UNPAR.AC.ID, Bandung – Kilas balik pandemi covid-19, perekonomian Indonesia dan bahkan dunia mengalami goncangan berat. Berbagai dampak telah dirasakan oleh masyarakat Indonesia terkait pergerakan harga khususnya index harga saham gabungan yang turun secara signifikan. Dalam ketakutan itu, masyarakat pun seringkali bertanya apakah kita masih dalam waktu yang tepat untuk melakukan investasi.
Nyatanya, jumlah investor di Indonesia meningkat secara signifikan di saat pandemi covid-19. Investor pasar modal yang sebelumnya didominasi oleh kelompok usia 40 tahun ke atas kini didominasi oleh kelompok usia di bawah 30 tahun. Jika kelompok tersebut dipecah kembali, justru jumlah investor sangat didominasi di kelompok usia 17 hingga 25 tahun yang kini lebih dikenal dengan sebutan Generasi Z.
Hal tersebut mengemuka dalam Seminar Literasi bertema ‘Pasar Modal bagi Generasi Z’ yang diselenggarakan di Lecture Theater Gedung Pusat Pembelajaran Arntz Geise (PPAG) Selatan Universitas Katolik Parahyangan pada Jumat (16/6/2023). Seminar yang tergabung dalam rangkaian acara ‘Peresmian Investment Club UNPAR dan Penandatanganan MoA’ tersebut mengundang 4 pembicara yakni Liza Carmelia Suryanata selaku Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia, Reza Sadat Shahmeini selaku Kepala Kantor IDX Perwakilan BEI Jawa Barat, Demetrius Kunto selaku Investment Specialist PT Mirae Asset Sekuritas, serta Dennis Zhuang selaku founder dari Investoria.
Demetrius Kunto yang kerap dipanggil Kunto menyatakan bahwa investor Indonesia merupakan pemberani. Banyak investor justru berani untuk melakukan investasi di tengah keterpurukan harga. Oleh karena itu, tidak butuh waktu yang lama untuk indeks harga saham gabungan untuk pulih. Hanya saja, pergerakan harga pada tahun 2022 cukup datar atau disebut dengan sideways. Hal ini diakibatkan oleh dampak dari perang Rusia dan Ukraina.
“Secara pergerakan historical harga, indeks harga saham gabungan itu masih sangat oke,” tutur alumni FE UNPAR 2006 tersebut.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa salah satu ketakutan ekonomi di Indonesia ketakutan investor domestik terhadap resesi global. Kabar mengenai resesi pun kini telah beredar di sosial media secara luas dan menyebarkan ketakutan kepada masyarakat. Hasilnya, terjadi perpindahan dana investor dari aset berisiko ke aset yang tidak beresiko. Selain itu, endemi covid-19 telah membuat sektor riil kembali bergerak.
“Kenapa Indonesia kuat? Karena kita punya UMKM. Banyak UMKM tetap tumbuh dan buat Indonesia survive,” ucap dirinya.
Sementara itu, Dennis Zhuang sebagai alumni Teknik Industri UNPAR 2016 menyatakan bahwa ada dua hal yang perlu ditanamkan dengan baik sebelum menjadi investor. Pertama, dirinya mengungkap pentingnya untuk memahami diri sendiri terlebih dahulu. Realita di bursa mewajibkan investor untuk bisa memahami diri sendiri untuk bisa bertahan di stock market. Dirinya juga berpesan agar para investor paham tentang apa yang di beli. Jangan sampai pembelian tersebut berawal dari rasa Fear of Missing Out (FOMO) lingkungan sekitar. Kedua, pengetahuan tentang risk and management pun dibutuhkan sebagai persiapan ‘perang’.
“Anda berinvestasi supaya aset Anda berkembang. Tujuan Anda belajar investasi manajemen resiko. Belajar diri sendiri itu supaya Anda bisa survive di stock market,”
Melihat peristiwa yang ada di sosial media, dirinya berpendapat bahwa jargon memiliki uang miliaran sebelum usia tertentu menyebabkan fenomena panik investasi. Dampak ini menurutnya bersumber khususnya dari konten, komunitas, lingkungan, dan lain-lain. Kabar mengenai kenaikan harga serta resesi berkumpul dalam pikiran dan berujung membuat kepanikan yang tidak berdasar. Merespons hal tersebut, dirinya memberikan tips untuk tidak perlu untuk membuat ekspektasi yang sangat tinggi. Jangan membuat mimpi menjadi objektif yang harus dicapai karena hal ini akan menjadi beban untuk diri sendiri.
Berikut adalah beberapa framework yang dibagikan oleh Dennis untuk sesama teman generasi Z yang ingin terjun ke dunia investasi, antara lain:
- Pahami diri sendiri dan bisnis yang akan dibeli.
- Cari kekurangan diri dan perbaiki dengan belajar.
- Jika tidak bisa belajar sendiri, carilah mentor.
- Belajar menjadi seorang kontrarian untuk melatih mentalitas.
- Saring komunitas yang ingin diikuti.
“Kalau kita kena masalah, pasti bawaannya ingin lepas dari masalah. Namun, saya ingin garis bawahi adalah tidak ada aturan yang menyebutkan bahwa Anda harus kaya dengan cepat,” ujar Dennis. (KTH-Humkoler UNPAR)