Isabella Revina Wibowo, mahasiswi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional (Prodi HI) Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) berhasil memenangkan Henry Fong Awards 2017. Sebelumnya, pada 4-12 Agustus lalu, Isabella mengikuti konferensi internasional di Hiroshima University, Jepang. Bersama 5 orang mahasiswa Unpar lainnya, Isabella diutus International Office (IO) Unpar menghadiri student seminar mengenai ‘The United Nation’s turn to Human Rights Protection Based on Sexual Orientation and Gender Identity (SOGI)’.
Mahasiswi HI angkatan 2015 yang akrab disapa Bella tersebut mengatakan, keikutsertaannya dalam student seminar merupakan salah satu prasyarat untuk mengikuti seleksi Henry Fong Awards. Pada dasarnya, setiap peserta student seminar berkesempatan untuk mengikuti seleksi Henry Fong Awards yang diadakan setiap tahunnya. Dari seluruh peserta yang mendaftar, hanya akan dipilih satu pemenang. “Pemenangnya cuma satu mahasiswa per tahun,” ujarnya.
Mahasiswa terpilih berkesempatan untuk mengikuti 1 semester perkuliahan di salah satu negara anggota yang tergabung ke dalam International Network University (INU). Selain itu, pemenang juga mendapatkan stipend sebesar 2,000 USD (living expenses).
Adapun, untuk mengikuti seleksi tersebut, peserta juga disyaratkan menulis esai dengan jumlah maksimum 1200 kata. “Syarat(nya), peserta menulis esai refleksi terkait konsep global citizenship dari apa yang udah dialamin selama konferensi di Jepang,” jelas Bella.
Bella mengungkapkan, “It’s really a surprise for me to got it (the award)”. Esai para peserta, tambahnya, harus dikirimkan awal September (lalu). Kemudian, pengumuman seleksi pada 25 Oktober. “Proses pengumumannya cukup lama. Pendaftar lebih banyak dari taun-taun sebelumnya,” katanya.
Negara pilihan studi
Bella memiliki dua opsi negara tujuan pilihan studi yaitu Malmö University, Swedia dan Viadrina European University, Oder, Jerman. “My wish is to go to Sweden, Malmö University. But, turns out 2,000 dollars itu ga cukup untuk 5 bulan di Sweden. Aku harus nyari grant lagi. Harus nyari sponsor lagi,” ungkapnya.
Ketika ditanya mengenai rencana studi dan konsentrasi bidang secara spesifik, Bella mengaku belum merencanakannya secara detail. Ia mengatakan telah mencari informasi mengenai courses dari kedua universitas.
“Kalo memang aku mau nyari yang HI banget. Malmö sangat tersedia. Karena (di sana) ada bachelor for international relations, peace and conflict studies, talking about international migration as well and ethnicity. Sesuatu yang sangat menarik dan sangat correlated dengan apa yang aku bahas di Jepang kemaren tentang gender and human rights,” ungkap Bella.
Kalau universitas di Jerman, jelasnya, tidak membahas ilmu HI secara khusus. Lebih mengenai ilmu hukum dan budaya. Rencananya, jika Bella memilih Jerman sebagai negara tujuan studi, ia akan mengambil konsentrasi bidang international law, culture, european histories, atau european studies.
One semester abroad
Bella yang pernah menjadi Ketua Parahyangan Model United Nations (PMUN) akan menghabiskan satu semester untuk studi di salah satu negara anggota INU. “Kemungkinan pergi di semester kedua, tahun 2018 (fall/winter),” ungkapnya.
Sejak duduk di bangku SMP, kenang Bella, ia ingin sekali kuliah di luar negeri. Saat ini, ia tengah mempersiapkan dokumen-dokumen, perlengkapan, dan kebutuhan lainnya.
Ia berharap bisa mempunyai roomate dari kebangsaan lain. Ia mengaku lebih memilih Swedia sebagai negara tujuan studi. “What I am excited about Sweden is how they’re so socially progressive. Aku penasaran aja sama pandangan masyarakat Swedia terhadap masyarakatnya sendiri”, ujarnya.
Saat ini, Bella juga tengah mempersiapkan dokumen terkait mata kuliah yang sekiranya dapat dilakukan transfer credit. Mengenai Malmö University, ia masih mencari informasi lengkap sebagai bagian dari persiapannya untuk studi di tahun depan.
Bella mengungkapkan, ada banyak hal yang membuatnya memilih Malmö University sebagai universitas tujuan studi. Ia mencari sesuatu hal yang baru, yang berbeda dari Indonesia.
“And many other things,” katanya. “Keteraturannya mereka (penduduk Swedia). Their awareness of environment. Apalagi negara-negara skandinavia cinta banget sama lingkungannya,” ucapnya riang.
Menjadi duta Unpar
Sebagai salah satu duta Unpar yang tergabung dalam ‘Be Unpar’s Delegation’, Bella menyadari bahwa seseorang tidak akan bisa memahami konsep global citizenship secara utuh jika mereka tidak mengalami internasionalisasi. Baginya, internasionalisasi tidak hanya terpaku pada bidang akademik. “Ga usah yg berat-berat kayak akademik ato gimana. Making friends (itu saja)”, katanya ketika ditanya tentang peran mahasiswa sebagai masyarakat global.
“Ooh, ternyata rasanya kayak gini (internasionalisasi). I can contribute something to my world. Ga hanya berkontribusi untuk universitas atau negara. Tapi juga bisa kontribusi, fight for something good to our world. Fixing that is needed for this world”, ungkapnya antusias.
Selama ia mengikuti international exposure sebagai salah satu perwakilan (duta) Unpar melalui IO, Bella tidak pernah merencanakan sesuatu yang rumit. “I have never plan something that so meticulous,” ungkapnya yang saat ini tengah mempersiapkan kepanitiaan Unpar International Student Conference 2018 yang akan berlangsung di Bali pada Januari mendatang.
“But I always feel excited when someone asks me about Indonesia. Be preparing some boxes of Indomie,” tawanya.
“Aku bakal cerita soal Unpar (kepada teman-teman internasional lainnya). Soal studiku di sini,” ujar Bella ketika ia memulai study abroad-nya di tahun depan.
Ia berharap, di masa mendatang, akan ada mahasiswa Malmö University yang mengikuti program student exchange ke Unpar.
Kepada mahasiswa Unpar lainnya Bella mengungkapkan, “It’s up to you, if you want to graduate faster”. IO Unpar, tambahnya, menyediakan beragam fasilitas untuk mendukung mahasiswa mengikuti berbagai international exposure. “Itu sesuatu yang ga didapet di kelas. You’re making many friends. Just make of it to the fullest!,” pungkas Bella penuh semangat.