UNPAR.AC.ID, Bandung – Konselor Lembaga Pengembangan Humaniora Universitas Katolik Parahyangan (LPH UNPAR) Maria T. Puspaningsih, M.Psi., Psikolog, mengungkapkan istilah kesehatan mental yang populer di sosial media terlalu banyak digunakan sehingga luput dari poin-poin mendasar pengertian sebenarnya.
“Bahkan di ahli kesehatan mental sendiri belum ada kesepakatan untuk menjadikan istilah-istilah itu (istilah kesehatan mental yang populer) sebagai suatu bentuk-bentuk yang ada kaitannya dengan kesehatan mental atau bahkan sampai ke gangguan psikologis,” kata Puspa-begitu Maria T. Puspaningsih disapa-pada Kelas Pengembangan Diri LPH UNPAR, Jumat (25/3/2022).
Puspa menuturkan, harus berhati-hati dengan istilah-istilah populer yang ada di sosial media seperti Gaslighting, Toxic (relationship), Fear of Missing Out (FOMO), Healing, dan lain-lain.
“Karena sebetulnya, walaupun istilah-istilah ini kekinian, tapi teman-teman perlu berhati-hati, jangan-jangan tanpa disadari, istilah-istilah itu digunakan untuk melabelisasi diri sendiri maupun orang lain,” ujar Puspa.
Dia mengatakan, terdapat efek psikologis yang cukup serius apabila melabelisasi diri sendiri maupun orang lain ini dilakukan terus-menerus.
“Karena tanpa disadari, apa yang kamu yakini tentang dirimu dan orang lain, terutama bila itu adalah hal negatif, itu dapat membuat kita merasa berbagai krisis (percaya diri, percaya orang lain, kekecewaan/kesedihan mendalam),” katanya.
Alih-alih menggunakan istilah-istilah untuk sekadar kekinian, Puspa mengatakan, akan jauh lebih penting untuk mengenali pikiran, perasaan, atau peristiwa untuk menemukan solusinya.
“Jadi bukan saja hanya sekadar menemukan labelnya dan terjebak, terlarut di dalamnya,” kata Puspa
Dia juga mengungkapkan, kesehatan mental memang suatu hal yang penting, tetapi harus waspada juga terhadap situasi dimana kita terlalu mendiagnosis sesuatu yang kaitannya dengan isu-isu kesehatan mental.
“Gak semua hal itu adalah sesuatu yang kaitannya dengan kesehatan mental,” ujarnya.
Selain itu, Ignatia Ria Natalia, S.Psi., CGA., selaku konselor LPH UNPAR juga mengatakan, jika terminologi populer tersebut apabila ke dalam diri sendiri akan berupa self diagnose, sedangkan kepada orang lain akan berbentuk judgement.
“Makanya, pentingnya mengenali perasaan diri sendiri, dan juga berdiskusi pada orang yang tepat,” kata Ria. (RBF-Humkoler UNPAR)