini menjadi peluang bagi mereka bertiga untuk menambah ilmu dan wawasan mereka.
Jadi, apa saja hal yang harus dimiliki oleh seorang mojang dan jajaka? “Menurut saya, ia harus mau belajar; belajar hal baru, mau berusaha dan terbuka bagi semua pengalaman baru,” jawab Rosa. Anisa juga mengatakan, “(Mojang-jajaka) harus bisa personal branding dan public speaking.” keduanya, lanjutnya, akan bisa diasah selama masa pra-karantina dan karantina. Tentu saja, mereka sepakat bahwa mojang dan jajaka harus berpenampilan menarik.
Mengakhiri perbincangan, Anisa berpesan kepada kawan-kawan kaum muda, khususnya mahasiswa agar lebih peduli terhadap budaya bangsa. “Kita harus bangga dan memperkenalkan bahwa kita memiliki budaya yang sangat unik. Jangan sampai tertutup oleh budaya barat,” ujar Rosa menambahkan.
Keduanya sepakat mengajak kaum muda untuk tidak merasa malu terhadap budaya lokal, seperti kebudayaan Sunda. Inilah yang menjadi semangat bagi Mojang dan Jajaka Kota Bandung, menjadi tonggak utama kaum muda dalam melestarikan keanekaragaman budaya luhur.