Meneropong Keseharian Lewat Filsafat

Extensiom Course Filsafat: Filsafat Musik

Extension Course Filsafat (ECF) kian menjadi cerminan dari hasrat intelektual masyarakat Bandung. Ia merupakan program pengabdian masyarakat Fakultas Filsafat (FF) Universitas Katolik Parahyangan (Unpar). Program ini bertujuan mengembangkan daya reflektif dan kritis masyarakat lewat cara berpikir yang tidak linear, yakni cara mikir filosofis melalui refleksi atas tema keseharian.

Serentak pula ECF lambat laun menjadi model komunitas pencinta filsafat di masyarakat. Komunitas yang telah mengadopsi model “belajar berfilsafat” seperti ECF, antara lain Garasi 10, Klub Diskusi Filsafat Tobucil, dan Klab Foolosophy. Sepertinya komunitas semacam ini memperlihatkan bertumbuhnya kaum organic intellectuals. ECF sendiri sudah aktif berjalan 25 edisi sejak 13 tahun lalu dan turut memeriahkan kehidupan urban masyarakat Bandung, khususnya para petualang intelektual.

Para peserta ECF ini datang dari berbagai kalangan masyarakat, baik yang penasaran dengan dunia filsafat maupun telah menghidupi sebagian gagasan filosofis sebagai perspektif kehidupan. Dan, pada tahun ini, misalnya, “Fashion, Seks, dan Kuliner” menjadi tema garapan ECF. tema tersebut dipilih karena menjadi penanda utama kehidupan urban. Tidak jarang tema tersebut menjadi sebuah penanda budaya pada kurun waktu tertentu, seperti fashion apa yang populer pada ‘70-an atau tren pola makan seperti apa yang dianjurkan saat diet, atau tema sexy pada era tertentu itu seperti apa.

Pemilihan tema “Fashion, Seks, dan Kuliner” cukup beralasan karena ternyata ketiganya menjadi sesuatu yang kini bukan lagi berperan sebagai pelengkap saja dalam budaya urban, melainkan bisa saja merupakan esensi dari kehidupan perkotaan. ECF melihat ini sebagai sebuah penanda gaya hidup yang berkelindan dengan hasrat semua orang serta kian menjadi lumrah.

Oleh karena itu, diskursus “Fashion, Seks dan Kuliner” diulas sedemikian rupa oleh para narasumber yang menggeluti bidang-bidang tersebut. Prof. Dr. I. Bambang Sugiharto, misalnya, mendiskusikan hal-ikhwal “Fashion, Seks, dan Kuliner” sebagai sebuah penanda hidup “urban” saat ini. Atau, ada pula yang membahas sub topik “ideologi seks” sebagaimana dipaparkan oleh Dr. Aquarini. Bahkan seks juga dibahas dalam kaitannya dengan “spiritualitas” seperti yang dibawakan oleh Dr. Saraswati Dewi. Ada juga persoalan yang lebih umum, yakni seks dalam dunia virtual dengan subtopik mengenai “digitalisasi seks”, seperti yang dipresentasikan oleh Prof. Dr. Yasraf Amir Piliang.

Tidak hanya seks, begitu pula dengan diskusi tentang kuliner dan fashion. Fadly Rahman yang merupakan pengamat kuliner, mengulas estetika kuliner secara historis. Di tengah masyarakat, persepsi tentang makanan terlanjur berpusat pada estetika makanan dan prestise dalam konsumsi, tetapi hal-ikhwal makan sesungguhnya berawal dari urusan gastronomi.

Lain halnya Remy Sylado yang membahas pernak-pernik makan yang cukup unik melalui sudut pandang sastra. Beralih ke fashion, Tiarma Sirait memperlihatkan bagaimana fashion bukan sekedar barang pelengkap, tetapi terkadang ia menjadi “eksistensi” tubuh itu sendiri yang cenderung untuk “diperlihatkan”. Sedangkan Sabar Situmorang membahas fashion dalam sudut pandang industri di saat fashion telah menjadi representasi pemenuhan hasrat konsumtif manusia urban.

Ketiganya itu, fashion, seks, dan kuliner, bukan sekedar ada seiring perkembangan budaya, tetapi bisa jadi ketiganya adalah penanda budaya bahkan bagian inheren dari budaya itu sendiri. Ketiganya lekat dengan keseharian, hampir pula tak berjarak, dan perlahan menjadi rezim estetik kehidupan.

Terlepas dari tema “Fashion, Seks, dan Kuliner”, tema ECF yang akan diusung semester ini adalah “Filsafat Musik” yang diadakan pada 23 September – 3 Desember 2016. Sesuai dengan topiknya, ECF kali ini diisi 11 pertemuan dengan 11 subtopik mengenai musik. Tema-tema yang ada selama ini digarap dalam program ECF mewakili tema-tema kehidupan riil manusia sendiri. Lewat tema-tema ECF ini, para peserta dan masyarakat Bandung umumnya bisa menimba oase kehidupan, yakni lewat kajian filosofis ringan atas tema-tema representatif kehidupan tersebut.

 

Sumber: KOMPAS – Griya Ilmu (Selasa, 11 Oktober 2016)

Berita Terkini

Jenifer Hartanto Juara 1 Pilmapres UNPAR 2024

Jenifer Hartanto Juara 1 Pilmapres UNPAR 2024

UNPAR.AC.ID, Bandung - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan (HI UNPAR) Jenifer Hartanto meraih Juara 1 dalam ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) UNPAR 2024. Mengangkat gagasan kreatif berjudul "Bina Wanita Desa Program...

LPPM UNPAR Teken MoA Bersama YDBA, Langkah Awal Bina 25 UMKM

LPPM UNPAR Teken MoA Bersama YDBA, Langkah Awal Bina 25 UMKM

UNPAR.AC.ID, Bandung - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan (LPPM UNPAR) menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) bersama Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), di Gedung Rektorat UNPAR, Senin (25/3/2024). Melalui kerja...

Mahasiswa Administrasi Publik UNPAR Berbagi Cerita Magang di MRT Jakarta

Mahasiswa Administrasi Publik UNPAR Berbagi Cerita Magang di MRT Jakarta

UNPAR.ACID, Bandung – Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Katolik Parahyangan (Adpub UNPAR), Alya Dewi Kinanti dan Taufik Akbar berbagi cerita pengalamannya magang di MRT Jakarta. Selama magang yang berlangsung selama 4 bulan, mulai dari 11 September 2023 hingga...

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Oct 11, 2016

X