UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) melalui program MBKM EKologi SINDU Cikapundung mengadakan pagelaran kesenian Tarawangsa sebagai bagian dari project MBKM tersebut. Selain kesenian Tarawangsa, berbagai pagelaran budaya dan pertunjukan kesenian lainnya bakal ditampilkan setiap Minggu selama Januari 2023 ini.
MBKM Ekologi sendiri merupakan mata kuliah MBKM khas UNPAR dengan berdasarkan potensi pemecahan masalah lingkungan hidup dan masyarakat dalam rangka membantu mahasiswa mengaplikasikan daya berpikir kritis, logis, dan kreatif serta menemukan inovasi baru yang digali dari ilmu pengetahuan dan teknologi serta dengan itu berkontribusi menciptakan tatanan lingkungan hidup yang utuh dan berkelanjutan khususnya di area sungai Cikapundung yang dikembangkan melalui aktualisasi nilai Spiritualitas dan Nilai-Nilai Dasar UNPAR (SINDU).
MBKM Ekologi berikhtiar untuk membangun dan merangsang kesadaran, sikap dan perilaku terhadap pelestarian dan keberlangsungan lingkungan hidup dan alam semesta sebagai rumah bersama semua makhluk untuk generasi saat ini maupun yang akan datang. Melalui MBKM Ekologi ini, mahasiswa diharapkan mampu mewujudkan cita-cita ekologis melalui kajian ilmu pengetahuan dan teknologi.
Koordinator MBKM Ekologi SINDU Cikapundung, Edy Syahputra menuturkan, kegiatan yang menjadi bagian dari MBKM tersebut terselenggara atas kerja sama dengan pemerintah setempat dan komunitas Kampung Tjibarani. Di dalam pagelaran tersebut juga diadakan weekly market untuk pengembangan UMKM masyarakat sekitar Kampung Tjibarani.
“Kegiatan tersebut juga diisi dengan fashion show dan talkshow sederhana sebagai bentuk edukasi publik akan pentingnya membangun kesadaran guna menjaga dan merawat sungai dengan seluruh aspek kemanusiaan kita,” ujarnya dalam keterangan tertulis sebagaimana dikutip pada Senin (9/1/2023).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa Tarawangsa merupakan kesenian khas masyarakat agraris tradisional di Jawa Barat dan memiliki kaitan dengan kelestarian lingkungan. Tarawangsa bisa digunakan dalam upacara sebelum dan setelah panen padi yang sangat bergantung pada matahari untuk mengucapkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
“Substansi seni ini adalah ucapan syukur. Melalui pagelaran ini masyarakat diajak untuk bersyukur atas sungai dan air yang telah diberikan dan membantu hidup manusia serta merayakan kebaikan sungai tersebut,” ucapnya.

Dia menuturkan, tradisi tersebut sudah berlangsung turun temurun sejak abad 14 atau 500 tahun lalu dan masih berjalan hingga kini. Saat ini, Tarawangsa biasa dipertunjukan dalam berbagai perayaan untuk mengucapkan syukur, seperti pada acara khitanan, syukuran rumah, upacara besar nasional, hingga peringatan Kemerdekaan.
Terkait MBKM Ekologi SINDU Cikapundung ini, pertunjukan kesenian Tarawangsa digelar dalam rangkaian acara bertajuk “Weekly Market: Pagelaran Kesenian” di Kampung Tjibarani. Selain kesenian Tarawangsa, ada berbagai pagelaran budaya dan pertunjukan kesenian lainnya yang akan ditampilkan dalam kegiatan ini setiap Minggu selama bulan Januari 2023 ini.
“Terdapat pasar mingguan juga yang menjajakan berbagai jajanan hingga pakaian tradisional yang juga membantu mengembangkan UMKM masyarakat sekitar aliran sungai Cikapundung wilayah Tjibarani,” tuturnya.
Dia mengungkapkan, kegiatan tersebut digagas bersama Masyarakat Kreatif Kampung Tjibarani. Inisiatif itu berangkat dari persoalan pencemaran air sungai Cikapundung yang menjadi keprihatinan bagi pelbagai kalangan masyarakat di Kota Bandung. Banyak dari masyarakat sekitar Kampung Tjibarani mengeluhkan dampak dari pencemaran air sungai Cikapundung, seperti banyaknya limbah, buruknya kualitas air, hilangnya populasi ikan dan sebagainya.
“Diharapkan melalui kegiatan ini, dapat menjadi wilayah percontohan untuk perawatan lingkungan hidup sekitar aliran sungai Cikapundung. MBKM Ekologi SINDU Cikapundung melalui program ini berupaya untuk mengajak banyak pihak membangun kesadaran ekologis khususnya di area sungai Cikapundung, banyak hal yang sudah diberikan sungai bagi masyarakat,” ujarnya. (JES_Humkoler UNPAR)