UNPAR.AC.ID, Bandung – Berawal dari ketertarikannya akan Bahasa Inggris, siapa sangka hal tersebut membawa seorang Alya Diva menemukan minatnya pada dunia politik. Minatnya sedari remaja tersebut akhirnya mengantar Alya pada studi yang dipilihnya yaitu Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan (HI UNPAR).
Selama menjalani proses studi di HI UNPAR, banyak hal yang dilalui oleh Alya, tidak saja mengenai akademik yang berkutat soal teoritis saja, tapi juga dia mengambil kesempatan untuk dapat terjun langsung praktek di lapangan. Tercatat, Alya sudah banyak memiliki pengalaman mulai dari pertukaran pelajar ke luar negeri hingga salah satunya merasakan magang di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
Perjalanannya semasa kuliah tentunya bukan suatu hal yang mudah, berbagai proses panjang dan berliku dilalui demi tumbuhnya suatu pola pikir yang matang di masa yang akan datang. Serangkaian prosesi dalam mengenyam pendidikan tinggi yang cukup panjang oleh Alya tersebut akhirnya bermuara pada suatu prosesi yang dinamakan wisuda.
Berbeda dengan kebanyakan mahasiswa lainya yang melakukan prosesi wisuda dengan pemindahan tali toga oleh Rektor, proses tersebut dilakukan langsung oleh Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia (RI) untuk Republik Kazakhstan dan Republik Tajikistan, Dr. Mochammad Fadjroel Rachman di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Republik Kazakhstan, Astana, Jumat (18/11/2022) lalu. Hal itu bukanlah tanpa alasan karena disaat yang bersamaan, dirinya sedang menjalani magang di KBRI Astana, Kazakhstan.
KBRI Kazakhstan dipilih Alya menjadi salah satu tujuan magang karena ketertarikannya pada isu-isu Asia Tengah selama menjalani perkuliahan.
“Selama ini saya merasa seperti haus akan ilmu-ilmu mengenai Asia Tengah di kampus. Jadi saya merasa bahwa sepertinya saya harus lebih dekat dengan Asia Tengah” tutur Alya saat dikonfirmasi, sebagaimana dikutip Rabu (30/11/2022).
Alya menuturkan, perasaan senang sekaligus gugup saat proses pemindahan tali toga dilakukan oleh Dubes Fadjroel. Kendati demikian, rasa bahagia telah menyelesaikan studi di UNPAR tak hanya dirasakan Alya, namun juga dari KBRI Kazakhstan.
“Saya agak nervous karena sampai salah pakai kalungnya. Mereka (KBRI Kazakhstan) dari pertama saya datang, dari pertama saya menginjakkan kaki di Kazakhstan, di Astana, mereka sangat amat hangat sekali kepada saya. Jadi memang, momentum seperti itu juga membuat saya semakin dekat dengan mereka. Mereka juga senang sekali saya sebagai satu-satunya yang wisuda pertama di Astana, di KBRI. Wisuda saya di Kazakhstan ini juga tidak mengurangi rasa hormat saya kepada UNPAR, kepada Pak Mangadar juga sebagai Rektor,” ucapnya.
Kehangatan dari KBRI Kazakhstan pun membuat Alya tidak kehilangan momentum wisudanya.
“Benar-benar Pak Dubes, diplomat, dan staf lain itu seru banget sih, sampai kayak kemarin itu saya kan bilang saya mau wisuda di sini, terus sampai mereka paginya, mereka ingetin mau foto jam berapa biar kita cantik-cantik dulu, biar kita dandan dulu kata mereka gitu. Saya kayak terharu gitu. Terus salah satu dari mereka juga beliin saya bunga,” tuturnya.
Tidak sampai di situ, suasana kekeluargaan pun disampaikan langsung oleh Dubes Fadjroel dengan mendoakan dirinya sebagai seorang wisudawati, kata Alya.
“Dengan bismillah kalau di sini mas, jadi bismillahirohmanirohim, selamat Alya dinyatakan lulus, seperti itu. Jadi lebih lucu dan kekeluargaan aja sih,” kata Alya.
Tidak luput dari rasa syukur dan terima kasihnya kepada Tuhan dan orang tuanya, Alya pun menyampaikan bahwa dirinya diberkahi lingkungan yang amat suportif.
“Saya tidak akan ada dalam situasi ini jika tidak ada orang tua saya. Saya percaya bahwa orang tua itu sponsor utama saya pastinya, dan juga donor utama sebenarnya. Karena mereka selalu support saya, selalu fasilitasi saya, selalu percaya sama saya, memberikan kepercayaan kepada saya bahwa apa yang mereka berikan akan saya manfaatkan dengan baik dan saya sangat senang,” katanya.
Alya pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para dosen yang telah membagikan ilmunya dan menjadi teman diskusi.
“Terutama mereka-mereka yang ada di akhir-akhir masa studi saya, Mbak Syl (Sylvia Yazid, Ph.D.,red), Mbak Anggi (Anggia Valerisha, S.IP., M.Si.,red), dan dosen dosen lainnya. Kalau enggak ada mas-mbak, saya enggak akan bisa juga di sini. Dan percayalah, walaupun saya tidak mengucapkan rasa terima kasih saya sesering itu secara verbal, namun mas sama mbak akan selalu saya ingat dan akan selalu menjadi pahlawan saya,” ucap Alya.
Selain itu, Alya berharap teman-teman seangkatannya dapat sukses, dapat menggunakan ilmu-ilmunya dari UNPAR dengan baik, juga mengikuti prinsip-prinsip dari UNPAR.
“Saya juga berharap bahwa teman-teman saya bisa merasakan hal yang sama luar biasanya dengan saya. Jadi saya juga ingin merekomendasikan untuk mereka yang ingin, yang masih haus akan akan pengalaman bisa juga ikut magang seperti saya di KBRI Astana, saya akan bantu untuk meneruskannya, saya bisa mediumkan antara mahasiswa dengan KBRI Astana,” kata Alya. (RBF-Humkoler UNPAR)