UNPAR.AC.ID, Bandung – Mahasiswi Program Studi Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan (HI UNPAR), Josephine Karen Subagyo, mencatatkan prestasi membanggakan dalam ajang 46th SEA Aquatics Age Group Championships 2024 yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand. Josephine bersama tim Indonesia berhasil meraih medali perak dalam kategori Team Free Routine Group A, sebuah capaian yang menjadi kebanggaan tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi Indonesia.
Josephine mengungkapkan bahwa ini adalah momen penting dalam perjalanan karier renang artistiknya yang telah berlangsung selama satu dekade. Kompetisi ini menjadi ajang internasional pertamanya di mana ia bisa secara langsung mewakili Indonesia. “Ini adalah kompetisi pertama dalam sepuluh tahun karier renang artistik saya di mana saya benar-benar bisa mewakili negara. Antusiasme untuk berkompetisi bersama tim menjadi motivasi utama saya,” ujarnya dengan penuh semangat.
Persiapan menuju ajang ini bukanlah hal yang mudah, terlebih karena Josephine juga menjalani kehidupan sebagai mahasiswa aktif di UNPAR. Ia bercerita bahwa selama masa persiapan, ia harus menjalani rutinitas yang sangat menantang. Latihan fisik yang intens dilakukan hingga sembilan kali seminggu, dengan setiap sesi berlangsung lebih dari dua jam. Namun, tantangan sesungguhnya muncul ketika ia harus membagi waktu antara kuliah di Bandung dan latihan di Jakarta.
“Setiap minggu, saya menghadiri kelas di Bandung dari Senin hingga Kamis, kemudian berangkat ke Jakarta pada Jumat pagi untuk mengikuti latihan tim di Gelora Bung Karno (GBK). Setelah latihan selama akhir pekan, saya kembali ke Bandung pada Senin dini hari, tepat waktu untuk kelas pukul 10 pagi,” tuturnya. Rutinitas ini berlangsung selama dua bulan penuh, tetapi dukungan dari keluarga, tim, dan pelatih membuatnya tetap termotivasi.
Selama kompetisi berlangsung, tantangan lain muncul, terutama dalam menjaga mentalitas di tengah persaingan dengan lawan-lawan dari negara-negara Asia Tenggara yang memiliki performa kuat seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Josephine mengaku sempat merasa terintimidasi, tetapi ia berhasil mengatasinya dengan tetap berpegang pada tujuan awalnya.
“Saya mencoba fokus pada hitungan koreografi tim dan memastikan saya tetap menikmati setiap momen kompetisi,” ungkapnya. Ia juga merasa bahwa kekompakan tim Indonesia memberikan energi positif yang sangat membantu menjaga semangat selama bertanding.
Tim Indonesia yang bertanding dalam kategori Team Free Routine Group A menampilkan koreografi kreatif berdurasi tiga menit tiga puluh detik. Koreografi ini mencakup tujuh gerakan hybrid dan empat angkatan, di mana salah satu anggota tim dilempar ke atas air tanpa menyentuh dasar kolam, menggunakan kekuatan dan koordinasi anggota tim lainnya. Josephine menjelaskan bahwa free routine menonjolkan kreativitas lebih dibandingkan rutinitas teknis yang mengharuskan atlet mengikuti elemen-elemen tertentu secara berurutan.
Capaian meraih medali perak menjadi pengalaman yang sangat memuaskan bagi Josephine. Ia merasa seluruh perjuangannya, termasuk bolak-balik Bandung-Jakarta setiap pekan, terbayar dengan prestasi ini. “Saya sangat puas dengan hasil ini dan bangga menjadi bagian dari tim Indonesia yang pertama kali berlaga di ajang ini untuk cabang renang artistik,” ujarnya dengan senyum bangga.
Selain dukungan dari keluarga dan pelatih, Josephine juga mengapresiasi peran UNPAR dalam mendukung perjalanan kariernya. Ia mengungkapkan bahwa administrasi FISIP dan dosen-dosen HI sangat membantu, terutama dalam hal perizinan dan pengaturan akademik selama masa kompetisi. “Surat tugas dari kampus membuat saya tidak perlu khawatir dengan absensi, dan dosen-dosen sangat pengertian dalam memberikan dispensasi atau perpanjangan waktu untuk tugas-tugas,” katanya.
Meski demikian, Josephine tetap berusaha menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Beberapa ia kerjakan di Bandung sebelum kembali ke Jakarta, dan jika waktu tidak memungkinkan, ia membawa tugas tersebut untuk dikerjakan setelah latihan.
Dalam wawancara ini, Josephine menyampaikan pesan inspiratif kepada mahasiswa lain di UNPAR dan generasi muda yang ingin mengejar mimpi di bidang olahraga atau bidang lainnya. “Jika mimpimu tidak membuatmu takut, berarti mimpimu tidak cukup besar. Ada saat-saat saya merasa frustrasi dan ingin menyerah, tetapi saya memutuskan untuk terus bertahan. Jika saya berhenti saat itu, saya tidak akan berada di posisi saya sekarang. Jadi, bermimpilah yang besar!” tutupnya dengan penuh semangat. (NAT-Humas UNPAR)