UNPAR.AC.ID, Bandung – Ketika isu-isu hak dasar diangkat melalui karya fotografi, lebih dalam mereka bercerita, berpesan, dan berharap akan perhatian kita. Hal tersebut disampaikan dalam pameran foto “Kisah Senyap” yang diinisiasi PannaFoto Institute bersama Kurawal Foundation bekerja sama dengan Universitas Katolik Parahyangan melalui program Integrated Arts Fakultas Filsafat UNPAR.
“Kisah Senyap” merangkum sedikit dari sekian banyaknya kisah-kisah komunitas yang sedang memperjuangkan hak dasar mereka, baik secara kolektif maupun individu. Ketika kita seringkali mendengar slogan “dunia yang lebih baik” digaungkan, pada perjalanannya ada banyak manusia yang dipaksa menanggung harga tak ternilai untuk kita menuju kehidupan yang lebih baik itu.
Dari Papua, fotografer Albertus Vembrianto menuturkan perubahan sungai sebagai dampak dari pembuangan tailing perusahaan tambang di Kabupaten Mimika, Papua. Melalui proyek foto yang diberi judul “Sungai yang Hilang”, Vembri-begitu kerap disapa-ingin mengingatkan kepada kita semua bahwa manusia hidup bersama, menumpang pada kerelaan alam, serta mengingatkan tentang tanggung jawab kolektif terhadap apa yang telah dirusak.
Kisah kehilangan juga dihadirkan fotografer asal Bandung yang juga penerima Permata PhotoJournalist Grant 2017, Arif Hidayah. Melalui narasi visual yang ia beri judul “Kenangan Akan Rumah”, Arif merangkai perjuangan dan solidaritas warga Tamansari, Kota Bandung yang mengalami penggusuran secara paksa saat warga sedang menempuh jalur hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara untuk mendapatkan kepastian hak atas kepemilikan ruang hidup mereka.
Sementara Malahayati, fotografer yang juga menjadi Chapter Leader Women Photograph Indonesia menghadirkan narasi “Dengan Syarat” untuk mengangkat isu poligami yang berangkat dari pengalaman orang-orang terdekat dan sekitarnya.
Pameran foto “KIsah Senyap” yang menghadirkan karya-karya fotografer terpilih dalam program Photo Demos Challenge tersebut dipamerkan di Aula UNPAR, Jalan Merdeka No.30, Kota Bandung. UNPAR menjadi tuan rumah dalam rangkaian pameran 4 Februari hingga 13 Februari 2022 mendatang setelah sebelumnya berlangsung di Jakarta dan akan berlanjut ke Makassar dan Jayapura.
Direktur Pelaksana PannaFoto Institute Ng Swan Ti mengatakan, pihaknya menginisiasi program Photo Demos bersama Kurawal Foundation sebagai upaya menjangkau dan meningkatkan keterlibatan audiens dalam memandang fotografi dan seni sebagai media yang efektif untuk menyampaikan pesan, menggugah emosi, dan mendorong kesadaran publik dibalik peristiwa yang tercipta akibat suatu kebijakan yang tidak berpihak pada keadilan sosial dan hak asasi manusia.
“Ketika melihat sekitar kita, mungkin banyak cerita soal ketidakadilan yang terlewatkan. Tidak ada cerita yang terlalu kecil untuk dibagikan. Photo Demos berupaya mewadahi kisah- kisah yang diciptakan para visual storyteller dalam menyuarakan isu-isu hak dasar yang menjadi kepedulian mereka.” katanya.
Sementara Kurawal Foundation memandang fotografi dan visual storytelling memiliki peranan penting sebagai penjaga kehidupan berdemokrasi.
“Tidak semua kisah punya kemewahan untuk bisa didengar khalayak. Mereka yang kalah, lemah dan terpinggirkan acap kali hilang dalam lipatan sejarah. Fotografer bisa berperan sebagai saksi sekaligus penutur bagi kisah-kisah senyap tersebut; sehingga demokrasi benar-benar punya makna bagi warganya,” ujar Direktur Eksekutif Kurawal Foundation Darmawan Triwibowo.
Di sisi lain, Dekan Fakultas Filsafat UNPAR Dr.theol. Leonardus Samosir mengatakan, pameran fotografi selalu meninggalkan kesan: karya yang artistik dan berbicara; karya seni tetapi sekaligus potret peristiwa yang meminta tanggapan. Ada demikian banyak peristiwa yang lalu lalang dan kemudian ditangkap oleh para fotografer. Sayangnya karya yang berbicara ini terlewat: mungkin karena yang melihat tidak membacanya, atau yang melihat memiliki prioritas lain dalam hidup.
“Kolaborasi antara PannaFoto Institute, Kurawal Foundation dengan Program Integrated Art Fakultas Filsafat UNPAR nampaknya akan menjadi kesempatan baru. Kolaborasi ini tidak hanya menampilkan hasil fotografi yang didandani secara virtual dan artifisial, tetapi juga hendak mengarahkan, mengolah, menggarisbawahi ketajaman budi dan hati, rasio dan rasa dalam membaca ini,” tuturnya.
Pameran “Kisah Senyap” dapat disaksikan oleh publik mulai 4 hingga 13 Februari 2022 pukul 10:00 hingga 17:00 WIB. Terbuka untuk umum dan gratis, register pada Bit.ly/PAMERANKISAHSENYAPUNPAR. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)