Perwakilan Kedutaan Besar Australia mengunjungi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) pada Rabu (27/9) lalu. Sekretaris I Media dan Komunikasi Strategis Laura Kemp memberikan kuliah tamu di Mgr. Geisse Lecture Theatre Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unpar mengenai ‘Komunikasi Strategis Australia dalam Organisasi Internasional’ kepada mahasiswa-mahasiswi Hubungan Internasional.
Pada kuliah itu, Kemp sebut beberapa bentuk diplomasi yang dilakukan oleh Australia di Indonesia, seperti diplomasi media dan digital, #selfiediplomacy, twitter advocacy, data-driven advocacy, third party endorsement and infographics, emphasising local experiences, diplomasi olahraga serta diplomasi fesyen dan tarian.
Ia memaparkan, Kedubes Australia menggunakan media sosial untuk menjaring ‘penonton’ warga negara Indonesia (WNI) terutama warganet di bawah 30 tahun. Selain itu, lanjutnya, masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan media televisi dalam mendapatkan informasi, meskipun diakses melalui internet. Lain halnya dengan warga Australia yang lebih memanfaatkan jaringan internet.
Kata Kemp, harga paket internet di Indonesia jauh lebih murah dibandingkan dengan di Australia. Sehingga, warga Australia tidak menghabiskan waktunya berkutat dengan media sosial, hanya apabila mereka mendapatkan jaringan nirkabel atau Wi-Fi gratis. Maka, Kedubes Australia menggunakan berbagai media sosial dalam mempromosikan negaranya, seperti Facebook, Twitter, Instagram, LinkedIn, Flickr, dan Youtube.
“Indonesia is the biggest user of social media in the world. Maybe because of the cheap internet and the ‘macet’. That is why we put a lot in the social media. We have several social media channels which are quite successful. Twitter is a little bit more political,” ujar Kemp.
Kemp mencontohkan bentuk diplomasi lain yang dilakukan oleh Kedubes Australia, yaitu dengan membuka program magang, terutama bagi mahasiswa hubungan internasional di Indonesia. Program itu berlangsung selama delapan minggu di ibukota.
Selain itu, peluncuran permainan daring yang bernama Next Door Land merupakan bentuk diplomasi digital lain. Permainan ini mengenalkan dan mengajarkan penggunanya mengenai Australia dengan cara yang menarik. Juga, dapat diunduh tanpa dipungut biaya di Play Store dan Apple Store.
Hubungan antara Australia dan Indonesia tidak selalu berjalan mulus. Pada 2015 lalu, kata Kemp, akibat eksekusi dua warga negara Australia di Indonesia, Duta Besar Australia untuk Indonesia ditarik dari Jakarta. Melalui perjalanan yang panjang dan berbagai diplomasi publik yang dilancarkan, akhirnya hubungan itu dapat kembali harmonis. Terutama, ketika Australia memiliki perdana menteri anyar, kata Kemp.
“When he came (to Indonesia), it reset the relationship. The selfie between him and President Jokowi in Pasar Tanah Abang worth more than everything we had done. This is what happened with digital diplomacy,” Kemp menjelaskan kepada hadirin.
Karena Indonesia dan Australia memproduksi barang yang serupa, seperti bahan tambang, kerja sama perdagangan di antara kedua negara tidak besar. Sehingga, kata Kemp, kedua negara harus melakukan kerja sama di bidang lain yang dapat mempererat hubungan, terutama sebagai negara tetangga. Beberapa negara bagian Australia sudah mulai melihat Indonesia sebagai pangsa pasar yang menjanjikan. Meskipun, lanjut Kemp, sebagian lainnya masih menargetkan Jepang dan Korea Selatan.
Kedubes Australia banyak melakukan promosi perihal studi pendidikan tinggi di negara kangguru. Negara yang terkenal dengan The Great Barrier Reef-nya itu memiliki sejumlah universitas kenamaan yang masuk ke dalam senarai institusi pendidikan tinggi terbaik dunia.
Kemp mengatakan, pelajar dan mahasiswa Indonesia mencari informasi berkenaan dengan melanjutkan studi di luar negeri. Namun, lanjutnya, melihat kenyataan bahwa kawasan Eropa sedang dalam status keamanan yang kurang baik. Dan, kekhawatiran orangtua untuk mengirimkan anak-anaknya ke Amerika Serikat karena beberapa kebijakan yang baru diaplikasikan.
“Australia is cheap, close by, safe. Good time to push that, completely push that,” kata Kemp sambil tersenyum.
Di Indonesia, lanjutnya, demam meme meluas di seluruh penjuru Nusantara dan tersebar di seluruh kalangan. Maka, Kedubes Australia pun berusaha untuk mengikuti tren itu dengan ‘menertawakan diri sendiri’. “We do a lot of emphasizing local experiences. More of Indonesians looking at themselves, not at us. Instagram is about tourism and food imagery. Facebook and Twitter are about sharing with Indonesians and, in some way, laughing about ourselves,” jelasnya sambil menunjukkan beberapa kelakar yang dibagikan Kedubes di media sosial.