Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) kembali menorehkan prestasi di kancah internasional. Rosdina Ningrum Dobson (Teknik Sipil 2017) dengan hasil risetnya di bidang konstruksi kayu membawanya menjadi juara kedua dalam 6th Asia Pacific Conference of Young Scientists 2017 di Kathmandu, Nepal, yang berlangsung pada 1-5 November 2017. Ia terpilih sebagai satu dari sembilan tim asal Indonesia yang berhasil meraih prestasi tersebut.
Karya Rosdina berjudul “Karalok: Characteristics of Laminated Wooden Beams” memperkenalkan sistem sambungan baru dalam konstruksi menggunakan balok kayu. “Sebelumnya, sambungan kayu seperti ini jarang ada, bahkan mungkin belum ada,” ujarnya dalam wawancara dengan Tim Publikasi Unpar, Kamis (25/1) lalu. Ia juga mengatakan bahwa sistem yang sederhana ini memungkinkan pembangunan struktur darurat secara cepat, bahkan kurang dari satu hari. Hal ini tentu membuka berbagai kemungkinan baru, seperti pembuatan jembatan darurat guna membantu daerah terdampak bencana.
Berawal dari orang tua
Riset yang Rosdina lakukan dimulai sebelum ia memasuki bangku perkuliahan. “Awal proses sudah mulai dari SMA,” katanya. Awalnya, ia mengamati kerja ayahnya yang berkecimpung di bidang konstruksi, terutama konstruksi kayu. Ia penasaran dengan kekuatan “Saya ingin tahu sambungan kayu di jembatan itu cukup kuat atau tidak.” Orang tuanya mendorong Rosdina sehingga karya risetnya dapat dilombakan ke tingkat regional, nasional, hingga akhirnya masuk ke ranah internasional.
Selama APCYS, Rosdina bersama sebelas orang peserta lain dari Indonesia memperkenalkan hasil riset mereka kepada juri dan pemerhati sains. “Di hari pertama, kita lomba poster dari pagi sampai sore,” tuturnya. Dalam kesempatan ini, mereka tidak hanya mendapat pertanyaan dari para juri, namun juga para pengunjung yang tertarik dengan karya mereka. Hari kedua diisi dengan presentasi hasil riset dan tanya jawab dengan para juri. “Yang terasa kompetitifnya banget sih di presentasi,” katanya.
Fisika dan sipil
Mungkin bagi sebagian besar orang, teknik sipil identik sebagai sesuatu yang maskulin, namun tidak bagi Rosdina. Ketertarikannya dengan teknik sipil bermula saat ia menemani ayahnya dalam suatu proyek. Apalagi, riset yang telah ia lakukan sangat berkaitan dengan bidang ilmu yang ia pelajari saat ini. Hal inilah yang membuatnya memutuskan untuk mengambil kuliah teknik sipil di Unpar sejak awal. Dengan dukungan dari pihak kampus, katanya, “Kalau bisa penelitiannya dilanjutkan lagi, terus bisa ikut lomba lagi.”
Rosdina berharap agar riset yang telah ia hasilkan mampu diaplikasikan ke dalam kehidupan riil. Ia juga ingin mengajak para mahasiswa untuk berani mengeksplorasi dan menumbuhkan keingintahuan yang positif. “Jangan takut buat mencoba,” tuturnya, karena seseorang baru bisa menilai minat dan kemampuannya setelah ia mencobanya.