Berbagai fenomena mewarnai dunia media dan informasi masa kini. Mulai dari maraknya berita palsu atau hoax, berita umpan (clickbait) dengan judul yang bombastis, dan pengendalian informasi lewat sensor. Biasnya media menghasilkan informasi yang didapat tidak lagi objektif dan sesuai kebutuhan masyarakat, apalagi kaum muda termasuk mahasiswa.
Fenomena ini menjadi latar belakang diangkatnya tema “What’s with the news?” dalam Media Visit (Medvis) 2018. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Warta Himahi (WH), salah satu organisasi internal di dalam Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional (HMPSIHI) Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) ini mengajak para mahasiswa untuk mempelajari lebih jauh cara kerja media dan fenomena media kontemporer.
Selama dua hari, 57 orang mahasiswa mengunjungi beberapa media massa di ibukota, seperti IDNTimes, i-News, CNN-CNBC, Antara, Jakarta Post, dan Vice Indonesia. Kegiatan yang mereka lakukan meliputi diskusi dengan awak media serta pengenalan terhadap cara kerja media, misalnya dengan mendatangi langsung ruang berita (newsroom) media terkait. Para peserta juga mengunjungi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selaku lembaga pengawas media massa elektronik di Indonesia.
Lembaga negara hingga media alternatif
Mengenai kunjungan ke KPI, Ezraella Meirani selaku ketua pelaksana Medvis 2018 menjelaskan bahwa mahasiswa ingin mendapatkan wawasan yang lebih baik mengenai tema yang diangkat, khususnya terkait sensor media. “Kita ingin tahu, kenapa sih banyak acara TV yang disensor, dan flow dari censorship yang ditetapkan oleh KPI itu seperti apa,” ujarnya. Ia mengakui, kunjungan ini membawa perspektif baru bagi para peserta kegiatan.
Satu instansi yang memiliki karakteristik tersendiri adalah Vice Indonesia, sebuah media alternatif. Panitia mengakui kunjungan ke media ini memberikan inspirasi bagi para peserta. Animo peserta untuk berdiskusi juga tinggi. “Vice lebih seperti menginformasikan, seperti anak muda itu apa saja sih yang harus dikritisi,” jelas Cindy Irawan, koordinator divisi materi Medvis.
Para peserta memberikan tanggapan positif terhadap penyelenggaraan Medvis 2018. “Ada ilmu baru yang kita dapatkan kalau kita ikut media visit dan ilmu barunya bisa kita terima langsung dari instansi terkait, instansi yang dikunjungi,” ujar Cindy. Di sisi lain, Ezraella melihat baiknya interaksi antara para peserta dengan pihak instansi terkait. “Media visit tahun ini lebih informatif,” katanya. Para peserta pun mendapatkan wawasan, termasuk pandangan baru dari media dan lembaga pemerintah, terkait dengan media dan penyebaran informasi saat ini.
Melalui Medvis, diharapkan mahasiswa mendapatkan ilmu berharga mengenai fenomena media masa kini, juga menjadi lebih bijak menyikapi informasi yang beredar di masyarakat, baik dalam bentuk hoax, clickbait, maupun informasi yang dikenai sensor.