UNPAR.AC.ID, Bandung – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menggandeng Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) serta Friedrich Ebert Stiftung (FES) untuk memberikan rekomendasi strategis bagi kemajuan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) menuju wisata berkelanjutan.
Mengutip dari keterangan resmi laman Kemenko PMK RI, Senin (30/10/2023), hal tersebut mengemuka dalam Rapat Koordinasi Diseminasi Hasil Kajian Pengembangan Inovasi dan Kreativitas Sektor Pariwisata dan Kebudayaan di DPSP Toba, Mandalika, dan Labuan Bajo.
Kemenko PMK dalam rilisnya menyampaikan bahwa Pemerintah terus mendorong peningkatan kualitas dan kapasitas daerah-daerah pariwisata super prioritas. Dorongan itu dilaksanakan lewat program prioritas pembangunan, yaitu peningkatan budaya literasi, inovasi, dan kreativitas dalam konteks revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.
“Untuk itu saya sangat berharap ada rekomendasi strategis dari kajian yang sudah dilaksanakan oleh Kemenko PMK bekerja sama dengan FES dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNPAR ini. Terlebih kajian ini melingkupi 3 Destinasi Pariwisata Super Prioritas,” ujar Deputi Koordinator Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi, Rabu (25/10/2023).
Dalam rapat koordinasi tersebut, Didik mengingatkan pentingnya peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk destinasi wisata tersebut. Hal tersebut paling tidak akan berdampak secara ekonomi bagi masyarakat sekitar DPSP.
“Saya berharap agar rekomendasi dari kajian ini dapat didetailkan sehingga ada kegiatan lanjutan yang meningkatkan literasi, inovasi, dan kreativitas tiga daerah tersebut,” tuturnya.
Dalam rakor tersebut, hadir pula Brigitt Brigitte Juchems, Resident Director FES Indonesia dan juga peneliti dari FISIP UNPAR yakni Pius Sugeng Prasetyo, Theresia Gunawan, Jeremia Gom Gom Parullian Simanjuntak, dan Yosefa.
Pius Sugeng Prasetyo dalam rekomendasinya mengatakan agar komunitas lokal maupun adat dirangkul dalam pengembangan dan promosi wisata di daerahnya. Menurut dia, komunitas lokal maupun adat memiliki pengetahuan mendalam tentang budaya dan potensi wisata daerahnya.
Tak hanya itu, Pius juga berharap dorongan pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan dan big data untuk meningkatkan pengalaman wisatawan, manajemen destinasi, dan pemasaran pariwisata. Lebih lanjut, peningkatan kapasitas SDM melalui program capacity building terkait inovasi dan kreativitas adalah rekomendasi yang paling mengemuka.
“Tak kalah penting perlunya inkubator pariwisata atau pusat inovasi pariwisata yang dapat memberikan dukungan teknis dan sumber daya bagi pengusaha yang mengembangkan ide-ide inovatif dalam sektor ini. Selain itu, perlu juga pemerintah daerah atau pusat memberikan penghargaan atau insentif kepada inovator di sektor pariwisata untuk mendorong ide-ide kreatif,” ucap Pius. (NAT-Humkoler UNPAR)