UNPAR.AC.ID, Bandung – Demokrasi sudah melekat sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia. Berbagai transisi atau perubahan menuju demokrasi pun turut melibatkan peran mahasiswa di dalamnya. Rezim orde baru yang berkuasa selama 32 tahun berhasil diruntuhkan oleh sikap kritis, mandiri, dan berani dari para kaum muda khususnya para mahasiswa.
Hal tersebut terkemuka dalam Kuliah Umum & Bedah Buku “Aldera, Potret Gerakan Politik Kaum Muda” yang dilakukan secara luring di Auditorium PPAG Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) pada Rabu 7 Desember 2022. Acara tersebut mengundang Dr. Pius Lustrilanang, S.IP., M.Si., CFrA., CSFA. selaku Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI; Dr. Pius Sugeng Prasetyo selaku Dekan FISIP UNPAR; Dr. iur. Liona Nanang Supriatna selaku Dekan Fakultas Hukum UNPAR; dan Elisabeth A.S. Dewi, Ph.D. selaku Ketua Jurusan HI UNPAR.
Dr. Pius Lustrilanang, S.IP., M.Si., CFrA., CSFA. mengatakan bahwa Aldera atau yang biasa dikenal dengan Aliansi Demokrasi Rakyat merupakan salah satu gerakan mahasiswa era 90an yang cukup besar dengan tujuan utama yaitu menggulingkan kekuasaan Orde baru.
Dr. Pius menjelaskan bahwa Unit Studi Ilmu Kemasyarakatan (USIK) UNPAR merupakan salah satu elemen yang membentuk Aldera dan berperan cukup banyak dalam era penggulingan kekuasaan Rezim Orde baru menjadi Reformasi.
“USIK adalah salah satu elemen yang membentuk Aldera dan berperan banyak di dalam gerakan reformasi. Saat memuncak, teman-teman ikut serta menduduki gedung parlemen. Gerakan reformasi adalah kerja panjang yang disusun oleh banyak pihak sejak tahun 80an, yang memuncak pada tahun 97 an.” ujarnya.
Lebih lanjut, Dr. Pius menyampaikan harapannya kepada mahasiswa untuk tetap menjunjung tinggi nilai demokrasi.
“Saya berharap teman-teman mahasiswa tetap menjaga sikap kritis terhadap kekuasaan dan siap turun ke jalan jika memang diperlukan. Kalian mahasiswa haus bersatu kembali menyuarakan kegelisahan masyarakat agar pemerintah mendengar.. Semua aktivis UNPAR yang terlibat dalam aldera adalah USIK,” ucapnya.
Sementara itu, Rektor UNPAR Mangadar Situmorang, Ph.D. mengatakan ketika kita membaca buku Aldera, kita akan menyadari perjuangan yang dilalui untuk mencapai era reformasi tidaklah mudah.
“Kita bisa melihat bahwa untuk sampai pada posisi sekarang ini itu sekali lagi adalah perjuangan telah menjadi simbol telah menjadi ikon telah menjadi motto pergerakan melawan otoritarianisme melawan militerisme dan segala praktek-praktek yang tidak sejalan dengan prinsip demokrasi maupun juga hak asasi manusia,” tuturnya.
Dia berharap agar mahasiswa UNPAR mau terus berjuang untuk tetap berpikir kritis dan terus mempertahankan demokrasi.
“Bagi para mahasiswa UNPAR harus untuk bersikap kritis untuk perjuangan ke arah demokrasi yang berbuah pada reformasi 1998 dan sekali lagi itu pun juga selalu tidak mudah,” ucap Mangadar Situmorang, Ph.D.
Tak lupa, Rektor UNPAR tersebut menyampaikan rasa terima kasih dan harapan untuk membangun sebuah negara yang demokratis,
“ UNPAR bangga sekaligus berterima kasih dan selanjutnya tentu berharap bahwa Pak Pius dan dan para mahasiswa akan selalu setia berkomitmen untuk turut serta membangun negara ini menjadi negara yang kuat yang demokratis yang bermartabat kepada para narasumber sekali lagi terima kasih,” tuturnya. (JES-Humkoler UNPAR)