UNPAR.AC.ID, Bandung – Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) kembali gelar pameran karya tugas akhir mahasiswa bertajuk Studio Akhir Arsitektur (SAA) Awards ke-38. Gelaran tersebut merupakan acara yang diadakan secara berkala di Jurusan Arsitektur UNPAR dengan tujuan memberikan penghargaan dan evaluasi kualitas karya kepada mahasiswa terbaik di antara karya tugas akhir arsitektur secara berkala.
Setelah beberapa tahun ke belakang diadakan secara daring, pameran SAA Awards yang digelar mulai dari 22 Juni hingga September 2022 kali ini berlangsung secara luring di Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG) Lantai 1A UNPAR. Adapun tahap penjurian akan diselenggarakan pada 16-17 Juli mendatang.
Penyelenggaraan SAA Awards didukung setiap tahunnya oleh asosiasi profesi arsitek yaitu Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) sebagai bentuk integrasi antara dunia akademik dan dunia profesional dalam wujudan aspek teoritis dan praktis. Melalui masukan-masukan dari kalangan profesional ke dunia akademik, dapat menjadi masukan yang signifikan bagi perkembangan pendidikan desain arsitektur di kampus dan arsitektur Indonesia, sehingga dapat saling mendukung dan membuka wawasan yang lebih luas lagi.
Tesalonika Deviani selaku Ketua Panitia SAA Awards 38 mengatakan, pameran kali ini diikuti oleh mahasiswa arsitektur angkatan 2018 dengan total 41 karya yang dikemas dengan tema “Go Beyond” berkonsep ruang angkasa.
“Dimana terdapat planet dan bintang-bintang yang menerangi ruang angkasa yang gelap gulita. Bintang-bintang ini melambangkan setiap peserta SAA Awards yang telah bersiap menerangi alam petualangan di luar angkasa setelah beberapa tahun menjalani pendidikan arsitektur di UNPAR,” kata Tesalonika saat dikonfirmasi Jumat (8/7/2022).
Selain dari kategori yang biasanya diadakan, Tesalonika menuturkan jika SAA Awards ke-38 tersebut muncul banyak karya baru yaitu desain Bandara.
“Kategorinya itu dibedakan berdasarkan jenis design bangunan yang mereka rancang yaitu ada City Center, Urban, dan Sub-Urban. Tahun ini ada karya desain bandara,” tutur Tesalonika.
Adapun dia mengatakan jika kriteria yang masuk dalam nominasi harus memenuhi beberapa aspek, di antaranya:
- Mampu melakukan analisis tapak.
- Mampu melakukan analisis fungsi bangunan dan kesesuaiannya dengan problem yang ada.
- Mampu membuat program ruang.
- Mampu merancang bangunan berdasarkan kaidah arsitektur.
- Mampu mengkomunikasikan desain melalui verbal dan terutama penyajian gambar.
Dia berharap, melalui wadah yang diberikan sebagai wujud publikasi karya ini, dapat mengenalkan Arsitektur UNPAR bukan saja secara nasional, tapi dapat dikenal ke ranah Internasional.
“Harapanku lewat acara ini mungkin sekaligus bisa mempromosikan supaya masyarakat lebih tahu Arsitektur UNPAR itu seperti apa. SAA Awards ini bisa dijadikan forum pembelajaran yang ideal bagi mahasiswa dan juga dosen untuk mengasah kreativitasnya dalam desain serta mengembangkan inovasi baru sehingga menghasilkan karya yang baik,” ucapnya.
Selain itu, dia juga berharap wadah tersebut menjadi pembelajaran kepada generasi-generasi selanjutnya yang juga akan menstimulasi karya-karya yang akan muncul kedepannya supaya lebih baik.
“Semoga lewat SAA Awards terutama untuk para peserta, kegiatan ini bisa menjadi persiapan untuk praktik kerja kedepannya dan juga bisa jadi salah satu portofolio, dan angkatan-angkatan yang di bawahnya juga bisa belajar dari angkatan-angkatan yang sudah pernah melalui SAA Awards,” ujar Tesalonika. (RBF-Humkoler UNPAR)